Keajaiban Wulan
Seekor anjing berjalan bersama pemuda berambut kuning jagung, mereka masuk ke dalam stasiun.
Lalu pemuda itu menghentikan langkahnya. Pemuda itu berlutut di hadapan sang anjing.
“Wulan, jaga dirimu baik-baik. Tunggu, aku pulang ya....” ucap Igo pada anjing pomeranian black tan, peliharaan kesayangannya.
Pemuda berwajah oriental dengan rambut berwarna kuning jagung itu pun naik ke atas gerbong kereta api. Melambaikan tangan dan tersenyum dengan sangat manis, seperti biasanya.
Tetapi, tidak tahu kenapa Wulan merasakan ada sesuatu yang berbeda. Dia merasa takut kehilangan, seolah majikannya itu tidak akan pulang lagi kepadanya.
Kereta api telah bergerak, membawa Igo pergi menjauh dari Wulan.
Wulan yang tadinya hanya diam memandang majikannya itu, tiba-tiba mengejar gerbong di mana Igo berada. Seolah dia tidak rela majikannya itu pergi.
Dia hanya bisa berlari dengan kaki mungil berbulunya, tanpa bisa menggong-gong. Sayangnya, kereta api itu berjalan semakin cepat, membuatnya tidak dapat lagi mengejar.
Tuhan, kenapa ini? Kenapa perasaanku tidak enak, semoga tidak ada sesuatu yang menimpah tuan Igo, batin Wulan.
Sesaat Wulan terdiam, lalu dia mengingat pesan majikannya itu untuk menunggunya pulang ke rumah. Seperti biasanya.
♡♡
Wulan kembali pulang ke tempat kos Igo. Makan, makanan yang sudah Igo sediakan sembari menonton televisi di atas sofa milik Igo yang sudah sedikit lapuk.
Wulan makan dengan santai, sesekali kaki mungil berbulunya menyentuh remote televisi yang sudah dipenuhi dengan lakban. Mencari tayangan yang dapat menarik perhatiannya.
“Headline news, diperkirakan sekitar pukul tujuh lewat dua puluh menit tadi. Kereta api dari arah Bogor menuju Depok, mengalami kecelakaan. Diperkirakan semua penumpang menjadi korban, semua sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sekian headline news –“
Melihat gambar kereta api yang terbalik, dengan beberapa korban yang dibawa dengan menggunakan ambulance. Mengingatkan Wulan akan majikannya.
Dengan terburu-buru Wulan mematikan televisi secara asal dengan kakinya, dia berlari keluar menuju stasiun kereta api, tempat terakhir dia bertemu dengan Igo.
Selama di jalan, Wulan merasa cemas dan gelisah. Rasa ketakutan menggelayuti hatinya, dia berharap Igo baik-baik saja.
Wulan pun sampai ke stasiun.
Terlihat beberapa orang sudah berada di sana dengan tangisan, dan juga terdengar teriakan kehilangan.
Beberapa orang di sana sibuk untuk mencari informasi tetantang kerabat mereka yang menjadi korban.
Wulan bingung, dia harus mencari informasi tentang Igo di mana? Dia pun tidak bisa menggong-gong atau mengatakan apa pun, bagaimana dia bisa mencari tahu mengenai majikannya itu?
Dari arah barat, terlihat seorang pria tampan dengan pakaian masinis.
Dia menghampiri satu per satu orang yang sedang mencari informasi mengenai kecelakaan beberapa waktu lalu. Lalu tanpa sengaja dia melihat Wulan yang terlihat kebingungan.
“Wulan, apa kau sedang mencari Igo?” tanyanya.
Wulan diam. Akibat ketidaksempurnaannya, dia tidak bisa memberikan jawaban apa pun. Membuatnya semakin sedih dan bingung.
“Tora, sedang apa di sini? Oh ya, tolong tempelkan daftar nama penumpang yang menjadi korban,” ucap rekan Tora.
Tora segera mengambil beberapa lembar kertas yang berisikan nama-nama penumpang yang menjadi korban kecelakaan.
Wulan semakin mendekat, memberi tanda kalau dia ingin mengetahui apakah nama majikannya berada di dalam daftar tersebut? Tora yang mengetahui hal itu, dengan cepat mencari nama Igo Casanova dalam daftar itu.
Kedua mata hitam pekatnya terus menelusuri, hingga nama yang dicarinya tertulis jelas di daftar tersebut.
