4


Lepas empat puluh hari setelah Sungkono meninggal akhirnya berlangsung pertunangan antara Agra dan Nada. Mata bahagia Nada berbanding terbalik dengan mata kuyu Agra.

"Kamu nggak salah milih Nada, kan Agra?"

Agra menoleh pada mamanya. Mira hanya menggerakkan bahunya. Saat acara telah selesai dan para tamu menikmati hidangan.

"Maksud Mama?" Agra menatap tak mengerti pada mamanya.

"Kamu bertunangan dengan Nada tapi sejak awal mama melihat matamu pada wanita elegan itu, dia kakaknya Nada kan? Tadi aku sempat dikenalkan oleh calon mertuamu."

"Dia sebenarnya yang dulu pernah mau aku kenalkan sama Mama." Suara lirih Agra sukses membuat mata Mira terbelalak.

"Agra?"

"Semua salahku Ma, dia melihat aku tidur dengan Karen di apartemenku dan selesai semuanya."

"Laki-laki bodoh! Dan Karen bukan wanita yang tepat untuk kau jadikan istri, kau tahu dia terbiasa hidup tanpa aturan!"

"Aku tahu Ma, aku terjebak, dia memberi obat perangsang dalam minumanku dan ...."

"Tapi kau memang memancing di air keruh untuk apa kau mengundang dia ke apartemenmu? Kalau bukan untuk kau makan?"

"Maaaa waktu itu kami kerja lembur, dikejar deadline."

"Sampai harus ke apartemenmu? Kau sama saja, bukan terjebak tapi sengaja menjebak dirimu sendiri, sekarang rasakan akibat perbuatamu, calon istri sakit-sakitan, calon ipar yang akan terus ada di depan matamu!"

Mira mengutuki tindakan bodoh anaknya. Sedang mata Agra mencari-cari di mana Kasih, tadi ia sempat melihat Kasih dengan dokter yang sangat ia tak suka karena seolah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dan ekor mata Agra menangkap Kasih yang bergerak menuju samping rumah, ia bangkit hendak memburu wanita yang tak memberikannya kesempatan bicara sama sekali.

"Agra, mau ke mana? Acara belum benar-benar selesai!"

"Sebentar Ma."

Langkah Agra tergesa, ia sempat kehilangan Kasih tapi tak lama kemudian ia melihat wanita itu hendak menuju ruang makan, sedangkan acara berlangsung di bagian depan rumah yang sangat luas. Agra berhasil menangkap lengan Kasih. Kasih kaget bukan main dan ia berusaha melepaskan tangan Agra.

"Lepaskan, kita sudah selesai, berjalanlah seolah kau baru mengenalku!"

"Aku masih mencintaimu Kasih, sampai kapanpun, apa yang kamu lihat beberapa tahun lalu tak seperti pikiranmu." Agra menahan lengan Kasih lebih kuat. Kasih menatap dengan tatapan dingin pada laki-laki yang terlihat memohon padanya.

"Oh ya? Dalam satu kamar dengan seorang wanita, sama-sama tidak pakai baju dan kalian tidur nyenyak seolah kelelahan setelah bertempur dengan kondisi kamar acak-acakan, satu hari sebelum aku ingin mengenalkanmu pada mama dan papa, apakah ada penjelasan lain dari kondisi kalian pada saat itu? Terima kasih telah memberi luka yang amat dalam padaku, ingat pesanku jangan sakiti adikku, layaknya kau menyakitiku!"

Kasih menarik dengan keras lengannya. Dan menunjuk wajah Agra dengan jari bergetar.

"Jika adikku kau sakiti, akan aku sakiti kau dengar tanganku!"

Kasih menahan air mata yang hendak tumpah dan saat akan berbelok ia melihat Arya di depannya dengan tatapan bingung.

"Kasih?"

"Antarkan aku, Arya?"

"Kemana?"

"Please jangan banyak tanya!"

.
.
.

Di sepanjang jalan seperti biasa, Kasih hanya diam dan Arya jadi bingung menghadapi wanita yang sejak awal seolah menyimpan banyak misteri.

"Tadi aku hanya melihat kau hendak menangis, ada apa?"

"Laki-laki itu menghadang aku, dan ingin menjelaskan semuanya, tapi bagiku sudah selesai."

