Dua Belas (A)
Author POV
"Van. Gue mau ngomong sama lo." Ucap seorang laki-laki dengan jambul di rambutnya, dan bulu mata lentik yang menghiasi mata tajamnya.
"Ngomong apa Li? Serius banget?" Jawab Revan disela-sela perbincangannya dengan temannya yang lain. Ia langsung mengalihkan pandangannya pada orang yang menepuk pundaknya dari samping.
"Ini tentang Prilly." Jawab Ali dengan tatapan seriusnya. "Tapi nggak disini, aula jam 12 siang, gue tunggu lo ya Bro." Lanjut Ali lalu melengang pergi meninggalkan Revan.
Ali tau masalah ini harus segera diselesaikan. ini tentang Prilly dan kertas terornya. Dugaan pertama Ali jatuh pada Revan. Laki-laki itu seperti menyimpan perasaan pada Prilly-Sahabatnya. Siang ini, Ali berniat bertanya serius pada Revan. Jika Revan terbukti tidak melakukannya, ia akan mencari dugaan lain.
Ditengah perjalanan Ali menuju toilet, ia bertemu dengan Ralyn sahabat Prilly, lebih tepatnya mantan sahabat Prilly. Ali tak menghiraukan Keberadaan Ralyn tapi gadis itu malah menegurnya.
"Ali? Mau kemana lo? Buru-buru banget?" Tanya Ralyn basa-basi.
"Toilet. Mau ikut?" Jawab Ali cuek. Ia tak melihat Prilly sejak tadi.
"Ih yakali gitu. Lo gak balik?" Tanya Ralyn dengan senyum khas lesung pipitnya.
"Abis ini mau cari Prilly, ngajak pulang." Jawab Ali datar.
"Tadi gue liat Prilly sama Revan, mau balik bareng kayaknya. Gue aja pulang sendiri," Ralyn mengusap dagunya. "Lo pulang sama gue aja gimana?" Tanya Ralyn. Sejujurnya, Ali malas berbincang dengan perempuan didepannya ini. Tapi keadaan memaksa. Apalagi sampai ia meminta pulang bareng gitu. Tapi, Ali tak tega menolaknya.
"Ntar deh ya. Gue ke toilet dulu, udah kebelet gue." Ucap Ali pura-pura tergesa. Ia berharap, Ralyn tak mengungkitnya lagi.
-----
"Li, jadi pulang bareng gue?" Tanya seorang perempuan tiba-tiba dari belakang Ali. Ali menghela napas malasnya. Ia benci saat ketika ia tak suka berbicara dengan seseorang tapi ia tak bisa menyudahi pembicaraan itu. Juga saat ia harus pulang bersama Prilly tapi ia tak bisa menolak permintaan Ralyn.
"Eh-em. Prilly nya belum ketem--"
"Dia udah pulang kali sama Revan. Udah lo anter gue pulang aja." Potong Ralyn sambil naik keatas motor Ali dan memakai helm yang biasa dipakai Prilly. Ali yang melihat perempuan itu sudah nangkring diatas motornya menghela napas malas lagi, kali ini lebih panjang.
"Yaudah. Ayo." Ucap Ali akhirnya.
Dilain tempat dan waktu yang sama, Prilly sedang berada di kantin. Memegangi gelas pelastik yang berisikan jus alpukat. Ia menunggu Ali menghampirinya untuk pulang bersama. Tapi sudah hampir setengah jam, laki-laki itu belum juga menemuinya. Tapi, Prilly tetap menunggu. Sampai tiba-tiba sebuah suara memecahkan lamunannya.
"Hey!"
"Revan? Belum pulang lo?" Tanya Prilly pada laki-laki dengan kaos hitamnya itu.
"Harusnya gue yang nanya sama lo. Kok lo belum balik? Ali mana?" tanya Revan pada Prilly setelah melirik jam putih ditangannya.
"Gak tau tuh. Hampir setengah jam gue tungguin gadateng-dateng. Bete gue Van." Ucap Prilly sambil memanyunkan bibirnya, lucu. Prilly menyesap jus alpukatnya sambil masih bercelingak-celinguk mencari keberadaan Ali.
"Buat hari ini lo pulang sama gue ajalah. Ayo!" Tukas Revan tanpa menunggu persetujuan dari Prilly. Namun perempuan itu juga tidak menolak tawaran Revan.
Revan berjalan menuju motornya, diikuti Prilly dibelakang sambil masih memegang sisa jus alpukatnya. Prilly yang sedang menatap tas dipunggung Revan masih menunggu kedatangan Ali untuk menjemputnya. Namun Prilly juga harus segera pulang karena ada keperluan lain dirumahnya yang tak bisa diulur lagi. Prilly menaiki motor Revan. Tanpa Prilly dan Revan sadari, ada gumpalan kertas yang dilempar seseorang kepunggung Prilly, tapi Prilly tak menyadarinya.
