Special Chapter : Tamaki and Sougo, Two in one Sentence [Tamaki version]
Aku dan adikku telah cukup lama tinggal di panti asuhan, kami berdua pun mulai terbiasa dan tumbuh besar di sana...
.
.
"Tamaki? Bagaimana sekolahmu akhir-akhir ini?" seorang remaja laki² dengan suara lembut memanggil salah satu anak laki² bersurai Aqua blue yang kini terlihat sedang melepaskan sepatunya. "Pelajaran di sekolah sulit²" ucapnya mengeluh, remaja bernama 'Hyugo' itu hanya bisa diam sambil mengukir senyuman di bibirnya. "Kamu tidak boleh mengeluh Tamaki... sekolah kan untuk masa depanmu.. " Hyugo mulai menasehati 'Tamaki' dengan lembut. "Hai' " jawabnya malas, ia terlihat meletakkan sepatu miliknya di rak yang tak jauh disana. Setelah itu ia berlari menuju kamar miliknya. "Ucapanku di abaikan lagi nih?" Hyugo hanya bisa menghela nafas.
.
Tamaki membuka pintu kamarnya dengan sedikit keras. "Aya!! Aku pu---eh?" Tamaki menghentikan kalimatnya disaat melihat adiknya yang kini sibuk membereskan barang-barang miliknya. "Aya? Kau mau kemana?" Pertanyaan Tamaki nampak membuat gadis bersurai senada dengannya menghentikan aktivitasnya.
"Tamaki Oni-chan... Aku... " Aya enggan menjawab pertanyaan dari kakaknya itu. Namun setelah itu seorang wanita tiba-tiba masuk ke kamar mereka. "Tamaki-kun?!" Ia nampak terkejut. "Nee~!! Apakah Aya akan pergi dari sini? Dengan siapa?!" tanya Tamaki dengan nada tinggi, wanita yang identitasnya merupakan penjaga anak² di panti asuhan mendadak berkeringat dingin. "Ia diadopsi seorang pria pengusaha yang belum memiliki anak" jawab wanita tersebut, Tamaki nampak terkejut. "Kenapa hanya Aya?! Bagaimana denganku?" tanya Tamaki kembali, "sebenarnya ia hanya ingin Aya seorang, maaf Tamaki-kun..." jawabnya. "Tidak mungkin...".
.
Kaze ga fuite, attakai tsutsumukomi
[Special Chapters]
By:
Acha_Kimari32
.
.
Hari ini Aya sibuk berkemas dibantu oleh beberapa orang termasuk Hyugo, anak tertua disana. Tamaki ingin menghentikan Aya, namun Aya menolak dengan lembut usaha kakaknya itu. Tamaki hanya bisa menuruti kemauan adiknya.
"Aya-chan... Jaga dirimu baik-baik ya" wanita yang merupakan penjaga panti mengucapkan salam perpisahan kepada Aya yang kini tangannya digenggam oleh seorang pria. "Humn... Tamaki Oni-chan?" Aya mengangguk sebagai balasan lalu ia melihat ke arah kakaknya yang mengukir senyum tipis, namun Aya tahu bahwa kakaknya itu sedih. "Aya berjanji akan mengabari Tamaki Oni-chan" Aya mencoba menghibur kakaknya dengan berkata bahwa mereka masih bisa berhubungan walaupun saling berjauhan. "Janji ya Aya..." Tamaki mengukir senyuman dan Aya membalasnya dengan eye smile. Setelah itu, Aya dibawa pergi oleh Pria itu pulang ke rumah baru Aya.
.
.
Namun sudah beberapa tahun ini Aya tidak memberi kabar, bahkan rumah tempat tinggal pria pengusaha yang mengadopsi Aya telah kosong bahkan usaha yang ia jalani telah bangkrut. Tamaki yang menyadari ini mulai khawatir... Kemana adiknya pergi? Apakah ia baik-baik saja? Apakah ia sudah makan? Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Tamaki yang kini berjalan menuju sekolahnya bersama seorang sahabatnya.
"Yotsuba-san?" Remaja bersurai raven disampingnya memanggil namanya sambil menatap manik Tamaki yang nampak kosong. "Aa--Iorin? Maaf aku sedang memikirkan sesuatu... Hehe~" jawab Tamaki diakhiri dengan tawa garing yang membuat remaja bernama Iori makin penasaran. "Beberapa bulan lagi kita akan menghadapi Ujian Yotsuba-san... Jangan pikirkan hal lain selain materi untuk ujian" ucap Iori menjelaskan, mereka telah berteman sejak kelas 1 SMA, bisa dibilang baru beberapa tahun namun mereka bisa dibilang cukup akrab satu sama lain.