"Tunangan adikmu?"

"Yah."

"Astaga, benar ternyata jika kalian pernah bersama, aku melihat kekhawatiran yang teramat sangat di matanya saat kau pingsan dan dia seolah cemburu saat aku menggendongmu ke mobil."

Kasih menoleh dengan mata tak suka.

"Kau?"

"Kau pikir ada orang pingsan jalan sendiri ke mobil?Kamu berat juga ternyata."

"Kau!"

"Iyaaaa, aku Aryaaaa."

Kasih hanya mendengus karena kesal. Dan semakin kesal saat Arya berhenti di sebuah rumah makan padang.

"Kok!?"

"Aku lapar, belum sempat makan malah kamu ajak kencan, ayo turun temani aku makan!"

Kasih hanya geleng-geleng kepala, lalu melihat Arya yang telah berdiri di samping pintu mobil saat ia hendak turun.

"Aku bukan tuan putri yang harus kamu perlakukan seperti ini."

"Bukan gitu, kamu pake kain panjang, kebaya pula, ntar sulit jalan, ah nuduh aja, ayo, mana tanganmu!"

"Aku bisa ..."

Dan Arya menarik tangan Kasih agar segera turun dari mobil.

.
.
.

Kasih menatap tak percaya pada porsi makan Arya yang dalam pikirnya gila-gilaan, nasi dua porsi, perkedel 3, ayam masak gulai 2 potong besar juga lalapan daun singkong dan sambelnya yang menumpuk jadi satu piring. Rasanya tak mungkin melihat badan tegap Arya yang seolah selalu menjaga asupan makanan dan pasti berolahraga teratur. Sejenak Arya menghentikan makannya.

"Ngapain kamu lihat aku terus? Aku suapin? Salah sendiri nggak mau makan, cuman minum teh manis hangat mana kenyang."

"Nggak lapar sih."

Arya terkekeh lalu melanjutkan makannya. Arya yakin Kasih kehilangan selera makan setelah berbicara dengan Agra. Setelah selesai makan Arya membasuh tangannya dan meraih beberapa lembar tisu.

"Maaf, aku makan kalap, dari siang nggak makan, pasien pas rame, hanya sempat sholat saja, di sini rumah makan langgananku jadi tahu yang biasa aku makan."

"Kelihatan banget emang kalo kamu kelaparan, gak ada jaim-jaimnya makan di depan aku, kalap banget."

"Halaaah kita kan gak ada rasa, jadi gak ada malu-malu, malu-maluin iya." Arya terkekeh geli namun tiba-tiba tawanya terhenti.

"Kasih."

"Hmmm."

"Kita nikah yuk!"

Mata kasih terbelalak kaget, ia pukul lengan Arya.

"Gila kamu, aku nggak ada rasa sama kamu, nggak suka juga sama cerewetnya kamu!"

"Kita ini dua orang yang sama-sama sakit, aku menyembuhkan lukaku dengan kerja keras, meski tetap sulit lupa akan sakit hatiku, kamu juga, sakit karena laki-laki itu hanya kau tak berusaha melupakannya, makanya kita nikah aja, siapa tahu jadi obat."

"Kalo gak bisa?"

"Kita usahakan bersama."

"Kayaknya aku nggak bisa Arya."

Dan Arya hanya bisa mengembuskan napas berat, entah mengapa meski tak begitu mengenal Kasih, dirinya yakin jika Kasih wanita yang baik.

.
.
.

Keesokan harinya ...

"Kak, ada apa antara Kak Agra sama Kak Kasih di masa lalu?" Wajah Nada memerah menahan tangis.

Dan Agra terlihat kaget saat tiba-tiba saja, Nada sudah berdiri di depan ruang kerjanya dan segera menariknya masuk sesaat setelah Agra membuka pintu. Ia menatap tak percaya ke arah Nada, rasanya tak mungkin jika Kasih yang membuka semuanya.

"Aku melihat Kakak memegang lengan Kak Kasih, dan Kak Kasih menatap kakak dengan penuh kebencian, lalu aku melihat ia menunjuk wajah Kakak, jangan sampai kalian ada kisah di masa lalu, atau jangan sampai kakaklah yang membuat Kak Kasih menghilang selama tujuh tahun!"

💔💔💔

4 Maret 2022 (13.05)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top