“Wulan, Igo... menjadi salah satu korban. Tertulis dia sekarang berada di rumah sakit Harapan Bunda Bogor,” jelas Tora.
Tanpa membuang waktu, Wulan segera berlari menuju rumah sakit itu. Dia sangat hafal dengan rumah sakit itu, sebab rumah sakit itu memberikannya kenangan buruk akan dirinya yang dahulu dibuang oleh majikannya. Untung saat itu, ada Igo dan Shita yang membawanya pulang. Kalau tidak, tidak tahu nasib Wulan akan seperti apa sekarang?
Seperti rekaman buruk, apakah tempat itu pula yang akan membawa Wulan untuk kembali sendiri?
♡♡
Wulan berada di depan rumah sakit Harapan Bunda Bogor, perasaannya campur aduk. Sedih dan mencemaskan keadaan Igo.
Suasana rumah sakit sangat ramai, banyak orang-orang berdatangan untuk mencari kerabat mereka yang juga menjadi korban kecelakaan.
Wulan pun memanfaatkan hal itu, dia menyusup masuk ke dalam rumah sakit.
Kaki mungil berbulunya, perlahan melangkah menuju ruang-ruangan yang sama sekali tidak Wulan ketahui dan mengerti. Hingga terdengar salah satu perawat menyebut nama Igo.
“Shita, Igo Casanova... mantan pacarmu itu. Sekarang ada di ruang IGD. Dia menjadi salah satu korban kecelakaan kereta api,” ujar salah satu perawat, rekan kerja Shita.
“Apa?” Dengan cepat Shita menuju ruang IGD.
Bersamaan dengan itu, Wulan yang menguping dan mengekor Shita untuk masuk ke ruang IGD yang terlihat ramai dan tidak terkendali.
Suasana di ruang IGD sangat gaduh, terlihat mereka yang meraung-raung menangisi kerabat yang menjadi korban.
Wulan memperhatikan semua korban yang sedang diberikan pertolongan oleh dokter dan perawat di sana. Hingga akhirnya, mata bulat menonjolnya memandang Igo. Majikan yang dia cemaskan sedari sejak tadi.
Igo terbaring dengan beberapa luka dan darah yang mengalir dari kepalanya.
“Dokter, kenapa pasien ini?” tanya Shita, cemas.
“Sepertinya kepalanya terkena benturan keras. Dia koma, tolong bantu untuk bawa ke ruang HCU,” jawab dokter jaga yang sedang bertugas.
Shita yang akan memindahkan Igo, tidak sengaja menyenggol tubuh mungil dan berbulu Wulan. Yang ternyata telah mengikutinya sedari tadi secara diam-diam.
“Wulan?” Shita terkejut, bagaimana bisa seekor anjing masuk ke dalam rumah sakit. Ke ruang IGD, pula? Dengan segera dia meminta rekannya untuk terlebih dahulu membawa Igo ke ruang HCU, sedangkan Shita akan membawa Wulan keluar dari rumah sakit.
Brankar Igo bergerak menuju ruang HCU. Lagi-lagi Wulan harus terpisah dari majikan tersayangnya itu.
Wulan berusaha memberontak, tetapi Shita tetap membawanya keluar.
“Wulan, kamu tidak boleh masuk sini. Karena tempat ini hanya untuk manusia, kamu tunggu saja di rumah. Masalah Igo, biar aku yang tangani,” kata Shita di hadapan Wulan. Kemudian dia mengelus puncak kepala Wulan, dan berlalu pergi meninggalkannya.
Wulan pun sedih. Dia hanya bisa berdiri di depan pintu masuk rumah sakit, berharap ada keajaiban yang membawanya untuk masuk ke dalam, dan bertemu dengan majikannya di ruang HCU.
♡♡
Wulan masih setia menunggu Igo. Walau pagi berganti senja, lalu berganti malam. Tidak membuat Wulan bergerak sedikit pun dari tempatnya berada.
Shita yang memaksa Wulan untuk pulang, hanya diabaikannya. Banyak orang-orang yang memberinya makanan, tetapi dia sama sekali tidak menyentuhnya. Dia hanya ingin bertemu dengan Igo, memastikan kondisi majikannya baik-baik saja. Dia tidak ingin kehilangan Igo, seseorang yang sangat menyayanginya. Sosok yang telah menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal, kehidupan yang layak dan cinta luar biasa yang membuatnya selalu merasa bahagia.
