KEGELISAHAN HATI
Langit malam yang gelap dan terlihat bintang-bintang bertaburan membuat kegelapan terlihat indah. Angin malam terasa dingin, Ali dan Prilly saat ini terlihat sedang asyik mengobrol di teras rumah joglo yang Ali tempati. Mereka duduk di kursi rotan, Prilly bersandar di dada Ali santai dan nyaman.
"Abang," panggil Prilly lirih
"Hemmmmm," jawab Ali yang saat ini sedang memejamkan matanya, terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Aku boleh bicara sesuatu?" tanya Prilly lembut dengan nada berhati-hati
"Iya, kamu mau bicara apa Sayang?"
Ali mulai membuka matanya. Siap mendengarkan kata dari Prilly
"Aku tahu ini sering kita bahas Bang, tapi aku takut hal itu akan terjadi pada kita. Karena adat di daerah Abang yang masih kental, aku takut Abang ninggalin aku," nada bicara Prilly mulai terdengar bergetar dan parau menahan tangis.
Ali mulai memperbaiki duduk mereka. Dihadapkannya tubuh Prilly padanya. Ali menangkap manik mata coklat Prilly, dibalas oleh Prilly yang menatap mata tajam Ali namun meneduhkan hatinya. Ali menangkup pipi chubby Prilly dengan kedua tangannya.
"Hey Sayang, dengerin aku ya? Aku hanya mencintai kamu. Seluruh ruang hati aku cuma ada satu nama, yaitu ANCELIN ANGELA PRILLYANA. Hati ini udah aku gembok dan kuncinya aku buang di samudra. Apa pun yang terjadi nanti pada kita, aku mohon tetaplah kamu ada di samping aku. Kita lewati bersama ujian yang merintang. Tetap kaitkan tangan kita seperti ini," jari-jari Ali masuk kesela-sela jari Prilly, lalu Ali menggenggam erat tangannya.
"Walau badai menerpa, gelombang menerjang, kalau kita saling mengeratkan genggaman, kita tak akan terpisahkan. Kamu mengerti maksudku, Sayang?" tanya Ali lembut pada Prilly.
Ali memberi keyakinan dan ketenangan untuk Prilly, agar mereka siap, jika suatu saat nanti hal yang dikhawatirkan selama ini benar-benar terjadi.
"Iya Bang, aku mengerti. Maafkan aku," sesal Prilly dan menundukan kepalanya.
Ali segera membawa Prilly ke dalam dekapannya. Prilly sudah merasa tenang saat ini. Namun dalam hatinya ada rasa takut dan was was.
"Udah ya, sekarang aku antar kamu pulang. Sudah malam, besok aku ada kerjaan pagi. Dapet tugas dari camer untuk lihat kondisi di pabrik," ucap Ali membuat Prilly tersenyum mendengar kata 'camer' hati Prilly merasakan ada suatu harapan besar yang ingin itu menjadi nyata.
"Iya, kenapa harus diantar? Kan cuma disitu aja. 5 langkah langsung sampai," Prilly menirukan lagu pacar 5 langkah.
"Nggak baik bidadari malam-malam jalan sendiri," goda Ali yang mendapat cubitan kecil di perutnya.
"Aw, kok Abang dicubit sih?" pekik Ali sambil memegangi perutnya.
"Habis Abang suka banget godain aku begitu. Aku kan jadi malu, Abang?" Prilly menutup wajahnya karena pipinya sudah memerah bak kepiting yang sudah direbus.
Ali tertawa melihat gadisnya yang saat ini malu-malu seperti itu, membuat ia gemas dan ingin selalu menggodanya.
"Udah yuk! Aku antar kamu," ajak Ali yang sudah beranjak dari duduknya dan mengulurkan tangan membantu Prilly berdiri.
