Bab 15: Apakah Ini Benar?
Roberto menepati apa yang ia katakan. Pukul enam lebih empat puluh lima menit, ia sudah berada di pintu rumah Letta. Roberto datang dengan menggunakan celana hitam dan baju kemeja berwarna biru dongker, ia juga telah menata rambutnya dengan rapi menggunakan pomade. Ia datang kemari menggunakan sepeda motornya.
Ting tong..
Suara bel rumah Letta memenuhi keheningan di malam hari ini.
Cleck..
Suara pintu terbuka pun terdengar dan menampakkan sosok wanita yang mirip dengan Letta namun sudah berkepala tujuh dengan daster berwarna merah. Rambut putihnya sudah sangat terlihat dengan jelas, wajah keriputnya sudah dapat di khawatirkan. Entah mengapa walaupun umurnya sudah seperti ini, ia masih terlihat bugar.
"Kau pasti Roberto," ucap Nenek itu.
"Iya, itu benar."
"Masuklah, Nak. Letta akan segera turun, nenek juga ingin sedikit berbincang-bincang denganmu," ucap Nenek itu.
Ketika mereka sudah duduk, di kursi ruang tamu. Sang Nenek menatap pemuda di depannya ini dengan lekat.
Jadi ini pemuda yang Letta selalu bicarakan, batin Nenek itu.
"Orang tuanya Letta dimana, Nek?" tanya Roberto.
"Oh, mereka sudah meninggal karena kecelakaan ketika Letta berumur dua tahun. Sopir truk yang berada di samping mereka kurang tidur, jadi terjadi kecelakaan."
Meninggal? Jadi Letta selama ini tinggal dengan neneknya? Kenapa dia tidak pernah cerita? batin Roberto.
"Oh, maaf saya menanyakan itu," ucap duka Roberto.
"Tidak apa-apa, Nak. Letta juga tidak terlalu memiliki banyak memori dengan orang tuanya, kecuali memori yang di dapatkan dari kaset rekaman yang dilakukan oleh Ayahnya. Dia selalu menangis saat menontonnya."
Tanpa mereka sadari, gadis yang sedari tadi mereka bicarakan tiba-tiba muncul dari tangga.
"Nenek, apakah dia sudah datang?" tanya Letta.
Mendengar suara Letta, Roberto dan Neneknya langsung berdiri seakan menyambutnya. Ketika Roberto melihat Letta, Roberto sungguh tak bisa melepaskan Letta dari pandangannya. Letta terlihat sangat berbeda ketika menggunakan pakaian santai. Ketika di sekolah, Roberto selalu mengira bahwa Letta adalah gadis yang gemuk, namun ketika Letta datang menggunakan tanktop hitam dengan jaket pink serta celana jeans muda casual dan tas selempang kecil hitamnya serta rambutnya di ikat kuda, Roberto dapat melihat segala lekukan tubuh Letta yang sangat indah itu.
"Apakah kau siap?" tanya Letta.
"Ah.. um.., ya. Ya, aku sudah siap," jawab Roberto.
Melihat Roberto salah tingkah, Letta menjadi bingung, "Baiklah kalau begitu, dimana kertas-kertas itu?" tanya Letta langsung ke inti.
"Makan malam dulu, baru aku berikan," jawab Roberto.
Letta menghela nafas kasar, "Baiklah."
Letta pun bergerak mendahului Roberto keluar, namun sebelum itu, Letta berpamitan terlebih dahulu kepada Neneknya. Neneknya berpesan pada Letta untuk berhati-hati, dan berpesan pula pada Roberto untuk menjaga Letta dengan hidupnya.
Tentu saja Roberto mengiyakannya.
"Jadi, kita makan malam dimana?" tanya Letta begitu sudah duduk di belakang Roberto.
"Pegangan dulu," balas Roberto.
"Aku sudah berpegangan ke belakang," balas Letta.
Roberto menghela nafas kasar. Ia kemudian menoleh ke belakang dan meraih kedua tangan Letta yang kemudian ia tempatkan melilit perutnya. Hal tersebut otomatis membuat jarak Letta dengan Roberto menjadi lebih dekat serta jantung Letta yang kini berdegup kencang.
Dia hanya mempermainkanmu, Let, batin Letta.