Tiba-tiba langit kota Bogor menurunkan butiran-butiran air ke tanah. Bersamaan dengan hembusan angin kencang, dan suara petir yang sangat menakutkan.
Wulan masih tetap berdiri di depan pintu rumah sakit, walau hujan membasahi tubuhnya, dia tidak bergerak atau bergeser sedikitpun dari sana.
Waktu terus berjalan, mengganti hari demi hari.
Tetapi, Wulan masih tetap di sana, walau security sudah berkali-kali mengusirnya. Dia tetap di sana.
Shita hanya memandang kasihan pada Wulan, tapi bagaimana lagi peraturan rumah sakit tidak bisa dilanggar. Hewan tidak diijinkan untuk masuk ke dalam rumah sakit, apalagi ke dalam ruang HCU. Tempat rawat Igo. Dia hanya bisa mengagumi kesetiaan Wulan, anjing yang pernah dia rawat dulu saat masih berstatus menjadi kekasih Igo.
“Semoga, ada kesempatan untukmu bertemu dengan Igo,” bisik Shita penuh harapan baik.
Senja kembali datang, menampakkan warna oranye pekat. Membuat kedua Mata Wulan terasa perih dan sakit.
Sudah seminggu dia di sana, tanpa bergerak, makan atau minum sama sekali. Dia berharap bisa bertemu dengan majikannya. Dia tetap setia menunggu di depan rumah sakit, sampai langit kembali menghitam lagi.
Banyak orang yang hilir mudik, pergi dan datang ke rumah sakit. Tetapi, Wulan tetap setia menunggu majikannya di luar rumah sakit.
Langit kota Bogor kembali menurunkan hujan di tengah malam. Lagi-lagi Wulan kehujanan.
Wulan merasakan udara dingin menusuk tulangnya, dia menggigil kedinginan.
Tuhan, seandainya aku bisa meminta. Aku ingin berubah menjadi manusia, aku ingin bertemu dengan tuan Igo. Aku ingin masuk dan memastikan kondisinya baik-baik saja, batin Wulan, hingga akhirnya dia tidak bisa bertahan dan jatuh tak sadarkan diri di depan pintu rumah sakit.
Tiba-tiba suara petir terdengar kencang, bersamaan dengan sebuah cahaya yang mendekat ke arah Wulan.
Dibalik cahaya muncul pemuda tampan dengan pakaian formal serba hitam, dia pun berlutut dan mengusap lembut kepala Wulan.
“Karena cintamu. Aku akan mengambulkannya, Wulan,” bisiknya.
♡♡
Matahari menampakkan sinarnya dengan gagah, menelisik masuk melalui tirai-tirai dan menganggu mata Wulan.
Wulan mengerjapkan kedua matanya, dia memperhatikan langit-langit sebuah ruangan yang asing baginya.
Kemudian, matanya terarah ke tembok bercat putih. Dan aroma....
Aroma ini? Seperti aroma rumah sakit? pikir Wulan, kemudian dia bangkit dan memperhatikan sekitarnya.
“Sudah sadar?” tanya seorang pemuda yang berdiri di sampingnya dengan sangat santai.
Wulan terkejut dan memundurkan tubuhnya, menjauhi pemuda asing itu. Walau kedua mata bulatnya masih memperhatikan pemuda itu dengan ekspresi penuh tanya.
“Perkenalkan, aku... Haru. Malaikat yang sudah mengambulkan permintaanmu,” ucap Haru.
Wulan hanya mengerenyitkan keningnya, tidak mengerti. Saat ingin bangkit, dia merasa ada yang berbeda dengan tubuhnya. Dia melihat, kini dia memiliki sepasang tangan dan kaki seperti manusia pada umumnya. Membuatnya semakin terkejut dan bingung.
“Baiklah, Wulan. Sekarang kamu sudah berubah menjadi manusia, jadi kau bisa bertemu dengan Igo.
“Dan waktumu tidak banyak, hanya sampai satu minggu. Jika sudah selesai... kau akan kembali menjadi seekor anjing,” jelas Haru.
Wulan ingin mengucapkan sesuatu, tetapi keajaiban itu hanya mengubah fisiknya. Bukan mengubah kekurangannya, dia tetap tidak bisa berbicara.
“Walau kau sudah berubah menjadi manusia, tetapi apa yang melekat pada dirimu. Tidak pernah berubah, maaf... kau tetap tidak bisa berbicara,” jelas Haru.