-----
Ralyn dengan senyum yang hampir tak pernah pudar masih mengaitkan tangannya dipinggul Ali. Ia memeluk laki-laki itu, tertidur. Atau lebih tepatnya pura-pura tertidur. Saat sampai, Ali membangunkan perempuan itu, Ralynpun turun dari motor Ali. Senyumnya tak sekalipun pudar saat dimotor bersama Ali tadi.
Setelah menerima ucapan terimakasih dari Ralyn dan menjawab 'sama-sama', Alipun melajukan motornya, menuju aula menemui Revan
-----
Ali lebih dulu datang di aula. Ia berulang kali menelepon Revan, dan sepertinya ia sedang dalam perjalanan menuju aula. Beberapa menit menunggu, akhirnya Ali menemui Revan berjalan kearahnya. Revan dengan permen karet didalam mulutnya menghampiri Ali yang sedang duduk disisi kiri aula.
"Ada apa? Tentang Prilly. Hem?" Tanya laki-laki berjaket coklat itu. "Ohya, tadi gue yang anter dia pulang, lo kemana bro? Dia nungguin lo hampir jamuran kali."
"Gue nganterin cewek gatel ono dulu. Thanks udah anter dia." Jawab Ali yang dihadiahi anggukan oleh Revan tanda mengerti.
"Tentang Prilly," ada jeda sedikit pada kalimat Ali. Ali seperti ragu ingin menanyakan pertanyaan ini pada Revan. "Lo inget kan, beberapa hari yang lalu gue sempet ngasih tau lo tentang kertas yang Prilly dapet?" Tanya Ali.
"Inget gue."
"Gue mau tanya sama lo," Ali tambah ragu menanyakan hal ini mengingat Revan yang mengantar Prilly pulang tadi. "Apa bener kertas itu lo yang lempar ke dia?" Tukas Ali dengan keraguan tinggi. Revan tertawa kecil mendengar pertanyaan Ali, wajahnya sama ragunya dengan wajah Ali.
"Pertanyaan lo nggak masuk akal." Jawab Revan setelah menghentikan tawanya. "Waktu lo kasih tau kabar itu ke gue, gue justru bilang ke lo mau bantu lo buat cari pelakunya," Revan terkekeh lagi. "Logikanya, kalo emang gue pelakunya, masa iya gue mau bantu lo buat ungkapin kejahatan gue?" Jelas Revan pada Ali yang malah menundukan kepalanya. Dugaannya kali ini salah.
"Gue tau lo gak akan ngelakuin hal sekonyol itu. Gue percaya lo sekarang." Kata Ali akhirnya.
"Gue gak tau apa-apa tentang insiden 'kertas terbang' itu. Dan gue tau korbannya itu cuma Prilly, sahabat gue." Jelas Revan lagi.
"Gue mau minta bantuan lo Van. Buat nyari tau siapa pelakunya."
"Gue bantu lo Li."
---------
Prilly POV
Pagi ini aku pergi kekampus sendiri karena Ali berangkat lebih dulu. Ruangan pertama yang kukunjungi ketika sampai adalah perpustakaan. Aku harus meminjam buku untuk memperbanyak bahan materi untuk makalah yang akan dikumpulkan bulan depan.
Perpustakaan pagi-pagi seperti ini masih sepi, itulah mengapa aku memilih pagi untuk mengunjungi perpustakaan. Tenang dan konsetrasipun mudah. Aku menuju rak buku pelajaran disamping kiri meja baca dan memilih buku yang hendak kubaca. Setelah kuambil dan meminjamnya kepada penjaga perpustakaan, akupun kembali duduk untuk membacanya.
kelas akan dimulai 10 menit lagi, aku membereskan buku-buku diatas meja dan meletakkan didalam tasku, beranjak berdiri dan....
Aduhhh!
Kertas yang sudah berbentuk lingkaran dan sudah lecak persis mengenai kepalaku. Memang tidak sakit tapi kaget. Kubuka kertas itu dan kubaca isinya.
Jauhin Ali
Ya, dua kata tapi berarti. Aku tak terlalu menghiraukan kertas itu, kumasukkan saja kedalam tasku untuk kuberi tahu Ali. Saat sedang memasukkannya kedalam tas, suara yang sangat kukenal menyapaku.
"Hay Prill," Itu Revan. "Lagi apa?"
TBC~
Hay para pembaca :) Akhirnya aku publish cerita ini dalam jangka waktu yang cukup lama :D semoga pada penasaran siapa sebenernya pengirim surat anehnya. Apakah sicowok permen karet Revan? Atau mungkin ada seseorang dibalik 'kertas terbang' itu? Ada yang sudah menduga?
Thanks for reading, btw :*
Hugs
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top