4. Pegerakan Zaman

Pagi telah tiba di hutan rawa. Aqila melakukan hal yang sama seperti kemarin, dia menyerang kerbau yang terpisah dari kawanan karena cerboh, namun sekali lagi dia gagal. Kerbau itu mengeluarkan suara minta tolong, itu membuat kawanan marah dan berdatangan menolongnya. Aqila harus pergi, dan kegagalan tidak boleh terulang lagi.

Keributan di hutan rawa selatan mengundang perhatian kelompok harimau betina. Kelompok itu di pimpin oleh harimau betina paling besar dengan luka di wajahnya akibat serangan Aqila, dia adalah Chala, harimau yang sangat pendendam.

Dipaksa menyeberang dan berenang oleh pemimpinya yang penasaran. Kelompok itu menyeberangi sungai buaya yang kehilangan penjaganya. Mereka sampai di daratan hutan rawa selatan.

Saat sampai disana, Chala mencium bau yang tidak asing baginya, bau harimau betina yang menjadi musuh lamanya, Aqila, dia mengingatnya, dia tidak mungkin melupakan Aqila dan peristiwa malam itu, dan bekas luka di wajahnya.

Para kelompok harimau betina menemukan daratan kering di hutan rawa, disana mereka merasa santai. Angin sepoi-sepoi, bau tanaman air, gemercik suara air, juga rasa dingin tanah lembab membuat mereka merasa tenang, mereka pung mengantuk, dan memang saat itu sudah waktunya para harimau tidur siang.

Aqila melihat kedatangan mereka dari kejauhan, para kelompok itu melakukan kesalahan, di hutan rawa ini memiliki aturan, tidak boleh ada yang tidur siang.

Bau harimau tercium oleh para kerbau, hidung mereka mendengus membaui udara, kawanan itu marah, bagaiaman tidak, para harimau seolah-olah terang-terangan memasuki wilayah mereka. Pelangaran wilayah, ini jelas sebuah tantangan perang.

Bara membawa puluhan kerbau jantan terbaik di dalam kawanan, mereka berpatroli, di tuntun oleh udara, mereka menemukan kelompok itu dengan cepat, para harimau itu sedang santai seperti turis.

Bara begitu marah. Kedatangan sepasukan kawanan kerbau dapat dirasakan dengan cepat oleh para kelompok harimau, mereka terkejut, sebelum serangan di mulai, mereka para harimau sudah kocar-kacir terpencar kesana kemari, kelompok itu marah, mereka melihat Chala sang pemimpin pergi lebih dulu menyelamatkan diri.

Di malam hari kelompoh harimau sudah berkumpul kembali, mereka bertemu di daratan kering itu tepat di mana mereka di serang. Beberapa harimau marah dengan Chala, namun dengan cepat mereka memaafkannya.

Malam itu Chala tidak bisa tidur, serangan para kerbau masih teringat-ingat. Chala merasa ada pergerakan di tempat yang jauh malam itu, itu adalah Aqila, dan anaknya.

Aqila meningalkan anaknya di semak pandan, dia akan berburu malam ini. Ini kesempatan Chala untuk balas dendam, luka di wajah akan dibayar dengan nyawa si kecil.

Chala bergerak hati-hati menuju ke semak pandan di tengah hutan rawa bagian selatan. Ini sebuah kesempatan sekaligus anugrah. Malam ini adalah malam keberuntungan untuk Chala.

Saat Aqila akan berburu, dia meraksakan pirasat buruk, beberapa kali dia menoleh kearah semak pandan, tidak ada apa-apa, semua aman, tapi hatinya tidak tenang, dia merasa harus kembali.

Chala sampai ke semak pandan, dia menemukan Tamil, anak itu tidak takut sama sekali, tapi dia bingung, apa yang harus dia lakukan saat bertemu dengan harimau asing.

Chala menyerangnya, namun dengan cepat Aqila muncul. Aqila menyerangnya dengan cepat, memukul dan mencakar rahanga Chala, mengigit kaki depanya, Chala langsung tumbang dan saat dia mampu bergerak, dia segera pergi. Nampaknya malam ini bukan malam keberuntungan seperti malam natal, malam ini dia kena batunya, tubuhnya penuh luka dan dia kalah total.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top