Lalu Haru menghilang, bersamaan dengan Shita yang masuk ke dalam ruang rawat Wulan.
“Dek, ada apa? Apa kamu menginginkan sesuatu?” tanya Shita.
Wulan diam, teringat akan Igo. Dia segera bangkit dari tempat tidur rumah sakit.
“Kamu baru sadar dari pingsan, jadi kembali beristirahat dulu ya....” ujar Shita.
Wulan mengerenyitkan keningnya, “Apa, Shita tidak mengenaliku?” ucapnya dalam hati.
“Ada apa? Apa ada yang kamu butuhkan?” tanya Shita saat kedua mata Wulan terus menatapnya.
Wulan menggelengkan kepalanya, lalu dia menunjuk ke arah toilet. Shita yang mengerti, mempersilahkan Wulan untuk pergi ke toilet.
Dia pun berlari kecil, mencari toilet di luar ruang IGD. Tetapi itu hanya alasannya, karena sesungguhnya dia mencari ruangan, tempat Igo dirawat.
Pintu ruang HCU terbuka, penciumannya yang masih tajam seperti anjing, membuat Wulan yakin kalau Igo ada di ruangan itu.
Ruangan yang tertutup sangat rapat, dan dijaga oleh dua orang perawat di dalam.
Wulan melangkah perlahan, masuk ke dalam ruang HCU.
“Dek, mau –“
Wulan hanya menunjuk ke arah Igo berada, tatapannya sangat sedih dan memelas. Salah seorang perawat menahannya, tetapi dia tetap memaksa untuk masuk dan bertemu dengan Igo.
“Tapi –“
“Sudah biarkan, mungkin pacarnya. Kasihan, biarkan.”
Dua perawat itu mempersilahkan Wulan untuk masuk, menemui Igo.
Kedua matanya mulai berkaca-kaca, langkahnya perlahan mendekat ke sisi Igo yang terbaring lemah dengan semua alat-alat medis menempel di tubuh kurusnya.
Cairan bening dari mata bulatnya tidak bisa ditahannya lagi, dia pun mendekat dan memeluk Igo. Majikan tersayang, yang sangat dicemaskan.
“Tuan Igo, kenapa bisa begini? Wulan sedih,” ucapnya dalam hati.
Tangan Wulan terulur, mengusap lembut wajah Igo yang penuh luka. Kemudian dia memeluk Igo dengan rasa cinta yang luar biasa untuk majikannya.
♡♡
Selama lima hari, Wulan menunggu Igo yang masih belum sadar. Dengan setia dia menunggu, merawat dan menyampaikan harapan besar di hatinya. Berharap Igo segera sadar dan kembali bersamanya. Tetapi, Igo masih belum sadar juga dari komanya.
Wulan duduk di kursi panjang, depan ruang HCU. Dia meminum air putih yang disediakan oleh rumah sakit. Walau dia terlihat pucat dan lemah, tetapi dia akan terus bertahan untuk menemani Igo sampai sadar nanti.
“Bagaimana, apa yang sudah kau lakukan?” tanya Haru, tiba-tiba duduk di sampingnya.
Wulan terkejut, hampir saja tersedak air yang sedang diminumnya.
“Biasa saja, jangan terkejut begitu! Baiklah, good luck ya. Jangan lupa waktumu... tinggal dua hari lagi,” jelas Haru, lalu dia menghilang bersama tiupan angin kencang yang membuat mata Wulan kelilipan.
Dia pun memanfaatkan sisa waktu untuk menjaga dan merawat Igo. Dengan doa yang berasal dari dalam hatinya kepada Tuhan, berharap bahwa Tuhan akan memberikan mukjizat-Nya. Membuat seorang Igo Casanova kembali padanya.
Wulan membuka ruangan dingin dengan aroma khas obat-obatan itu. Terdengar denyut jantung yang stabil, kemudian dia mendekat dan duduk di samping Igo.
“Tuan Igo, cepatlah sadar. Wulan rindu tuan Igo, Wulan ingin bermain dan makan bersama tuan Igo di rumah,” ucap Wulan dalam hati. Kemudian dia mengecup singkat punggung tangan dan pipi kanan Igo. Hal yang diajarkan oleh Igo, yang biasanya dia lakukan setiap harinya saat bersama Igo.
Wulan pun tertidur di samping Igo yang masih belum sadar dari komanya.