"Na~ Iorin? Semisal saja ada hal yang lebih penting dari pada ujian yang sedang Iorin pikirkan saat ini, apa yang Iorin lakukan?" pertanyaan Tamaki membuat Iori berhenti berjalan, dan Tamaki pun ikut berhenti dan menatap ke arah Iori dengan tatapan bingung. "Kalaupun hal yang kupikirkan saat ini lebih penting dari ujian, aku pastinya akan mencari solusi untuk menyelesaikannya dan kembali ke materi untuk ujian" jawab Iori sambil sedikit mengukir senyuman. Tamaki yang melihatnya hanya memiringkan kepalanya.
Tak lama setelah itu mereka melanjutkan perjalanan mereka menuju sekolah, namun sepertinya Tamaki lupa suatu hal penting.
.
.
Hari sudah sore dan Tamaki sudah sampai di halaman panti asuhan, ia terlihat asik memakan puding yang ia beli saat perjalanan pulang tadi.
"Aku pulang" suara berat nan khas tersebut terdengar, Tamaki segera melepas sepatunya dan hendak menuju kamar namun seseorang menghentikannya "Tamaki-kun?" Tamaki menoleh dikala telinganya menangkap suara tersebut. "Hm? Ada apa?" Menyadari hal tersebut Tamaki langsung bertanya, namun pertanyaannya tak kunjung dijawab hingga beberapa detik. "Ketua Panti Asuhan memanggilmu, Tamaki-kun" ujarnya, Tamaki yang mendengar hanya berekspresi bingung dan memutuskan untuk menemui ketua Panti saat itu juga.
.
"Tamaki-kun? Kamu tahu alasan aku memanggil dirimu bukan?" Pria yang merupakan seorang kepala Panti Asuhan dimana Tamaki tinggal saat ini bertanya dengan ekspresi serius, Tamaki yang masih sibuk dengan pudingnya hanya melihat ke arah langit-langit ruangan. "Baiklah, aku akan langsung ke intinya saja. Seperti yang kamu tahu, kebanyakan panti asuhan hanya merawat anak yatim yang berumur kurang dari 17 tahun, termasuk panti asuhan yang aku kelola saat ini. Karena bulan depan umurmu akan menginjak 17 tahun, maka dirimu sudah kami anggap dewasa" jelas panjang lebar pria tersebut, Tamaki mendengarnya dengan seksama.
"Karena itu, aku akan mencabut hak tinggal dirimu disini bulan depan." Ucapan pria tersebut membuat Tamaki melongo dan sendok puding yang ia pegang sebelumnya telah jatuh ke lantai. "Lalu, aku harus pergi kemana Ketua??!" Tamaki bertanya dengan nada bingung, "itu urusanmu Tamaki-kun, maafkan kami. Ini sudah sesuai kesepakatan sejak panti asuhan ini berdiri..." ujar pria itu dengan nada sendu, ia sebenarnya juga tidak tega... Namun jika ia tidak melakukannya ada konsekuensi tersendiri yang akan menimpanya. "Begitu... Kalau begitu aku pamit pergi" setelah itu Tamaki buru-buru keluar, pria tersebut hanya menatap lekat punggung Tamaki yang mulai menjauh mendekati pintu dan menutup pintu setelahnya.
.
.
"Hah... Aku harus bagaimana sekarang... " Tamaki kini bersandar pada bangku taman dengan lesu, masih dengan seragam sekolahnya. Ia merenung, dan saat ini ia bingung bagaimana cara untuk melewati rintangan yang kini berada dihadapannya. "Aa-- Mou!! Aku tidak tahu harus bagaimana!" Tamaki mengacak-acak surai miliknya dengan kasar, setelah itu ia menunduk. Tamaki menghembuskan nafasnya perlahan sambil menutup matanya perlahan, namun saat membuka matanya ia terkejut dengan sesuatu yang menggelinding ke arahnya. Tamaki segera bangkit dari posisi duduk dan mengambilnya. Tamaki nampak menoleh kesana kemari hingga ia menangkap sosok bersurai faded purple yang berlari kearahnya.
