1. Zaman Yang Berlalu
Malam ini sama dengan malam-malam yang lainnya. Langit dipenuhi cahaya bintang dan daratan begitu gelap. Bau lembab hutan rawa dan tanaman air begitu meyatu dan kuat.
Seekor harimau betina berusia muda malam ini sedang berpatroli, nama harimau itu adalah Aqila. Aqila telah lama ada di hutan rawa ini, dia menjaga tempat ini bersama pasanganya, yang juga menjadi sahabat, pemimpin, dan sosok yang dicintainya. Namanya adalah Set, dia harimau jantan besar yang besar dan bijak. Di hutan rawa ini Aqila dan Set menjadi penjaga sekaligus penguasa.
Sebuah raungan yang nyaring dan berulang-ulang terdengar di malam itu, raungan itu membuat Aqila merinding, dia melihat Set sedang memandang ke utara dengan cemas.
"Apa itu?" tanya Aqila.
"Itu suara harimau. Aku rasa suara itu memiliki niat yang buruk," jawab Set.
Suara raungan itu semakin dekat, dan akhirnya dari jauh terlihat dua ekor harimau penjantan yang besar dan delapan ekor betina mengikuti dari belakang.
Mereka adalah gerombolan harimau dari utara, para harimau penguasa gunung. Mereka kehilangan gunung-gunung mereka, manusia telah merampasnya tanpa belas kasihan, untuk memanen biji besi dan menanaminya dengan tanaman sawit.
Dua ekor harimau pejantan itu ingin merampas tanah hutan rawa, mereka menangtang Set. Set menerima tantangan mereka. Set maju menyerang begitu juga dua harimau jahat itu, mereka bertarung dengan sengit. Terkaman, gigitan, cakaran. Pertarungan tidak adil, Set harus menghadapi dua musuh sekaligus.
Sementara Aqila lebih malang, dia harus menghadapi ke-delapan betina. Aqila berusaha bertahan dari serangan mereka, mereka membuat luka menganga di bahu dan pungung Aqila. Namun Aqila berhasil membalas dengan cakaran yang kena telak di wajah seekor betina besar yang menjadi pemimpin para harimau betina.
Malam itu adalah malam yang panjang untuk hutan rawa. Subuh akhirnya tiba, dia membawa hujan gerimis serta kabut. Pertarungan para harimau sudah selesai.
Aqila mulai memulihkan diri, rasa sakit di tubuhnya mulai tidak terasa karena kesejukan hujan gerimis. Dia meraung-raung memangil Set. Malam itu malam yang keras, Aqila merasakan suara-suara yang asing, juga bau yang asing, setiap bau dan suara asing itu membuatnya membeku, semua itu dibawa oleh para harimau dari utara.
Aqila akhirnya menemukan Set sedang duduk terengah-engah di kubangan lumpur. Dia berusaha melawan rasa sakit akibat pertarungan, tapi lukanya begitu parah, dia sudah kalah, semangatnya sudah tidak terlihat lagi. Jatuh dan patah. Semua sudah berakhir. Kepala Set akhirnya jatuh ketanah dan nafasnya berhenti. Sang penjantan yang selalu ada untuk Aqila, kini, dia sudah pergi ketempat yang jauh.
Terlihat dari jauh siulet dua ekor harimau jantan mengawasinya dari kejauhan. Mereka mengaum dengan keras, itu merupaka sebuah pengumuman bahwa zaman sudah berganti. Aqila diberi dua pilihan, mengakui pempin baru atau mati.
Tapi Aqila memilih pergi, pergi dengan cepat malam ini. Lagi pula, dia memiliki anak, seekor harimau jantan. Dia harus membesarkanya, karena ini adalah peningalan Set, sosok yang berharga untuknya, harimau terakhir di dalam hatinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top