7
Dahlia menatap laki-laki muda di depannya dengan tatapan tak percaya, karena yang ia tahu Agra adalah laki-laki yang ramah, menyenangkan dan bertanggung jawab. Selama bersama Nada, dia tak melihat cela yang membuat dia ragu dan memberikan restu saat tahu ada laki-laki yang serius pada anak bungsunya. Tapi saat tadi ia mau masuk ruang perawatan Nada dan mendengar semua yang dikatakan oleh keduanya hatinya hancur seketika, hingga ia mengurungkan masuk dan menunggu di luar hingga Nada tertidur. Kini di depannya laki-laki itu tertunduk, antara takut, resah dan khawatir serta menebak-nebak karena wajah Dahlia yang terlihat tegang menahan marah.
"Maaf saya terpaksa menunggu Nada tertidur dan menunggu Nak Agra di sini, di kantin rumah sakit, ada yang ingin saya tanyakan."
"Iya Tante."
"Saya tadi sempat mendengar Nada bertanya apakah Nak Agra laki-laki masa lalu Kasih, karena di luar saya tidak mungkin bisa melihat Nak Agra mengangguk, tapi dari suara Nada yang menahan tangis saya yakin Nak Agra mengangguk, lalu saat ia bertanya lagi apakah Nak Agra yang membuat Kasih menghilang selama tujuh tahun, Naka Agra malah mengalihkan pada hal yang lain tapi saya bisa menyimpulkan jika semuanya itu benar, saya hanya tak habis pikir bagaimana Nak Agra yang terlihat begitu baik tega menyakiti dua anak saya, dan terus terang saya tidak mau bertaruh untuk nyawa Nada, jika ia semakin kesakitan saya tidak bisa menjamin jantungnya akan baik-baik saja, jika Kasih masih bisa menahan sakit selama tujuh tahun maka Nada akan segera sampai ke akhirat jika tahu bahwa Nak Agra sebenarnya tidak mencintainya. Jadi akan saya persiapkan pernikahan antara Nak Agra dan Nada dalam waktu sepuluh hari, saya tahu saya nekad tapi saya tak ingin kehilangan lagi setelah suami saya meninggal."
"Tapi Tante, kondisi Nada ..."
"Tak masalah, menikah di rumah sakit, di ruang perawatan Nada, yang penting kalian sah sebagai suami istri!"
Dahlia bangkit dari duduknya dan melangkah agak cepat menuju ruang perawatan Nada, sekuat mungkin ia menahan air matanya, ia hanya menyesali yang telah terjadi, kesakitan Nada saat tahu laki-laki yang ia cintai ternyata laki-laki masa lalu kakaknya. Dan Dahlia semakin meyakini apa yang ia lihat saat Agra menatap Kasih dengan mata penuh rindu. Bukan tak peduli pada kesakitan Kasih tapi kondisi Nada yang ringkih yang lebih ia khawatirkan.
.
.
.
Agra melangkah dengan wajah kalut menuju unitnya, setelah ke luar dari lift ia melangkah pelan dan tertegun saat di depan unitnya ia melihat Karen dan berdiri bersandar pada dinding dan menoleh saat Agra mendekat.
Wajah Agra terlihat tegang, lalu melangkah pelan menuju pintu unitnya dan menekan pasword, membuka pintu, diikuti oleh Karen yang juga masuk tanpa disilakan.
Agra duduk, ia menatap wanita yang malam itu menggunakan jaket dan celana berbahan jins.
"Ada apa muncul lagi setelah kau menghancurkan aku dan Kasih? Tak cukupkah kau membuat aku kehilangan wanita yang aku cintai?"
Karen tertawa mengejek, ia buka jaketnya dan menyisakan kaos tanpa lengan.
"Apa kau kira hanya kau yang menderita? Setelah kau tak mau bertemu sama sekali denganku, hingga semua akses kau tutup lalu kau pindah ke apartemen ini, aku juga menderita! Aku baru-baru ini saja menemukan apartemenmu setelah rekan kerja di kantor baruku Minggu lalu mengajakku ke sini dan aku melihatmu berkelebat. Aku hamil setelah peristiwa tujuh tahun lalu, dan keluargaku menganggap aku melempar aib hingga aku terusir dari keluarga besar, aku membesarkan sendiri anakmu, ia sudah besar, tak mau kah kau bertemu?"
Agra menatap Karen tanpa senyum.
"Sudah selesai drama yang kamu karang? Setelah menghilang lalu datang lagi dan minta pertanggungjawabanku? Siapa yang tak tahu jika kau biasa tidur dengan laki-laki manapun yang kau mau? Dan malam laknat itu aku baru tahu jika kau memasukkan obat perangsang, betul kan? Heh dan aku semakin tak yakin jika itu anakku, bisa anak dari semua laki-laki yang kau tiduri."