"Sampai kapan pun, Wulan akan setia menunggu tuan Igo sampai sadarkan diri."
♡♡
Hari ketujuh, hari dimana keajaiban Wulan akan berakhir.
Haru berdiri di samping Wulan yang sedang memandang Igo yang masih terbaring, dari luar ruangan. Dia sangat terkejut, hampir membentur kaca pintu ruang HCU.
“Jangan terkejut begitu, biasa saja! Ingat waktumu tinggal –“
Wulan membekap mulut Haru, dia tidak ingin mendengar lagi ucapan Haru yang mengingatkannya akan waktunya yang semakin sedikit.
Dia pun pergi meninggalkan Haru, masuk ke dalam ruang HCU.
“Wah, sudah mulai tidak sopan! Awas, nanti aku akan mengubahmu lebih awal!” dumel Haru, dia pun pergi dengan kesal.
Wulan menggenggam tangan Igo, di dalam hatinya berdoa agar Tuhan segera menyadarkan majikan tersayangnya itu.
Tuan Igo sadarlah, Wulan mohon, batin Wulan.
Wulan menggenggam lembut tangan majikan kesayangannya itu, dan tetesan air mata menyentuh permukaan kulit punggung tangan Igo.
"Tuan Igo sayang Wulan, kan? Kalau ya, cepatlah sadar tuan...."
Wulan merasakan tangan Igo sedikit bergerak. Dia pun segera mengguncang-guncangkan tubuh Igo, agar cepat sadarkan diri.
Tiba-tiba suara denyut jantung Igo tidak beraturan, nafasnya terdengar berat. Membuat Wulan terkejut.
“Dek, sebaiknya keluar dulu,” ucap salah satu perawat.
Wulan tidak mau mendengar apa yang perawat itu ucapkan, dia tetap memaksa untuk tetap tinggal di samping Igo. Dia semakin mengeratkan genggamannya, hingga mata Igo perlahan terbuka.
“Tuan Igo! Sadarlah!” teriak Wulan dari dalam hatinya.
Mata Igo semakin terbuka lebar, dia pun merasakan adanya aliran bervoltase tinggi. Tercetak di kepalanya gambaran mengenai Wulan. Anjing peliharaannya yang sedang mencemaskannya, hingga gambaran sosok Wulan yang berubah menjadi manusia demi keinginannya, menemani dan merawat Igo di dalam rumah sakit.
“Wul... an,” ucap Igo, dengan lirih.
Wulan yang memiliki pendengaran tajam khas anjing, mendengar suara Igo. Dia pun mendekat, air matanya pun perlahan turun membasahi wajah manisnya.
Igo mengalami kejang-kejang. Terdengar suara gaduh dari semua peralatan medisnya. Dokter datang dengan dua perawat yang membawa alat kejut jantung. Dan, salah satu perawat memakasa Wulan untuk keluar dari ruangan.
Suasana berubah menjadi tidak menentu, seperti perasaan Wulan.
Wulan berlutut di depan ruang HCU.
“Tuhan, tolong kabulkan permintaan terakhirku. Tolong turunkan mukzijat-Mu. Sembuhkan tuan Igo, aku mohon....” pintanya.
♡♡
Seorang perawat membawa seekor anjing ke dalam tas anyamnya. Dengan senyum ramah, dia menyembunyikan anjing tersebut dari semua orang.
Dia membuka pintu ruang rawat kelas dua yang sepi, menampilkan seorang pemuda berambut pendek berwarna kuning jagung yang sudah menantinya.
“Wulan....” panggilnya ketika sang mantan masuk dan menyerahkan anjing kesayangan Igo. “Terima kasih, Shita,” lanjutnya dengan mengedipkan satu matanya.
“Kamu itu, masih saja bersikap sama... genit!” ujar Shita, dengan senyum kecil yang terbingkai di bibir merahnya.
“Tapi, kamu suka kan?” goda Igo.
“Jangan macam-macam, nanti aku pukul!” sahut Shita.
Kemudian dia memeriksa luka yang berada di kepala Igo. “Bagaimana, apa masih pusing?” tanyanya, memastikan.
“Tidak, aku sudah membaik,” jawab Igo yang menciumi Wulan.
“Syukurlah kau kembali, Igo. Jika tidak, kasihan Wulan. Dia dengan setia menunggumu, sampai –“
“Shita, bisa kamu keluar. Aku ingin berduaan dengan Wulan. Bisa?” pinta Igo.
