Pisau Bermata Dua
Cring~ Gemerincing lonceng tanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Karma cafe."
Seorang wanita tua masuk ke dalam kafe. Ia duduk, lalu memesan secangkir moccacino dan sepotong roti bakar. Sky membawakan pesanan wanita tua itu sambil membawa daftar menu kosong.
"Sebelum aku pergi ke Nirvana, bolehkah aku meminta tolong?" ucap wanita tua itu.
"Kami akan melakukan yang terbaik." Sky tersenyum padanya. Ia memberikan daftar menu kosong pada pelanggannya.
Wanita tua itu mengambil daftar menu kosong dan menatapnya. Sekilas potongan masa lalunya berpindah ke daftar menu kosong dalam bentuk tulisan. Sky meminta menunya kembali dan segera membaca riwayat dari wanita tua itu.
Wanita itu sempat di rawat di rumah sakit sebelum ia meninggal, Ratih namanya. Sebelumnya, Ratih sempat terserempet mobil dan membuatnya terjatuh tak berdaya. Seorang anak SMA bernama Radhi yang sedang bolos sekolah melihat adegan itu dan segera menolong Ratih yang tergeletak di jalan. Radhi berusaha keras memberhentikan mobil-mobil yang melintas, hanya untuk sekadar membantunya menolong nenek itu.
Setelah berhasil membawa nenek itu ke rumah sakit dan mencoba menghubungi pihak keluarga, rupanya upaya itu tak berhasil. Ratih tinggal seorang diri, tanpa anak-anak, tanpa keluarga, tanpa siapa pun. Wanita tua itu menghadapi dunia ini seorang diri.
Mendengar hal tersebut, hati kecil Radhi, yang merupakan berandalan di sekolahnya menjadi tersentuh. Bolosnya pada kesempatan kali ini, membawanya dalam sebuah perubahan besar dalam hidupnya.
Hari-hari berlalu, Radhi selalu mengunjungi Ratih sepulang sekolah dan membawakannya makanan, atau buah-buahan. Pemuda itu mencari pekerjaan sampingan untuk ikut membantu meringankan biaya rumah sakit.
Namun, Tuhan punya rencana lain. Tak sampai satu pekan berada di rumah sakit, Ratih meninggal dunia. Di usianya yang rentan, tentu saja recovery nya tak secepat ketika ia muda dahulu. Cedera yang ia alami, membuatnya harus mengakhiri kehidupannya di rumah sakit.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Ratih menatap wajah pemuda itu yang berlinang air mata. Dia memang bukan siapa-siapa, tetapi--setidaknya--Ratih tahu, bahwa di dunia ini masih ada seseorang yang menangisinya, walaupun, itu hanyalah air mata iba.
"Tolong gantikan aku untuk membalas kebaikannya, nona cantik." Ratih menggenggam tangan mungil Sky.
"Tentu saja," jawab Sky. "Sudah tugas kami untuk menuntaskan karma yang belum tuntas."
Setelah Ratih melakukan pelunasan pahala, Sky segera berjalan keluar Karma. Pahala-pahala ini sebenarnya berfungsi untuk ongkos masuk dan keluar Alam Suratma, serta menjadi jaminan kebutuhan para eksekutor Karma untuk menjalankan tugasnya di Dunia. Di Alam Suratma terdapat bank ghaib, untuk menukar sejumlah pahala, menjadi mata uang Dunia.
"Woy, pulang sekolah nongkrong yuk!"
"Ah, enggak bisa, Rad. Besok senin kan udah masuk minggu ujian."
Begitulah teman-teman Radhi meninggalkannya sendirian. Wajar saja begitu, Radhi adalah anak yang selalu mendapatkan nilai buruk dan tak peduli akan hal itu. Bukannya berusaha memperbaiki diri, ia justru mengajak teman-temannya bermain.
Namun, meski dicap anak bodoh dan nakal, Radhi selalu membantu orang-orang yang terlihat membutuhkan bantuan. Ia juga kerap menyisihkan uang jajan untuk pengemis di beberapa titik yang sudah ia tandai.
Sore ini langit gelap, sepertinya akan turun hujan badai. Radhi berjalan pulang, mengingat tak ada seorang pun yang ingin diajak bermain ketika pekan depan sudah memasuki pekan ujian. Di tengah jalan, hujan rintik mulai turun. Ketika melewati sebuah gang sempit, ia melihat seorang wanita cantik sedang duduk beralaskan tanah. Radhi berjalan melewati wanita itu. Ia memberikan payungnya tanpa berkata-kata, kemudian lari sebelum wanita itu memiliki kesempatan untuk bicara.
Keesokan harinya, Radhi keluar untuk bermain, mengingat hari ini adalah hari libur sebelum memasuki pekan ujian. Ketika melewati gang yang kemarin, ia masih melihat kehadiran wanita yang kemarin ia berikan payung untuk berlindung dari hujan, tetapi jejak-jejak payungnya tak ia temukan di mana pun.
"Terimakasih atas kebaikanmu kemarin," tutur wanita itu sambil tersenyum, ketika Radhi hampir melewatinya.
Sejujurnya wanita itu bukan seperti seorang pengemis, karena ia membawa beberapa barang yang sepertinya ia jual, tetapi barang-barang itu terkesan kuno dan aneh.
Radhi sontak menoleh dan tersenyum pada wanita itu. "Sama-sama."
"Boleh saya minta waktumu sebentar? Saya ingin menunjukkan sebuah rahasia sebagai tanda terimakasih."
Rahasia?
Mendengar itu, Radhi menjadi penasaran, walau sebenarnya ia juga merasa was-was. Wanita itu mengambil sebuah bola kristal dan menyuruh Radhi untuk mendekat, menatap ke arah bola itu.
