Kuil Oreille
Cring~ Gemerincing lonceng tanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Karma cafe."
Hari ini suasana kafe begitu ramai di isi oleh arwah-arwah yang hanya berkunjung, untuk sekadar nongkong bersama teman-temannya. Di tengah keramaian ini, Sky tak menemukan keberadaan bocah yang selalu duduk di kursi pojok kafe ini.
"Mencari kekasihmu? Berhentilah, dia memang selalu pergi entah ke mana pada tanggal ini," ucap Smooky dari balik bar kafe.
Pada setiap tanggal dua puluh dua Desember, Kiddy memang selalu pergi entah ke mana. Tak seorang pun yang tahu. Ya, dia selalu menghilang di tanggal tersebut.
Jauh dari lokasi kafe Karma, Alam Suratma juga memiliki kota, pegunungan, bahkan laut seperti di dunia. Kiddy, bocah itu sedang berdiri di depan sebuah kuil tua yang terletak di puncak tertinggi Alam Suratma. Ia menatap liontin miliknya yang bertuliskan 'Lohia', serta menggenggamnya erat-erat. Kiddy menanjak ke atas kuil, lewat sebuah tangga yang terlihat tak memiliki ujung.
Kuil ini memiliki desain yang kuno, di mana bebatuan menjadi dominasi utama struktur dan interiornya. Kuil ini seperti reruntuhan terbengkalai, karena memang sudah ditinggalkan. Tak ada yang berkunjung ke tempat ini. Akar-akar dan rumput liar tumbuh merusak beberapa interior kuil.
Kiddy duduk bermeditasi di sebuah altar dan memejamkan matanya. Ia juga menajamkan fokus ke telinganya untuk memperjelih pendengarannya. Kuil ini bernama Oreille. Oreille, dalam bahasa Prancis memiliki makna telinga. Ya, di kuil ini, jika seseorang duduk relaks sambil memfokuskan diri, ia mampu mendengar keluhan-keluhan dan doa dari hati terdalam manusia. Telinga Kiddy agak bergetar, ia menangkap sinyal dari seorang manusia, dan langsung melakukan perjalanan astral ke Bumi.
Kini Kiddy berdiri di hadapan seorang remaja yang sedang marah pada Ibunya, ia marah karena Ibunya membangunkannya terlalu pagi.
"Ini masih pagi, Bu! Emangnya mau kerja rodi apa?!"
"Bapakmu, sudah tidak ada. Ibu lelah jika harus membereskan rumah sendirian. Sesekali, coba kamu bantu Ibu."
"Aku kan capek kuliah, Bu! Seenggaknya, liburan ini aku mau istirahat!" Ia memalingkan diri dari Ibunya, sambil menutup telinganya dengan guling. Ibunya hanya mampu menghela napas sambil mengelus dadanya berusaha untuk sabar.
Beberapa jam berlalu, ketika sang Ibu sedang menyapu halaman depan rumah. Anaknya lewat dan berdiri di hadapannya. "Bu, beliin aku motor dong. Cuma aku di kampus yang ke mana-mana naik angkutan umum. Capek."
Ibunya memandang penampillan anaknya yang sudah rapi. Ia baru saja mandi dan mengenakan pakaian terbaiknya. "Mau ke mana kamu? Katanya mau istirahat?"
"Ya, masa istirahat mulu. Mayat, kali ah," protes pemuda itu. "Bu, aku mau motor dong."
"Nak, keadaan kita kan sedang sulit. Untuk makan saja kita terkadang meminjam uang tetangga."
"Ibu kan punya tabungan tuh, berapa puluh juta. Beli motor kek, biar aku juga bisa bantu cari uang nanti pake motornya."
Memang, di zaman ini motor adalah sesuatu yang cukup krusial. Dengan kendaraan fleksibel itu, kita dapat menghemat ongkos, atau bahkan mencari pundi-pundi rezeki. Pada akhirnya, Ibunya mengalah dan membelikannya motor.
Namun, bukannya menepati janjinya. Pemuda itu justru semakin ugal-ugalan. Dia jarang pulang ke rumah. Bahkan ketika pulang, ia hanya meminta uang dan setelah itu pergi lagi.
Ibu. Wanita itu adalah manusia. Ia memang makhluk yang superior, tetapi juga memiliki hati yang bisa patah. Dan, tidak ada patah hati yang lebih besar daripada melihat seorang anak yang tumbuh tanpa pembaktian.
Ibu. Wanita itu pandai berbohong. Ya, dia adalah pembohong terbesar di dunia. Makhluk egois itu sering mengabaikan suara keluh perutnya, yang memberontak menuntut untuk segera diisi. Ia selalu mendahulukan darah dagingnya, ketimbang dirinya sendiri.