Shita pun mengerti, dia memberikan waktu untuk mantan kekasihnya yang masih dia cintai.
Shita menghentikan langkahnya, ketika bahunya ditahan oleh Igo. “Terima kasih, mantan terindah dan terbaik. Next time, aku akan traktir makan," ucap Igo.
Shita segera keluar ruang rawat Igo dengan menyembunyikan raut bahagianya.
Igo tersenyum melihat tingkah Shita yang tidak berubah, tetap jaim!
Penyakit playboy tuan Igo kambuh lagi, pikir Wulan.
Lalu tangan Igo kembali fokus mengusap lembut bulu-bulu di seluruh tubuh Wulan.
“Wulan, terima kasih karena sudah setia menungguku. Maaf, jika membuatmu menjadi cemas,” ucapnya di hadapan Wulan.
Wulan hanya mencium dan menjilati wajah Igo, seperti biasanya. Menuangkan rasa cinta dan sayangnya pada majikannya itu.
Igo pun memegang kaki bagian depan, bagai aliran listrik bervoltase tinggi. Igo mendapatkan gambaran.
Wulan menunggunya dengan setia di depan rumah sakit, tanpa memperdulikan dirinya yang kehujanan dan kelaparan. Kemudian dia jatuh pingsan, lalu datang cahaya dan mengubah sosok Wulan.
Wulan menjadi sosok gadis yang sangat cantik, setiap hari dia yang merawat Igo. Hingga dia mendengar permintaan terakhir Wulan. Lalu muncul dua cahaya, satu mengubah diri Wulan menjadi seekor anjing dan yang satu memberikan kesempatan agar Igo kembali sadar. Sesuai permohonan Wulan.
Igo tersadar, dia pun tersentuh akan apa yang Wulan lakukan.
“Astaga! Wulan kamu?” Igo tidak melanjutkan ucapannya, dia malah memeluk erat tubuh mungil penuh bulu-bulu halus dan panjang Wulan. “Terima kasih atas kesetiaan, cinta, perhatian dan doanya. Igo sayang Wulan,” lanjutnya yang tidak berhenti mencium wajah Wulan yang penuh bulu.
“Wulan, kenapa kamu tidak meminta perpanjang waktu sih? Kan, aku bisa pamer pada deretan mantanku kalau aku punya pacar yang sangat cantik. Lumayan, bisa jadi trending topic nantinya,” bisik Igo.
Wulan hanya melirik bingung pada majikannya itu.
Haru yang tiba-tiba muncul di samping Igo, hanya bisa menggelengkan kepala. “Sikap manusia aneh? Anjing sendiri masih mau diembat juga? Dasar playboy akut!” ucapnya.
“Memang tuan Igo playboy-nya sudah akut! Untung aku kembali jadi anjing. Aman. Terima kasih malaikat Haru,” ucap Wulan dalam hati.
Haru pun hanya tersenyum kecil sebagai tanda perpisahannya dengan Wulan.
“Kenapa melihatku begitu? Menyesal ya? Memang penyesalan itu, datangnya terakhir. Kalau diawal, namanya pendaftaran,” ujar Igo dengan sedikit tertawa. “Ya, sudah nanti kamu berdoa lagi saja agar bisa mendapatkan keajaiban sebagai gadis cantik lagi ya....” lanjutnya dengan senyum yang sangat lebar.
Wulan pun tersenyum dan terus menjilati wajah Igo. Gemas.
“Aah, Wulan! Jangan dijilat-jilat terus, basah tahu. Nanti ketampananku luntur lagi,” ujar Igo.
Wulan tidak memperdulikan apa yang majikannya katakan, dia terus menjilati wajah Igo. Karena dia hanya tahu bahwa hal yang dilakukan, tanda cinta dan sayangnya.
“Terima kasih atas keajaiban luar biasa yang pernah terjadi. Wulan sayang tuan Igo.”
Cinta dan kasih sayang merupakan keajaiban dunia yang mampu menyatukan segala hal, perbedaan dan ketidakmungkinan. Yang akan membawa akhir cerita pada kata 'bahagia bersama-sama.'
♡♡
Halo kak rachmahwahyu
Adistia ikut tantangan menulis #fansfictionwishseries
Total kata; 2.993 kata.
Semoga kakak suka ceritanya ^_^ Terima kasih....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top