Namun entah kenapa, Letta juga merasakan bahwa jantung Roberto juga berdegup kencang, bahkan lebih kencang dari dirinya.
Selama Letta sibuk dengan pikirannya, ia bahkan tidak sadar bahwa kini mereka telah sampai pada tujuan mereka. Letta pun masih berada di posisi memeluk punggung Roberto walaupun Roberto telah mematikan mesin motornya.
Merasa Letta tak kunjung melepaskan dirinya, entah mengapa Roberto merasakan sensasi kehangatan yang indah di dalam hatinya. Kepala Letta pun juga menempel pada punggung Roberto, tepat di bawah bahu kirinya. Ketika Roberto menyentuh tangan Letta dengan tangan kanannya, ia dapat merasakan betapa lembutnya kulit gadis ini.
"Let," panggil Roberto.
Mendengar namanya dipanggil, Letta pun mendongakkan kepalanya dan melepaskan pegangannya dari Roberto. Entah mengapa ketika Letta melepaskan pegangannya, Roberto merasa sangat hampa.
"Kita sudah sampai? Cepat sekali," ucap Letta sambil turun dari motor hitam Roberto.
"Dari tadi," ujar Roberto sambil turun dari motornya, "kau tadi tidur atau apa?"
"Aku.., aku sedang memikirkan sesuatu," jawab Letta.
"Baiklah," ucap Roberto sambil tersenyum lembut pada Letta yang tentu saja membuat hati Letta menghangat.
Tanpa Letta sadari, Roberto sudah menggenggam tangannya, saling mengaitkan jari jemarinya di antara jari jemarinya, dan menuntunnya masuk ke dalam restoran tersebut.
Letta mengikuti langkah yang dibuat oleh Roberto, mereka kini terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat mesra. Letta berusaha dengan keras menyembunyikan wajahnya yang kini sudah memerah. Sesekali pun Letta berusaha melepaskan tangannya, namun Roberto malah menguatkan tangannya pada Letta seakan ia tidak ingin Letta pergi darinya.
"Berhenti melawan, Let."
"Lepaskan tanganku!"
"Kenapa? Kau tidak menyukai tanganku?" tanya Roberto sambil melirik Letta.
"Bukan itu maksudku! Aku tidak suka dilihat banyak orang."
Mendengar itu, Roberto menyapu pandangannya dan mendapati banyak orang memang memperhatikan mereka. Mereka benar-benar menjadi pusat perhatian sekarang.
Tiba-tiba ide muncul melintas ke dalam benak Roberto. Alih-alih melepaskan tangan Letta, Roberto malah menarik Letta ke sampingnya dan merangkul pinggangnya dengan posesif tanpa melepaskan genggamannya.
"Roberto!" pekik tenang Letta.
"Aku berjanji pada Nenekmu untuk menjagamu dengan hidupku. Jadi jangan melawan!"
Deg..
Letta pun menghentikan langkahnya yang juga menyebabkan langkah Roberto berhenti. Roberto pun menoleh ke arah Letta dengan tatapan bingung. Apakah ia berbuat kesalahan?
"Jadi segala yang kau lakukan padaku, cuman karena orang lain?" tanya Letta dengan mata berair.
"Maksudmu?"
"Kau pernah bilang padaku ketika kau membuat seragamku kotor bahwa kau hanya akan bertanggungjawab karena aku adalah sahabat Abi, dan juga sekarang, kau berakting posesif padaku karena nenekku memintamu untuk menjagaku dengan hidupmu! Apakah ada satu tindakan darimu yang bukan karena orang lain?!"
Salah satu air mata Letta kini sudah membasahi pipinya. Melihat itu, Roberto langsung membingkai wajah Letta dan menghapusnya. Setelah menghapusnya, Roberto mencium kening Letta.
Hal itu tentunya membuat Letta sedikit terharu dan tertegun.
Roberto kemudian menempelkan keningnya pada kening Letta. Letta menghembuskan nafas kasar dari hidungnya sambil memejamkan matanya. Begitu pula dengan Roberto.
"Makan malam ini, bukan karena orang lain, Let," ucap Roberto yang membuat Letta menarik wajahnya dan menatap Roberto di mata untuk mencari kebohongan. Namun, ia tidak menemukannya. "Cari saja di mataku, Let. Kau tahu aku berbohong atau tidak."
