PROLOG: Sihir dalam Kemasan

Sembilan bulan telah berlalu sejak Bibi Lily mencuri Bliss Cookery Booke tepat di depan batang hidungnya. Hari ini, Rosemary Bliss menemukan hal mengerikan di rak Ralph's Super Mart, di pusat kota Calamity Falls.

Sepatu kets Rose berdecit di lantai saat dia berhenti di tengah jalan.

Lusinan wajah menatap ke arahnya dari kotak-kotak kardus. Wajah tersenyum bibinya yang pembohong dan licik. Setiap kotak bertuliskan BAHAN-BAHAN SIHIR LILY! SEPERTI YANG ADA DI TV!

Tube mayones ukuran ekonomis terlepas dari genggaman Rose dan jatuh ke lantai. "Mom!" jeritnya.

Ibu Rose, Purdy, berlari menghampiri. "Ya ampun."

"Bukan, Mom, bukan mayonesnya. Lihat!" Rose menunjuk ke arah kotak bahan-bahan sihir Lily.

Sejak menghilang bersama Cookery Booke ajaib milik keluarga Bliss, Lily menepati janjinya untuk memanfaatkan buku itu agar menjadi terkenal. Dia telah menulis buku resep laris, 30 Menit Sihir Lily, dan memandu acara memasak di televisi. Sekarang, di sanalah dia, tersenyum bahagia di rak-rak pasar swalayan mereka, sementara Calamity Falls menderita kelesuan parah. Tanpa buku itu, Purdy dan Albert Bliss tidak punya pilihan selain membuat pai, muffin, dan croissant biasa dari halaman-halaman buku resep Betty Crocker biasa. Kue-kue itu masih tetap enak, tentu saja, dan warga Calamity Falls masih datang setiap pagi, seperti biasanya. Namun, sihir kota itu telah mengering, meninggalkan segala sesuatu dan semua orang merasa seperti daun selada rebus—lemah, kelabu, dan layu.

Gambar Lily di kardus tampak cantik seperti biasa. Rambutnya yang dulu pendek sekarang panjang, tergerai di bahu dalam lapisan-lapisan cokelat kehitaman bergelombang sempurna. Dia tersenyum menggoda. Kedua tangannya terbungkus sarung tangan oven berwarna oranye, bertengger di pinggulnya. "Tambahkan satu sendok makan ke dalam setiap resep 30 Menit Sihir Lily," begitu bunyi tulisan di kardus, "untuk mendapatkan sejumput sihir!"

"Baca ini!" teriak Purdy sambil menelusuri huruf-huruf berukuran mini di kardus dengan ujung telunjuknya. "Tidak mengandung cukup zat besi atau vitamin C. Bahan-bahan: rahasia. Belum ada izin BPOM."

"Kenapa ada orang yang mau menyantap makanan yang belum mendapatkan izin dari BPOM?" tanya Rose.

"Lily itu selebritas," kata Purdy sambil mengibaskan poninya yang berantakan dari mata, "orang melihat wajahnya dan mereka langsung menggesekkan kartu kredit. Ditambah lagi, coba lihat ukuran hurufnya."


BELUM ADA IZIN BPOM


"Apa yang harus kita lakukan, Mom?" bisik Rose. Bulu kuduknya berdiri setegak prajurit. Rose merasa tidak enak karena sadar bahwa, pada masa mudanya, dia telah melakukan sebuah kesalahan. Dia memercayai Bibi Lily yang licik dan menyebabkan bencana bagi Calamity Falls. Sekarang, membayangkan bahwa bencana tersebut telah menyebar ke seluruh dunia, begitu berat untuk ditanggung.

"Yang harus kita lakukan adalah mencari tahu apa sebenarnya 'bahan-bahan sihir' ini," kata Purdy sambil menggulung lengan mantel birunya yang compang-camping. Dia memasukkan kotak demi kotak ke keranjang belanjaan plastik merahnya sampai rak tersebut kosong.

Rose dan ibunya menghabiskan sepanjang akhir pekan itu untuk memanggang semua resep dari 30 Menit Sihir Lily dan menambahkan sejumput bahan sihir Lily ke setiap makanan.

Bahan sihir itu berupa bubuk kelabu kebiruan yang berbau seperti roti bakar gosong. Ketika Rose memasukkan sesendok makan bahan sihir ke adonan Kue Puding Cokelat Lengket Lily, adonan tersebut mendesis seperti minyak panas dan membisikkan nama bibinya di setiap letupan, "Liiilyyy!"