"Ini milikmu?" Tamaki bertanya kepada sosok itu sambil menunjuk barang yang baru saja ia ambil. "Itu benar" jawabnya sambil sedikit mengatur nafasnya, Tamaki dengan segera mengembalikan barang tersebut kepada orang tersebut. "Arigatou~ ini barang peninggalan pamanku aku tidak ingin ini hilang..." ia memeluk barang kecil itu sambil sedikit membungkuk, berterima kasih kepada Tamaki.
"Souka~ Kalau begitu jagalah baik-baik barang itu. Aku bahkan tidak bisa mencegah adikku pergi waktu itu, kini aku tidak bisa melihatnya lagi..." mendadak Tamaki menunduk, orang yang kini berada di hadapan Tamaki terdiam. "Pasti menyakitkan... Aku tahu rasanya." orang itu ikut menunduk sedih.
.
Kini Tamaki dan orang bernama 'Sougo' tersebut duduk berdampingan di kursi taman. "Apakah kau ingin minum sesuatu, Tamaki-kun?" Sougo bertanya, setelah saling berkenalan mereka malah saling diam karena bingung harus membicarakan apa. "Ousama puding!" Tamaki menjawabnya spontan, membuat Sougo terkejut. "Itu bukan minuman Tamaki-kun... Tapi jika kamu mau aku akan membelikannya untukmu" Sougo berujar sambil beranjak dari posisi duduk berjalan mendekati Konbini yang letaknya tak jauh dari taman tersebut.
.
"Aku kembali. Ini Ousama puding pesananmu, Tamaki-kun" Sougo memberikan botol kaca berisi puding kepada Tamaki. "Arigatou Sou-chan!" Tamaki mengukir sebuah senyuman sambil menerima puding yang dibelikan oleh Sougo. "Sou-chan? Apa itu namaku?" Sougo yang merasa namanya dipanggil dengan inisial oleh Tamaki bertanya. "Aa---kata ibuku kita harus memberikan nama spesial untuk seorang yang penting bagi kita, walaupun aku dan Sou-chan baru bertemu. Namun aku merasa kita berdua sudah seperti keluarga hehe," Tamaki menjelaskannya sambil memakan puding kesukaannya dengan riang.
"Begitu... Oh--sudah larut. Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu sampai ke rumahmu" Sougo yang menyadari hari mulai larut bertanya kepada Tamaki dimana rumahnya, Sougo merasa tak enak meninggalkan seorang pelajar pulang sendirian. "Aku bisa pulang sendiri, tapi bulan depan aku sudah tidak di sana lagi.." selesai memakan puding, Tamaki beranjak dari posisi duduk, "aku tinggal di panti asuhan yang agak jauh dari sini." Imbuhnya. Sougo yang mendengarnya terkejut, remaja dihadapannya tersebut tinggal di sebuah panti asuhan, yang berarti ia sudah... "Sou-chan?!" Tamaki yang kesal karena Sougo tidak merespon panggilannya berteriak.
"Aa---maafkan aku. Aku akan mengantarmu sampai di depan panti asuhan. Aku merasa tidak enak meninggalkan anak-anak pulang sendirian" ucap Sougo tak enak. "Aku bukan anak-anak!" Tamaki menegur dengan kesal, dan Sougo hanya membalasnya dengan kekehan kecil.
.
Akhirnya Sougo mengantarkan Tamaki pulang ke panti asuhan, mereka berdua mengobrol beberapa hal. Namun terkadang keheningan terjadi di antara mereka.
"Eh?! Sou-chan pergi dari rumah?!! Kenapa?!" Tamaki nampak terkejut dengan ucapan Sougo, "ahaha... Bagaimana menjelaskannya ya... Sedikit ada masalah di rumah, jadi aku memutuskan untuk pergi," Sougo menjawab pertanyaan Tamaki dengan nada bingung, Sougo juga nampak menunduk. "Aku tidak tahu masalah apa itu... Namun sebaiknya Sou-chan meminta maaf, kalaupun masalah itu menyakiti perasaan Sou-chan" Tamaki berujar, dan Sougo kini melongo. Bagaimana tidak siswa SMA saat ini memberinya nasehat, namun Sougo tidak dapat menangkapnya sama sekali.
"Terima kasih, Tamaki-kun... Aku akan memikirkan nasehatmu baik-baik. Oh-apakah disini?" Sougo mengukir senyuman, sebelum ia berhenti karena sebuah gedung bertuliskan 'Yayasan Panti Asuhan' yang merupakan tempat Tamaki tinggal, "cepat sekali... Padahal kita hanya mengobrol sebentar tadi..." Tamaki terheran, "Mungkin karena kita terlalu fokus mengobrol, tanpa sadar kita telah sampai di tujuan" ujar Sougo kepada Tamaki.
