1

"Tin ! Tin !"  Itu bunyi klakson yang menandakan alarm untukku segera beranjak dari kamar berantakan ini.

Sekali lagi aku berdiri sebentar di depan cermin dan membenahi rambut terurai ku, oke lumayan. Dan segera berjalan cepat menyambar tas jinjing kado ulang tahun dari Della.

Berjalan dengan cepat untuk segera keluar rumah setelah berpamitan dengan Mama.

"It's girl time..." Aku terkikik melihat regu koor itu berebut untuk nongol di kaca pintu mobil.

"Ada yang sombong nih, dapat kado mobil warna cetar merah merona," ucapku ketika duduk dan memasang seat belt. Aku diberi tempat duduk di seat depan di mobil barunya.

Della melirik dengan pongahnya memainkan alis.

"Sudah 17+ sih," jawabnya sembari mengibaskan rambut panjangnya.

"Belum 18+ ya jadi masih anak-anak." Ini Aini seperti biasa dengan nasihat-nasihatnya. Dia masing sering berbeda pendapat dengan kita yang kekanakan. Aku menoleh padanya dan baru tahu kalau ternyata ada Joy juga ikut.

"21+ aja kalau belum nikah juga masih harus waspada lho ni," sahut Sisil dan entah kenapa dia itu suka mencoba menyanggah ketika Aini bernasihat.

"Eh, Ada Joy," kataku.

"Iya. Diajakin sama Della. Nggak keganggu kan kalian?"

"Engga lah.. kita mah bebas berteman dengan siapa aja." Seru yang lain.

"No boy kan hari ini?" Kata Aini memastikan lagi.

"Sesuai permintaan lo Ni," ujar Della.

Yaa dia masih jomlo, eh sebenarnya aku juga sih. Kalau kalian tanya bagaimana kabar dengan kak Yongki, aku jawab baik-baik saja karena kami masih berteman dengan baik. Ya, teman!

Dia sudah Lulus dan sudah kuliah di universitas yang dia impikan. Dan dia sibuk. Hehe. Meskipun begitu dia masih sering telepon aku kok. Kadang juga main ke rumah. Meskipun jarang banget.
.
.
.
.
.
.
.

Akhirnya kita tiba di kafe our story setelah berdebat kecil menentukan tempat. Aku memesan choco lava dan matca latte, setelah memberitahu Della pesananku, aku segera duduk di meja yang berdekatan dengan kaca lebar, aku suka duduk disini dengan memandangi orang-orang di jalan yang berlalu-lalang.

"Kenapa dedaunan yang biasanya diganti kaktus sih," aku bergumam sembari menggeser sedikit menjauh kaktus itu.

"Takut kena sikut," kataku lagi ketika Aini, Joy, dan Sisil duduk di depanku. Meja kami memanjang jadi nanti Della yang akan duduk di sebelahku.

"Lo aja yang terlalu khawatiran anaknya," sahut Aini.

Aku hanya mencebik menanggapi.

Aku menoleh pada Della yang berjalan mendekat, dan

"Hai Girl."

Ditto. Dia tiba-tiba sudah berdiri disamping dan menyeret bangku untuk dia duduk.

****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top