Ketika Rose memasukkan sesendok makan bahan ke adonan kulit pai Tart Apel Tatin Karamel Lily, adonan kulit tersebut menggeletar di atas meja dan mengikik, "Lily!"

Hal yang sama terjadi pada Crème Brûlée Vanili Lily dan Pai Persik ala Persik.

Saudara-saudara Rose, Ty dan Sage, masuk ke dapur saat hendak bermain basket di pekarangan rumah. "Apa ada yang bilang 'Lily'?" tanya Ty.

Setelah Bliss Cookery Booke dicuri, Ty tetap bertambah tinggi. Rambut merahnya, yang dilapisi gel, ditata lurus tegak pada bagian depan, sehingga dia tampak seolah sedang mengenakan mahkota setinggi lima sentimeter, atau pagar merah. Dia membeli sendiri sebotol kolonye dari apotek pada hari ulang tahunnya yang ke-16, membuatnya beraroma seperti diskotek berjalan.

"Kupikir kita tidak diizinkan menyebutkan namanya!" Sage berteriak ke alat perekam. Adik Rose itu baru saja membaca bahwa sejumlah pelawak merekam percakapan sehari-hari mereka, untuk berjaga-jaga siapa tahu ada hal lucu yang terlontar. Maka, dia pun mulai merekam setiap komentar yang terlontar, untuk berjaga-jaga kalau dia membutuhkan materi untuk lawakan rutinnya kelak. Sage juga sudah bertambah tinggi dan pipinya tumbuh semakin tembam secara proporsional. Begitu juga dengan rambut keriting merah di atas kepalanya.

"Tidak ada yang menyebut namanya," sahut Purdy.

"Aku cuma memberi tahu Mom tentang teman baruku, Tilly," kata Rose, "dan teman-temanku yang lain, Billy dan Gilly ..., yang tinggal di Philly."

Ty dan Sage memicingkan mata dengan curiga ke arah saudara perempuan dan ibu mereka, lalu bergegas keluar.

Rose dan Purdy melanjutkan percobaan bahaya mereka. Kue Pound-for-Pound Rendah Kalori Lily yang keluar dari oven berbau seperti karet gosong, begitu juga Bola-Bola Kue Goreng, Kue Lemon Lezat, dan Puding Roti Brioche Maknyus Lily.

"Apa kita terlalu lama memanggangnya?" tanya Rose.

"Tidak!" seru ibunya kebingungan, "Kalau ada apa-apa, pasti karena kurang matang."

Saat Rose dan Purdy selesai, setiap permukaan dapur Follow Your Bliss Bakery—Toko Roti Ikuti Kebahagiaanmu—tertutupi oleh piring-piring kue, kukis, pai, dan puding, masing-masing berisi sesendok bahan sihir Lily. Dapurnya sendiri dipenuhi bau tak enak yang menyengat samar-samar.

"Bagaimana kita tahu kalau kue-kue ini berbahaya?" tanya Rose.

Purdy mengibaskan tepung dari ikal rambutnya yang acak-acakan. "Entahlah," katanya. "Apa kita berani mencoba sendiri?"

Rose mencubiti bibir bawahnya, memikirkan apa yang harus dilakukan terhadap kue-kue yang berpotensi mengandung racun tersebut. Sementara itu, Purdy menyalakan TV portabel yang ditaruh di atas meja untuk keadaan darurat.

Rose sangat kesal melihat Lily muncul di layar mengenakan gaun koktail hitam ketat. Secara kebetulan, mereka malah menyetel acara masaknya. "Ini dia, devil's food cake terenak sedunia!" kata Lily, "Dan, kalian tahu apa artinya: waktunya untuk kata C!"

Dia mengangkat tangannya seperti pendeta sementara seluruh penonton di studio berseru dengan keras, "Cokelat! Cokelat! Cokelat!"

Rose mengganti saluran dengan jijik, lalu membersihkan tepung yang menempel pada remote control dengan mengusapkannya ke celana jins. Sebuah iklan muncul.

"Penawaran terbatas! Spatula istimewa Lily seharga 19.95 dolar saja! Pesan sekarang, dan akan kami hadiahkan Loyang Bundt Bombastis secara cuma-cuma!"

Rose kembali mengganti saluran. "Ya ampun!"

Lagi-lagi Lily. Kali ini, dia sedang berada di lokasi acara bincang-bincang, mengenakan gaun koktail hitam ketat yang berbeda. "Rahasia kesuksesanku?" ujarnya sambil mengerjap-ngerjapkan bulu mata dengan malu-malu. "Hasratku untuk memasak, tentunya!"