"Lihatlah, ini adalah masa depan yang akan kamu temui."
Radhi menatap kristal itu dengan tatapan kosong. Ia melihat dirinya sendiri yang sedang bersedih. Itu adalah cerminan dirinya sekitar lima belas tahun dari sekarang. Radhi terlihat seperti orang yang suram. Ia tak memiliki pekerjaan dan hidup serba kekurangan.
"I-ini apa?" Radhi tak melanjutkannya lagi, ia kini menatap ke arah wanita itu.
"Perkenalkan, nama saya Biru. Saya adalah seorang peramal. Benda ini adalah kristal masa depan. Siapa pun yang menatap kristal ini akan melihat dirinya lima belas tahun mendatang."
"Itu--aku lima belas tahun mendatang?" Radhi tampak panik.
Biru hanya mengangguk saja, tetapi ia tersenyum pada Radhi. "Masa depan itu kamu yang menentukan. Manusia memiliki kemampuan untuk merubah takdir dan memilih masa depannya sendiri."
"Takdir? Apa manusia bisa merubah takdir mereka?" tanya Radhi.
"Tentu! Selama manusia tidak berhenti untuk berusaha, tidak ada yang tidak mungkin. Termasuk merubah apa yang kau lihat tadi."
Radhi hanya mengangguk pelan dengan raut wajah yang tak mampu dijelaskan. Ia memutar tubuhnya dan berjalan kembali ke rumahnya.
Pekan ujian telah berakhir. Setelah pihak sekolah mengumumkan nama-nama siswa terbaik pada pekan ujian kali ini, satu sekolah geger mendengar nama Radhi menjadi siswa yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi. Banyak perkataan negatif terlempar hingga ke telinga Radhi. Nyatanya, Radhi tak mencontek atau pun berbuat curang. Ia hanya ingin merubah masa depan yang ia lihat minggu lalu, dengan cara giat belajar untuk merubahnya.
Seorang temannya menghampiri Radhi, Fari namanya. Siswa yang biasanya mendapat nilai tertinggi itu bertanya tentang rahasia Radhi yang mampu melampauinya. Radhi hanya menjawab, bahwa tak ada waktu yang ia lewatkan seminggu ini, tanpa belajar, bahkan ketika ia makan.
Merasa tak percaya, akhirnya Fari terus mendesak Radhi untuk bicara jujur, hingga Radhi lelah dan akhirnya menceritakan tentang peramal di gang dekat rumahnya.
Tak lama berselang dari cerita itu, Fari datang sendiri untuk menemui peramal yang diceritakan Radhi, dan binggo, wanita itu benar-benar ada di sana.
"Tolong ramal saya," tutur Fari.
Biru tersenyum melihat pelanggan barunya. Ia menyodorkan bola kristal seperti yang ia lakukan pada Radhi, dan memerintahkan Fari untuk menatap kristal itu.
Fari melihat dirinya hidup mewah dan bergelimang harta. Ia memiliki istri yang cantik dan juga keturunan yang tampan. Hidupnya mapan dan bahagia.
Mengetahui masa depannya cerah, ia segera pergi dengan senyum di wajahnya.
Sky yang sudah melakukan tugasnya, kini masuk ke dalam kafe. Ia sudah tak mendapati sosok Ratih di sana. Sepertinya wanita tua itu sudah di antar ke Nirvana oleh Tuan Yama.
"Kau cukup berbahaya, menampilkan masa depan seseorang pada dirinya sendiri," tutur Smooky.
Sky hanya tersenyum mendengar itu. "Apanya yang berbahaya? Aku hanya memperlihatkan masa depan mereka saja."
"Masa depan itu adalah rahasia langit, ia bagaikan pisau bermata dua."Smooky membakar ujung rokoknya. "Orang yang mulanya malas, ketika mendapati dirinya di masa depan menjadi suram, dia pasti akan mati-matian untuk merubah takdirnya."
Sky tak memberikan komentar tentang hal itu.
"Sebaliknya." Kepulan asap memecah di udara menghasilkan aroma melati yang menyengat. "Orang yang rajin, ketika ia mendapati dirinya sukses di masa depan, dia akan berhenti untuk berusaha. Karena orang itu akan berpikir, untuk apa sekarang aku capek-capek berusaha? Aku adalah orang sukses di masa depan."
Sky terkekeh mendengar itu. "Kau tahu, Smooky?" Ia berjalan ke arah Smooky dan duduk di kursi depan bar. "Anak yang kedua itu, ia berada di dalam mobil yang mencelakai client ku. Dia--adalah orang yang menyuruh sopirnya pergi tak bertanggung jawab atas apa yang meninmpa client ku. Anak itu pembunuh, tanpa ia sadari."
Kali ini Smooky yang diam tak berkomentar.
"Aku tak melakukan apa pun, mereka yang menentukan karma mereka sendiri, biar waktu yang menjawabnya. Aku hanya pemicu." Sky menyeringai, lalu mengambil kristal yang ia gunakan sebelumnya. Wanita itu terkekeh ketika melihat masa depan Radhi dan Fari yang bertukar.
Radhi yang malas, akhirnya menjadi rajin demi masa depannya. Sementara Fari yang rajin, akhirnya menjadi malas, karena optimis dengan masa depannya.
Masa depan memanglah bagai pisau bermata dua. Maka, Tuhan merahasiakannya dari manusia agar mereka berusaha demi hidup mereka sendiri.
Sungguh, Tuhan tidak akan merubah nasib satu kaum, kecuali kaum itu yang merubah nasib mereka sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top