3

Sialan! Anjir!!

Anne bener-bener menunjukan sinyal penolakan!
Ketika aku sampai di depan gerbang rumahnya, aku tersenyum melihat dia yang sudah berdiri disana.

"Gue udah pesen taxi," katanya dengan muka datar, membuat senyumku berubah garing.

Benar saja, dari arah belakang tiba sebuah taxi dan segera Anne masuk dan taxi berjalan meninggalkanku bersama Ibunya Anne di gerbang.

Ibunya tersenyum simpati melihatku. Kepalang malu sekalian menebalkan muka saja, kudekati ibunya dan aku salim. Anggap aja pedekate ke ibunya dulu, siapa tahu bisa bantu buat luluhin hati anaknya.

"Namanya siapa?" Halus sekali suara dia.

"Ditto, tante."

"Maaf ya Ditto, Anne itu memang anaknya suka labil. Kayak sedikit introvert," paparnya dan aku hanya bisa mengangguk dan menjawab tidak apa apa, lalu harus menjawab apa selain itu? Akhirnya aku beranjak dari rumahnya setelah berpamitan.
.
.
.
.
.

Hari ini jam kosong di akhir jadwal pelajaran, membuat kita semua bermalas-malasan hingga bel pulang dibunyikan.

"Gue mau jemput Della, lo mau ikut ga?"

Tawaran Leo membuatku sedikit ragu, tapi setelah di pikir-pikir, "okelah gas. Gue pake motor sendiri ya,"

Leo mengacungkan jempol sambil beranjak dari tempat meja tempat kita bermalas-malasan.

Mobil Leo berhenti tak jauh dari gerbang SMA Nusa bakti 2 dan motor hitam milikku menyusul di belakangnya. Dari jauh tampak Della melambaikan tangannya antusias dengan kehadiran sang pacar. Tentu saja dia bersama ketiga temannya, Sisil yang sedang ngobrol dengan Aini dan Anne yang sedang sibuk dengan ponselnya. Mereka berjalan ke arah kami, dan sepertinya Anne belum menyadari kehadiranku, dan benar saja seperti dugaan aku, dia melebarkan mata melihat aku berdiri di samping Leo, tapi seperti sedang menata hatinya untuk tetap terlihat tenang dia kembali mengambil ponsel dan aku tahu pasti dia hanya pura-pura membuka chat padahal tidak ada yang mengiriminya pesan. Aku nyengir dibuatnya.

"Hai semuanya, " aku menyapa dengan sok akrab padahal baru kemarin kenalan dengan mereka.

Mereka sibuk bercanda dan tertawa hingga saling dorong, tapi mataku hanya tertuju pada cewek kecil nan imut dan putih itu. Dia hanya terdiam dan hanya sesekali menimpali.

Ketika tiba saatnya Della membuka pintu mobil Leo, yang lain pun ikut membuka pintu seat belakang mobil.

"Eits! Mau kemana?" Pertama kaget dengan perlakuan Leo yang menarik tas punggung Anne ketika dia hendak masuk mobil, tapi seketika aku tersenyum lebar ketika melihat dia merespon perbuatan Leo.

"Ih.. Leo! Gue kan juga mau masuk mobil elo!" Entah kenapa aku selalu tersenyum melihat dia menggerutu dan cemberut.

"Temenin dia kasihan sendiri," bisik Leo dan menunjuk ke aku dengan sudut matanya. Tangan leo masih mencengkeram tas punggung Anne.

Seperti sedang memproses apa yang di maksut Leo, dia menoleh padaku dan berkedip beberapa kali. Di saat demikian Leo menutup pintu mobil dan berlari ke arah pengemudi.

"Bye bye Anne, Ditto." Regu koor itu kompak berseru dan melambai pada si gadis yang tampak perlu di kasihani.

"Ditto, titip Si kecil ya," teriak Sisil centil.

"Ditto, anterin Anne sampai rumah dengan selamat ya, awas kalau di turunin di jalan,"

"Siap bos!" Jawabku nyengir.

"Sampai depan pintu rumah!" Imbuh Sisil.

"Sampai depan pintu kamar! Ya gak Ne?" Aku mencoba membanyol meskipun takut kalau-kalau Anne marah dan malah pesan taxi online lagi.

Tapi ternyata tidak, dia menoleh dan berkata, "ayo buruan, aku udah capek banget hari ini."

Yess! Aku tidak ditolak. Dia mau dibonceng dan tidak pesan taxi online saja aku sudah senangnya bukan main.

.
.
.
.
.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top