Ali mengantar Prilly sampai di pintu belakang rumah utama. Pintu untuk akses ke luar masuk dari halaman belakang. Sesampainya di ambang pintu, Prilly yang tadinya ingin melangkah masuk, lalu berhenti saat mendengar panggilan Ali.
"Sayang?" panggil Ali lirih.
"Hemmmm iya ... ada apa Bang?"
Prilly berhenti dan nenoleh, menatap Ali yang saat ini sudah berada di hadapannya.
Ali memeluk pinggang Prilly, hingga tak ada jarak di antara mereka.
"I love you Sayang, good night. Mimpiin aku, jangan mimpi yang lain! Aku akan menunggumu di persimpangan jalan mimpi ya?" Prilly hanya tersenyum mendengar ucapan Ali.
Prilly merasakan napas hangat Ali semakin dekat dengan wajahnya. Ali memiringkan kepalanya, mendekatkan dan semakin mendekat hingga tak ada jarak.
Cup!
Bibir tipis Prilly merasakan kenyalnya dan lembutnya bibir Ali. Dengan reflek Prilly mengalungkan tangannya di tengkuk Ali. Ciuman yang awalnya hanya menempelkan bibir, kini Ali mulai melumatnya perlahan dan lembut. Tak terima hanya dengan itu, Ali sedikit menggigit bibir bawah Prilly, agar mulutnya terbuka dan Ali dapat mengekspose lidahnya ke dalam mulut Prilly. Gulatan lidah Prilly dan Ali menimbulkan decapan. Prilly meremas rambut belakang Ali. Tangan Ali pun tak hanya diam. Ia elus lembut punggung Prilly. Ali merasakan gairahnya saat ini mulai meninggi, hingga celana bawahnya terasa sesak. Dengan perlahan Ali mulai melepaskan ciumannya. Prilly yang tampak kecewa dan tak terima dengan sikap Ali ini, hanya mengerucutkan bibirnya.
"Maaf Sayang, belum waktunya lebih dari ini. Abang nggak mau terbawa nafsu. Abang ngerasa ada yang berontak di bawah sana. Jadi sekarang kamu masuk ya? Sebelum Abang berubah pikiran." Ali terkekeh sendiri menyadari apa yang terjadi padanya saat ini.
"Iya ... ya, I love you to Abang, sugeng endalu." Selamat malam, begitulah arti bahasa daerah yang Prilly ucapkan untuk Ali.
Prilly pun masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya. Ali kembali ke rumah joglo. Saat Ali masuk, terdengar Kevin memanggilnya.
"Ali, Prilly sudah pulang?"
Ali mencari suber suara dan ternyata Kevin berada di ruang tengah sambil menonton televisi.
"Sudah Kev, kenapa?" Tanya Ali sembari menutup pintu dan menguncinya.
Joglo yang ditempati mereka saat ini memanglah rumah adat Jawa Tengah. Berbentuk kuno tetapi masih terawat baik. Di dalamnya sudah banyak barang-barang modern dan lengkap, ada beberapa barang lawas yang masih ada di sana terlihat unik rumah itu. Walau tak luas, namun tatanan ruangannya membuat nyaman dan betah di dalam rumah joglo itu. Ali dan Kevin saat ini sedang menonton televisi bersama.
"Li, wisuda nanti, keluarga kamu bakalan datang ke sini kan? Mereka bakal tahu hubunganmu sama Prilly dong? Kamu sudah siap?" tanya Kevin tiba-tiba membahas masalah itu.
"Iya Kev, aku sudah siap. Apa pun yang terjadi nanti, Insya Allah aku dan Prilly siap menghadapinya bersama," jawab Ali penuh keyakinan.
"Aku cuma berpesan sama kamu, jangan pernah sakiti hati calon adik ipar aku itu. Keluarganya sudah baik dengan kita. Mereka tidak pernah membedakan kita saat berkumpul bersama kelurganya. Aku yakin, kamu bisa melewati itu semua," nasehat dan pesan Kevin pada Ali sambil menepuk pelan pundaknya. Memberi sedikit ketenangan dan kekuatan untuk Ali.