"Bukankah kau membuka cela untuk aku tiduri? Mengapa kau juga memberiku harapan hingga aku memupuknya semakin besar, obat perangsang itu hanya perantara saja karena aku melihatmu sebenarnya juga menginginkan tidur denganku dan benar kan? Kau sangat liar dan menggairahkan, kau tak pernah lelah semalam suntuk membuat remuk badanku!"
"Ke luar! Ke luar kau dari sini, aku tak butuh wanita jalang sepertimu!"
Dan Agra menarik Karen secara paksa ke luar dari unitnya lalu melempar jaket Karen, pintu ditutup berdebam, Agra meremas keras rambutnya, ia semakin kalut, wajah Kasih berlarian dalam pikirannya.
Agra melangkah pelan menuju kamarnya berbaring di sana dan mengerang pelan menyebut nama Kasih.
.
.
.
"Mengapa kau diam saja Kasih, mengapa kau bisa menahan rasa sakitmu saat melihat Agra dan adikmu bertunangan?"
Dahlia tak bisa menahan air matanya lagi, sedangkan Kasih tak bisa berucap apapun, setelah mendengar semua cerita mamanya.
"Ma, tak usah dibahas lagi, sekarang yang lebih penting adalah kesehatan Nada, hanya yang aku sayangkan mengapa Mama malah memajukan pernikahan mereka? Aku bukannya iri pada Nada tidak, tapi akan semakin sakit bagi Nada jika menikah dengan laki-laki yang ternyata tak pernah mencintainya, hanya memanfaatkannya untuk kembali dekat denganku."
"Mama tak punya cara lain untuk mengikat Agra, adikmu sangat mencintai laki-laki itu, jika mereka gagal menikah aku tak menjamin apakah adikmu masih bernapas."
"Maaa, tapi bukan begini caranya."
"Tak ada cara lain, Agra harus berada di sisi Nada, agar Nada tetap bisa bernapas."
"Agra bukan Tuhan, Ma."
"Tapi karena cintanya pada laki-laki itu Nada bisa bertahan!"
.
.
.
Arya kaget setelah mendengar cerita dari Kasih, mereka berada di sebuah cafe, masih sama-sama menggunakan baju yang mereka gunakan dari tempat kerja mereka masing-masing. Ia raih tangan Kasih dengan ragu, ia genggam tangan dingin itu yang tak lama kemudian ditarik pelan oleh Kasih. Melepaskan genggaman Arya meski ia sempat merasakan hangatnya tangan laki-laki itu.
"Wah, aku jadi ngeri Sayang, jika adikmu menikah, aku yakin setelahnya mamamu akan menyuruh pasangan itu tinggal di rumahmu karena kondisi adikmu yang tak mungkin hanya diawasi Agra yang juga sibuk, dan dengan sendirinya kamu akan sering bertemu laki-laki itu, aku jadi khawatir dan cemburu, aku takut dia juga mencuri kamu, kita percepat pernikahan kita juga ya, aku nggak mau kehilangan kamu."
Kasih jadi menghela napas berat.
"Kamu kok jadi merajuk gini sih? Ini aku mau curhat Aryaaa, kamu malah merengek-rengek."
"Iyaaa tapi aku jadi takut, mau ya kita nikah secepatnya, setelah adikmu langsung kita yang nikah gimana? Kita urus juga pernikahan kita, besok aku sama mamaku akan ke rumahmu, pokoknya aku nggak mau tahu, aku maksa beneran ini. Aku kayaknya suka beneran sama kamu, Sayang."
"Halaaah, bukan suka, paling kamu takut aku ngelirik laki-laki itu lagi, nggak akan! Nggak akan pernah! Semua sudah selesai."
"Sumpah! Aku takut kehilangan kamu, aku mulai suka sama kamu Kasih." Lagi-lagi Arya meraih tangan Kasih.
Kasih tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu kok jadi lucu gini."
"Pokoknya besok, aku sama Mama mau ke rumahmu, mau bicara serius akan menikahi kamu, aku pingin tetap ada pesta pernikahan meski nggak megah, biar semua orang tahu kalo kamu sudah jadi milik aku."
"Ck, terlalu mendadak Aryaaa, persiapan gak cukup."
"Semua bisa, pasti bisa asal ada uang dan ..."
"Dan apa?"
"Dan kamu mau jadi istriku."
💗💗💗
6 Maret 2022 (07.44)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top