Prolog

Aku bertemu dengannya lagi. Dia terlihat jauh berbeda. Jika dulu ia terlihat sangat cantik dengan rambutnya yang selalu digerai, lalu ia akan mengikatnya ke atas saat merasa lelah dan membuatku ingin berteriak padanya untuk tidak mempertontonkan auratnya seperti itu. Terlebih lagi jika nanti itu untukku. Namun yang terjadi adalah aku selalu tak bisa berkata-kata, dan berakhir dengan mengeluarkan kalimat yang hanya membuatnya kesal. 

Sekarang, ia berkali lipat jauh lebih cantik dengan jilbab yang menutup rambut indahnya. Aku hampir tak mengenalinya. Aku ingin tahu apa yang membuatnya bisa berubah seperti itu.

Ada hal yang selalu membuatku penasaran tentangnya. Ia selalu menolak setiap pria yang mendekatinya. Ia cantik dan pintar. Tentu banyak laki-laki yang menyukainya, ia juga dekat dengan mereka, ia mudah bergaul. Tapi saat ada yang menyatakan perasaan padanya, ia akan menolaknya, menjauhinya, dan bersikap dingin. Tak ada satu pun yang berhasil mendapatkan hatinya, mengetuk pintu hatinya saja mungkin tidak.

Aku ingin tahu, alasan apa yang membuatnya enggan menerima seorang pria dalam hidupnya. Apakah ia menyimpan seseorang dalam hatinya, ataukah memang tak berniat memberikan hatinya pada siapa pun?

Aku pun menyukainya, sangat. Tapi aku tak pernah mendekatinya seperti mereka. Bagiku, itu adalah hal yang percuma. Bukankah lebih keren jika memintanya langsung pada orang tuanya? Benar, kan? Jadi, aku memilih pergi darinya untuk sementara, untuk menenangkan hati dan pikiranku. Agar aku bisa menempatkan cinta ini dengan benar. Aku ingin lebih mencintai-Nya, aku ingin lebih mendekat pada-Nya, karena saat itu aku merasa jauh dari-Nya. Aku takut, Allah murka padaku atas apa yang aku perbuat sebelumnya. Aku hanya ingin kembali pada jalan yang seharusnya.

Jika ia untukku, aku pasti akan memilikinya. Meskipun sebenarnya aku tak yakin dengan apa yang aku lihat, aku tak yakin ... kalau dia memang untukku. Apakah Tuhan memilihnya untukku, ataukah ada seseorang yang lain, aku tidak tahu. Yang aku yakini adalah hatiku, telah memilihnya.

-Ilham Zamzam Mubarok-

~~***~~

Karena kamu terlalu indah, sampai tak ada lagi kata yang bisa melukiskan tentangmu. Kau terlalu sempurna, hingga anganku tak mampu lagi lebih jauh tuk bermimpi. Kamu, seperti matahari, hingga aku tak mampu tuk menatapmu.

Terima kasih untuk segala kepedulianmu terhadapku, berkat dirimu aku bisa menemukan hal yang telah lama hilang pada diriku. Jika boleh jujur, sebenarnya aku menyimpan sebuah rasa padamu, rasa yang tidak asing. Namun tak sanggup untuk kuungkapkan, untuk kuperlihatkan ke permukaan. Aku tahu siapa diriku, aku kerikil dan kau mutiara. Pantaskah jika aku ingin memilikimu, bersanding denganmu seumur hidupku? Tentu saja tidak, bukan? Aku hanya akan menyimpan beban dan harap ini tanpa seorang pun yang tahu.

Jika saja, aku lebih mengenal-Nya sejak dulu, lebih dekat dengan-Nya, mungkin aku tak akan melalui masa lalu yang hingga kini kusesali. Tapi masa lalu hanya sejarah yang tak bisa aku ubah. Aku masih punya masa depan, yang bisa aku ubah. Aku yang akan menentukan masa depanku. Aku ingin mencintai-Nya, sesungguhnya, sebenar-benar cinta. Tanpa mengharap cinta darinya.

-Ayesha Khayla Suhaila-

~~***~~

Mereka bilang, aku adalah gadis idaman: cantik, pintar, solehah, hafidz quran, sudah itu wanita karir yang sukses, paket komplit, begitu mereka mengatakannya. Tapi aku merasa selalu ada yang kurang pada diriku, entah apa. Aku sadar saat aku bertemu dengannya, aku membutuhkan seseorang yang akan menjadi pendamping hidupku, imamku yang akan menjadi penyempurna agamaku.

Selama ini aku selalu menolak pria yang Ayah kenalkan padaku, atau pria yang datang langsung melamarku, aku selalu mencari-cari kekurangan mereka. Padahal tak ada manusia yang sempurna, semua itu hanya alasan untukku.

Saat Ayah mengenalkanku padanya, aku rasa aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Konyol, bukan? Padahal selama ini aku selalu menolak semua pria. Tapi untuk pria ini, aku menyukainya saat pertama kali melihat wajahnya. Dan aku semakin mengaguminya saat tak sengaja mendengarnya mengaji di mushola, aku juga sering mendengarnya melantunkan berbagai sholawat. Suaranya benar-benar indah. Aku cukup akrab dengannya, kami menjadi dekat karena berbagai alasan. Di setiap sepertiga malam, aku selalu menyelipkannya dalam do'aku, merayu pada Allah agar ialah yang menjadi imamku, yang akan menuntunku menuju surga-Nya. Tapi entah kenapa, dia terasa begitu jauh, dia seperti salah satu dari milyaran bintang di langit sana. Sejauh itu, aku selalu memandangmu, sampai kapan kau akan berbalik melihatku?

-Inayah Rafifah Zuhaily-

~~~***~~~

Assalamu'alaikum! Ada yang kangen saya?? Hahaha *pede
Saya kembali bawa cerita Ilham. Ya, Ilham 😁 saya putuskan untuk membuat cerita tentang dia. Sepertinya gak bakal panjang-panjang, dan konfliknya gak seribet DP mhehe. Pokoknya lebih ringan dan biasa saja. Wkwk. Oke, that's it.
Vomment kalau mau di lanjut ya :D
Eh nggak ding, buat yang mau baca aja silahkan kalau suka, kalau nggak ya gak maksa 😅

So, gimana menurut kalian?

Wassalam.

14 December 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top