Kini tangan kiri Letta bergerak menyisir rambut belakang kepala Roberto, sedangkan tangan kanannya bergerak membingkai wajah Roberto. Beberapa saat kemudian, kedua tangan Roberto sudah melepaskan wajah Letta dan beralih merangkul pinggangnya.
"Kau bersumpah?" tanya Letta.
Roberto menarik tangan kanan Letta dan mencium punggung tangannya, "Sumpah."
+++
Mereka kini tengah dalam perjalanan ke rumah Letta. Setelah berbincang-bincang dan memakan malam mereka, mereka mulai mengerti satu sama lain lebih.
Selama makan malam berlangsung, Roberto tak dapat melepaskan pandangannya dari Letta, ia terus menggenggam tangan Letta dengan lembut. Begitu pula dengan Letta, sesekali ia juga salah tingkah dengan pandangan yang diberikan Roberto padanya.
Angin dingin malam hari berhembus dengan lembut. Letta kini memeluk perut Roberto dari belakang dengan erat seakan ia tidak ingin Roberto pergi dari dirinya. Tanpa Letta ketahui, Roberto tersenyum hangat dan sesekali ketika mereka sedang berhenti, Roberto akan mengelus tangan Letta.
Apakah aku sudah jatuh cinta pada Letta? batin Roberto.
Ketika telah sampai, Letta langsung turun dari motor Roberto yang disusul oleh Roberto.
"Jadi, dimana kertas-kertasku?" tanya Letta langsung ke inti.
Roberto membuka jok motornya dan memberikannya pada Letta apa yang menjadi hak miliknya.
"Ini," ucap Roberto sambil memberikan kertas-kertas tersebut pada Letta.
Ketika Letta hendak mengambil kertas-kertas tersebut, Roberto menarik tubuh Letta dan menguncinya pada tubuhnya. Jarak di antara Letta dan Roberto kini dapat dikatakan intim.
"Rob, lepaskan aku," ucap Letta.
Roberto kini melepaskan ikatan rambut Letta yang menyebabkan rambut Letta terurai bebas di udara. Dengan bebasnya, Roberto kini dapat mencium aroma rambut Letta yang sangat memabukkan.
"Rob, aku-"
Cup
Satu kecupan mendarat di pipi kiri Letta.
Letta kini menatap Roberto dengan mata bulatnya, ia merasa cukup kejutan manis yang diberikan Roberto padanya dalam satu hari.
"Kenapa? Apakah kau ingin aku mencium bibirmu?" tanya Roberto.
"Apa?! Ti-tidak..," ucap kaku Letta sambil membuang wajahnya dari Roberto.
Roberto menyeringai.
Cup
Satu kecupan mendarat lagi pada pelipis Letta dan siapa lagi kalau itu bukan dari Roberto.
Setelah melepaskan Letta dari kurungannya, Roberto memberikan kertas-kertasnya pada Letta. Melihat uluran kertas yang diberikan pada Roberto, ia langsung mengambilnya dengan rakus.
"Sudah, kamu masuk dan istirahat. Maaf merepotkanmu dengan makan malamnya," ujar Roberto.
"Tidak apa-apa, aku cukup menikmatinya."
Roberto tersenyum pada Letta dan Letta membalasnya. Senyuman yang diberikan Letta pada dirinya, membuat Roberto merasa hatinya penuh dengan bunga.
"Letta, apakah itu kau, Nak?" tanya neneknya setengah teriak.
"Iya, Nek. Aku akan segera masuk!" balas Letta.
Letta kemudian menoleh pada Roberto setelah menoleh pada Neneknya.
"Hati-hati di jalan," ucap Letta.
"Iya."
Tanpa ingin menunggu lama, Letta langsung berlari masuk ke rumahnya.
Imut sekali, batin Roberto.
Namun ketika Roberto sudah siap berangkat dari tempat Letta, Letta tiba-tiba keluar dari rumahnya dan berlari menuju Roberto.
Cup
Deg..
Sebuah kecupan manis mendarat di pipi Roberto.
Letta yang merasa malu langsung berlari ketakutan ke dalam rumahnya, sementara Roberto masih berusaha memproses apa yang barusan terjadi sambil menyentuh pipinya yang telah dikecup oleh Letta.
Roberto tersenyum. Lebih bahagia dari sebelumnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top