"Setel berita!" bentak Purdy. Rose pun kembali mengganti saluran televisi.

"Berita hiburan hari ini," kata si pembawa berita, "sebuah rekor baru telah tercatat. 30 Menit Sihir Lily menjadi acara memasak siang hari dengan rating tertinggi dalam sejarah siaran televisi. Ratingnya bahkan telah melampaui jumlah televisi di Amerika, angka statistik yang terus membingungkan pihak berwenang."

Rose dan Purdy sibuk menatap layar televisi ketika Leigh berjalan tertatih-tatih ke dapur. "Aku mau makan, Mommy."

"Makan siang setengah jam lagi, Leigh." Tanpa menoleh, Purdy mengulurkan tangan untuk mengacak-acak rambut Leigh. "Sepertinya, kau baru potong rambut." Sejak berumur empat tahun, Leigh memaksa untuk memotong rambutnya sendiri. Hasilnya adalah seonggok gumpalan rambut hitam berantakan yang memiliki panjang beragam. "Kenapa kau tidak ambil pita agar aku bisa mengikat rambutmu?"

"Oke!" kata Leigh dan beranjak pergi.

Namun, dia tidak pergi jauh. Karena terpesona oleh kemunculan Lily yang bertubi-tubi di televisi, Rose dan Purdy tidak memperhatikan saat Leigh meraih ke atas meja dan melahap seluruh Kue Pound-for-Pound Lily yang panjangnya sekitar tiga puluh senti.

Leigh duduk di lantai selama semenit, menjilati jari-jarinya, lalu berdiri dan berdeham.

"Wah, lezat sekali!" katanya dengan suara yang terlalu berat, besar, dan anggun untuk keluar dari bibir yang kecil. "Itu kue pound yang sangat lezat. Sangat manis, tapi tidak terlalu manis. Lembut, gurih, lembap .... Siapa yang bertanggung jawab untuk santapan ringan ini?"

Rose dan Purdy berputar dan menatap anak perempuan yang sesaat lalu tidak tahu apa itu kue pound, apalagi santapan ringan.

Oh, tidak, pikir Rose.

Leigh mendongak menatap televisi dan melihat Lily duduk sambil menyilangkan kakinya yang panjang dan kecokelatan. "Tentu saja! Itu dia, Lily, dari 30 Menit Sihir Lily, pembawa acara televisi yang ratingnya paling tinggi dalam sejarah Amerika! Lily, ahlinya kue Danish, gurunya parfait, masternya kraker graham! Sayang sekali, karismanya harus terkurung di bidang masak-memasak. Dia seharusnya mencalonkan diri menjadi pejabat!" Leigh berhenti sejenak, menikmati ide barunya. "Ya! Lily harus menjadi presiden wanita pertama di Amerika Serikat! Dia adalah jagonya roti kayu manis! Ratunya—"

Purdy membekap mulut Leigh dan menatap Rose dengan ketakutan.

Bola mata Leigh tampak begitu lebar, sehingga pupilnya menyerupai pusaran hitam yang tak berujung.

Rose duduk di kursi panjang berkulit merah di meja makan, terpana. "Kalau Lily membuat orang-orang memakan campuran ini," ujar Rose muram, "seluruh negeri akan berada di bawah kekuasaannya." Rose menarik tudung wol usang sweter hijaunya ke atas mata. Lily bukan hanya menginginkan ketenaran, sepertinya kini dia juga menginginkan kekuasaan.

Leigh melepaskan diri dari pegangan Purdy dan berjalan menuju pintu belakang. "Aku tidak mau dirantai seperti budak! Aku mau pergi mencari Lily dan memberitahunya secara langsung bahwa dia sangat luar biasa!" Gadis kecil itu membanting pintu belakang, meninggalkan Rose dan Purdy di antara loyang-loyang kotor dan kue-kue bernoda, berkeringat serta berlumur tepung dan cipratan adonan kuning.

"Urusan pertama kita," kata Purdy, "adalah membuat Leigh normal kembali. Lalu, kita harus membersihkan dapur ini. Kemudian—"

Namun, Rose tak perlu diberi tahu tentang urusan yang ketiga. Negara berada dalam bahaya besar, dan itu semua adalah kesalahan Rose. Dia tidak tahu bagaimana caranya, tetapi dia tahu dia harus mencuri kembali Bliss Cookery Booke.[]


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top