"Iya Kev, terima kasih. Kamu mah enak Kev, sama-sama orang Jawa. Kenapa harus ada perbedaan sih?" gerutu Ali dengan wajah lesu.
"Hey! Itu adalah ujian untuk kalian. Seberapa besar cinta kalian, Tuhan menciptakan perbedaan agar hidup kita saling melengkapi," jawab Kevin memberi semangat dan kepercayaan untuk Ali.
"Iya! Betul Kev, kini saatnya aku berjuang untuk kebahagiaanku," ucap Ali dengan penuh keyakinan.
Setelah mereka merasa puas mengobrol dan menonton televisi, akhirnya mereka masuk ke dalam kamar masing-masing.
***
Pagi ini Ali dan Kevin kembali berkumpul di meja makan bersama keluarga Sudradjat. Memang itu permintaan Reza sendiri, agar mereka selalu ikut sarapan bersama. Saat sarapanlah momen yang tepat untuk berkumpul. Karena sebelum semua sibuk dengan urusan masing-masing, mereka dapat mengobrol dan membicarakan sesuatu. Dengan pikiran yang masih fresh dapat lebih santai saat berbicara.
"Kalian hari ini ada acara apa?" Reza mengawali pembicaraan
"Mila dan Kevin mau ke tempat Bude Raharjo, Pa. Mau membicarakan acara adat yang nanti kita pakai buat resepsi pernikahan. Kan harus jauh-jauh hari, Papa tahu sendiri perias Jawa ternama seperti Bude selalu dipakai pejabat dan piayi-piayi. Mila dan Kevin nggak mau kalah start," jelas Mila panjang lebar.
Hari ini adalah hari Minggu. Tidak ada yang bekerja, kecuali Azkia dan Prilly yang setiap hari harus mengontrol usahanya.
"Pa, aku sama Prilly nanti mau ke Restoran. Ada menu baru yang dikeluarkan. Papa mau ikut?" tawar Azkia pada suaminya.
"Tidak dulu kali ini Ma, Papa ingin istirahat saja di rumah. Kalian jangan menyetir mobil sendiri. Ini weekend pasti jalanan ramai," pesan Reza penuh perhatian kepada istri dan putrinya.
Memang daerah Jogjakarta terlihat ramai saat weekend. Mungkin karena kota ini banyak dengan tempat wisatanya, jadi para wisatawan saat akhir pekan banyak menghabiskan waktu di kota tak pernah sepi ini.
"Nggak Pa, nanti Ali yang antar kamu," sahut Prilly menenangkan hati Reza.
"Baiklah, kalian hati-hati di jalan. Ali kalo menyetir jangan ngebut ya?" pesan Reza mewanti-wanti.
Reza adalah orang yang sangat menyayangi keluarganya. Ia selalu over protektif jika menyangkut keluarga. Kevin dan Ali sudah ia anggap bagian dari keluarganya.
Ia tahu akan ada benteng besar yang nantinya akan menghalangi hubungan putri keduanya dengan Ali. Namun ia sebagai orangtua hanya dapat mendoakan dan membantu semestinya saja. Karena ia yakin, Ali sangat mencintai putrinya, dan mereka berdua dapat mengatasinya bersama.
Karena dengan keyakinan dan kekutan cinta, sebesar apa pun benteng yang menjadi penghalang akan mereka robohkan bersama. Sekeras apa pun batu jika ia terkucuri air terus menerus akan terkikis juga. Apalagi hati yang pada dasarnya organ tubuh yang bersifat lembek. Percayalah, bahwa perbedaan bukanlah hal yang besar untuk alasan dua anak adam dan hawa jika ingin bersatu.
########
Part kedua masih belum jelas arah ceritanya. Hehehe
Sabar, nanti juga bakalan jelas.
Terima kasih untuk yang sudah vote dan komennya ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top