Tujuh

Hari ini, aku akan menemui Ali. Aku benar-benar penasaran. Tekadku sudah bulat, hari ini harus ada setidaknya satu dari antara banyak pertanyaan yang ada di otakku tentang 'Digo Kecilku'.

Sinar matahari pagi telah perlahan naik ke atas kepala, teriknya seperti menelusuk kulit putihku. Aku takut kalau hari ini Ali tidak ada kelas, tapi semoga dia ada di kampus. Pertama-tama, aku akan mencari Ralyn untuk menemaniku bertanya pada Ali.

"Ralyn.." Aku memanggil Ralyn setengah berteriak, ia menoleh kearahku, tangannya melambai.

"Heyy Prill.. lo udah sembuh?" Tanya Ralyn padaku.

"I'm ok. Oh iya Lyn, lo mau bantuin gue gak?"

"Why not?" Ralyn terlihat setengah girang, tapi syukurlah ia tidak menolak permintaan tolongku. "By the way.. bantu apa Prill?" Tanya Ralyn.

"Ikut gue aja yukk" Aku menarik lengan Ralyn pelan.

"Ha?! Jadi lo mau tanya ke Aliando tentang Digo kecil lo itu Prill? Apa lo gak salah orang? Ali ya Ali. Digo ya Digo, masa Ali itu Digo?" Tanya Ralyn bertubi tubi setelah aku menjelaskan semuanya, ah sulit memang berkompromi dengannya.

"Apa salahnya nanya kan? Gue mau klarifikasi aja sama dia, soalnya kemaren Bunda gue ngira kalau Ali itu Digo."

"Ihhh... Bunda lo tuh ya asal aja."

"Yaudah deh lo gausah bawel, lo jalanin aja yang gue arahin tadi. Oke?"

***

Ada banyak untungnya mempunyai teman semacam Ralyn, maksudnya seperti Ralyn. Mudah diajak bekerja sama dan selalu setia kawan. Dia yang akan memancing pertanyaan pada Ali, tapi aku sudah bilang padanya jangan sampai terlontar pernyataan-pernyataan kalau akulah Sisi kecil.

Ralyn menyetujui itu, dengan syarat harus menemaninya menonton bioskop. Ah aku memang selalu menolak jika ia mengajakku menonton, tapi ini demi aku, demi 'Digo Kecilku.

Kabar baik yang kupunya saat ini adalah, Ali ada di kampus "Yess!" pekikku dari jauh. Ali tengah duduk di kursi panjang taman dan membaca buku, iya aku hanya melihatnya dari jauh sementara Ralyn sedang berjalan kearahnya dengan dua gelas jus mangga.

"Hey.. sendirian aja? Mau gak?" Kata Ralyn sambil menyodorkan satu gelas jus mangganya kepada Ali.

"Eh Ralyn ya? Gausah, gue nggak haus." Jawab Ali.

"Yaahh.. sayang banget nih jus harus gue buang, gaada yang mau abisnya." Apa!? Tidak ada yang mau?! Aku mau! Ah mungkin itu taktik Ralyn.

"Eh.. eh jangan dibuang, sayang tau. Sini deh gue minum" dasar, bilang saja mau dari awal. Aku baru sadar kalau sedari tadi aku sedang mengintipnya dan bergumam sendiri. "Lo nggak sama Prilly?" Lanjut Ali setelah meneguk sedikit jus mangga nya.

"Prilly ke toilet hihi. Jadi gue tunggu nya disini aja."

"Ohh.." Ali ber-oh ria.

"Eh Li? Lo kan anak baru pindahan LA, ceritain gue dong serunya di LA?" Aha! Ralyn mulai beraksi.

"Gaada yang seru disana. Gue harus pisah sama sahabat gue dari kecil. Sahabat, Yang bisa dibilang cinta pertama gue.. Eh kok gue jadi curhat ya? Haha sorry.." Sahabat? Kecil? Cinta pertama? Siapa dia?

"E-em gapapa cerita aja sama gue.. trus, sekarang lo udah ketemu sama sahabat kecil lo itu?" Tanya Ralyn lagi yang mulai memancingnya lebih dalam.

"Dari awal gue kuliah disini, kita udah ketemu, tapi mirisnya..." Ali menerawang "dia nggak inget gue.."

"Sabar ya Li, maaf gue nggak maksud-"

"Gapapa Lyn."

"Kalo boleh tau.. nama sahabat kecil lo itu siapa?"

"Namanya...?" Ali melirik Ralyn "namanya... Sisi"

DEG!

---------------------------------------------------------------------

KYA!! "Sahabat, yang bisa dibilang cinta pertama gue"  "Namanya...? Namanya... Sisi"

aku yang nulis aja deg deg serr :D gatau deh yang baca :D gimana? Kepo nggak?

Mau di next atau di stop sampai sini aja?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top