"Kalau begitu sampai jumpa, Tamaki-kun," Sougo berujar sambil sedikit melambaikan tangan ke arah Tamaki, "Hum, sampai jumpa," Tamaki juga membalas lambaian tangan dari Sougo dan mulai berjalan masuk panti asuhan.
"Bulan depan ya?" Setelah Tamaki masuk ke dalam panti asuhan Sougo bergumam sambil memegang dagunya, memikirkan suatu hal. Namun tidak lama ia mulai berjalan pergi dari depan panti asuhan tersebut.
.
.
Beberapa Minggu kemudian...
"Selamat ulang tahun!! Tamaki-kun!!" Seorang penjaga panti mengucapkannya kepada Tamaki yang hendak berjalan keluar kamar, disana juga banyak anak-anak panti lain yang juga mengucapkan ulang tahun ke Tamaki, "Terima kasih semuanya, hehe--" Tamaki tersenyum lebar, dan setelah itu ulang tahun Tamaki dirayakan dengan sederhana bersama dengan anak-anak panti yang lainnya.
Tidak lama kemudian kepala panti datang, hal tersebut membuat keadaan hening seketika, "Tamaki-kun, setelah ini datanglah ke ruanganku," satu kalimat tersebut membuat Tamaki teringat bahwa waktunya di panti tersebut telah berakhir. Menikmati pesta kejutan kecil-kecilan yang dibuat oleh anak-anak disana, membuat Tamaki merasa sedikit senang walaupun setelah itu hanya ada sebuah perpisahan.
.
.
"Bisakah Ketua memberiku sedikit waktu... Jika aku keluar sekarang... Maka..." Tamaki enggan melanjutkan kalimatnya, ia sudah tinggal di panti asuhan itu cukup lama, "ada seseorang yang ingin menemui dirimu Tamaki-kun, bisa dibilang dia adalah orang yang akan mengadopsi dirimu," ucapan sang kepala panti membuat Tamaki terkejut, dengan orang yang tidak ia kenal? Yang benar saja.
"Siapa dia... Kenapa ketua tidak memperkenalkan dia padaku dulu?!" Tamaki menaikkan suaranya, yang membuat kepala panti sedikit terkejut, "aku juga terkejut, secara tiba-tiba tadi malam ia langsung secara langsung memintanya," kepala panti menjawab pertanyaan Tamaki, mendengarnya hal tersebut Tamaki terdiam.
"Kalau begitu silahkan masuk... Osaka Sougo-san," sang ketua panti memanggil namanya, hal tersebut membuat Tamaki membulatkan matanya. Nama yang ia kenal, jangan-jangan...
"Konnichiwa," ujarnya pelan, Tamaki menatap lega sosok Sougo. "Sou-chan akan mengadopsi diriku?," suara Tamaki terlihat sedikit bergetar, lalu tidak lama setelah itu Tamaki berjalan mendekati Sougo.
"Tapi... Bagaimana bisa, Sou-chan...," Tamaki bertanya, "seseorang memberitahuku, dan aku memutuskan untuk membantumu. Lagipula dirimu sudah menganggap diriku seperti anggota keluargamu sendiri," Sougo berujar sambil meraih tangan Tamaki, "mari kita cari adikmu, Aya-chan bersama. Bersama-sama lebih baik dari pada sendiri bukan?" ucapan Sougo kini membuat Tamaki menunduk pelan, dan tidak lama Tamaki memeluk tubuh Sougo.
Sebuah ikatan baru terbentuk, keduanya berjanji akan selalu membantu satu sama lain, dan selalu bersama sebagai seorang keluarga.
.
.
"Ini apartemen milik Sou-chan?" Tamaki terlihat menganga melihat sebuah bangunan yang bisa dibilang cukup mewah, Sougo terlihat terkekeh pelan menanggapi ucapan Tamaki.
"Kalau begitu ayo masuk, matahari sudah mulai tenggelam. Aku akan memasakkan makan malam spesial untuk hari ini," ucapan Sougo membuat Tamaki berbinar, menantikan masakan buatan Sougo yang sekarang adalah anggota keluarganya yang baru. Namun, Tamaki tidak tahu apa yang Sougo masak saat itu...
.
.
END
Special Chapter : Tamaki and Sougo, Two in one Sentence [Tamaki version]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top