Ibu sudah makan, kamu habiskan saja makanannya.
Ibu sudah sehat, kamu minum saja obatnya demi kesehatan kamu.
Kamu istirahat saja, Ibu sudah cukup beristirahat.
Bullshit! Kalian percaya? Hahahaha.
Bisa jadi, dia belum makan dan sengaja menunggu kamu pulang, agar kamu tidak kelaparan ketika sampai di rumah!
Bisa jadi, Dia lebih sakit daripada kamu! Tetapi dia lebih mementingkan kesehatanmu! Karena baginya, kamu adalah segalanya!
Barangkali, ia tak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat, tetapi ia selalu membelai rambutmu secara lembut, agar kamu merasa nyaman dan dapat tertidur pulas!
Apa yang sudah kalian berikan pada wanita yang disebut dengan 'Ibu'?
Bahkan ketika kalian mempersembahkan seluruh dunia untuk Ibu kalian, niscaya, itu masih jauh dari kata cukup untuk membalas kasih sayangnya.
Seorang Ibu selalu melemparkan doa-doa baik untuk anaknya, tapi apakah anaknya juga selalu mendoakan Ibu mereka? Kiddy berdiri menatap wanita yang sedang menangis memohon untuk kebaikan anaknya.
Waktu terus bergulir, kini pemuda itu sedang membentak Ibunya. Pemuda itu tenggelam dalam dunia narkoba. Candu, membuatnya tak segan menyakiti Ibunya, ia memukul Ibunya karena tak memberikannya uang. Bukannya tak ingin memberi, hanya saja, Ibunya tak memiliki apa pun untuk diberikan lagi.
Kini Ibunya hanya mampu menangis dan secara refleks berucap dalam hatinya, agar anaknya diberikan pelajaran.
Kiddy menarik tubuh astralnya kembali ke Alam Suratma. Masih sambil menutup kedua matanya, ia merasakan basah di sela-sela matanya. Sedihnya membuat gemuruh bertahta di atas langit Bumi. Ketika air matanya luruh, air hujan pun datang sebagai utusan langit.
Bocah Lohia itu membuka kedua matanya dan berdiri tegak, dengan raut wajah yang penuh amarah. Rambutnya berubah warna menjadi putih dengan gelombang listrik yang menyelimuti tubuhnya. Ia mengangkat satu tangannya dan menciptakan sebuah tombak menggunakan listrik tubuhnya. "Buntara ...." Ia menghentikan kalimatnya sejenak dan menarik napas dalam-dalam, lalu melesatkan tombaknya seraya dengan teriakan yang menampilkan urat-urat lehernya. Tombak itu, menjadi kilatan petir yang amat sangat cepat. Bahkan, gemuruhnya mampu memecah gendang telinga. "BRAJA!"
Listrik dari dalam tubuh berperan untuk mengatur berbagai fungsi organ mulai dari otak hingga jantung. Listrik di dalam tubuh berasal dari tiga elemen utama, yaitu proton, elektron, dan neutron. Proton mengandung muatan positif, elektron mengandung muatan negatif, dan neutron muatannya netral. Buntara Braja dalam bahasa sansekerta bermakna tombak petir. Kiddy mampu memanipulasi aliran listrik di dalam tubuhnya, dan mengeluarkannya dalam tegangan tinggi.
Dalam hitungan detik, pemuda yang tengah menghardik Ibunya itu, kini tergeletak karena sambaran petir yang menghantamnya. Sontak membuat Ibunya terbelalak, sambil menarik kata-kata batinnya.
Kini pemuda itu berdiri di sebuah tempat yang asing dengan kabut tebal yang mengeliliginya. Ia tak mampu melihat apa pun. Karena saking cepatnya kejadian barusan, pemuda itu tak menyadari bahwa dirinya telah tersambar halilintar.
"Akhirnya kita bertemu." Suara di dalam kabut, membuatnya menoleh dan mencoba untuk mencari sumber suara. Kabut perlahan mulai memudar, pemuda itu berada di sebuah reruntuhan kuil, seorang anak kecil duduk membelakanginya di atas sebuah altar.
"Di mana ini? Siapa, lu?" Ia bertanya pada Kiddy. Membuat bocah itu agak menoleh dan melirik pemuda itu menggunakan ujung matanya.
"Tenang, kau hanya mati suri. Anggap saja ini mimpi," jawab Kiddy.
"Apa maksudmu?" Pemuda itu memicingkan matanya dan mencoba mencerna ucapan Kiddy.
Kiddy memutar tubuhnya. "Apa sebenarnya yang membuatmu sebegitu rendahnya bersikap pada Ibumu?"
"Apa-apaan ini?" Pemuda itu berjalan mendekat ke arah Kiddy, tetapi Kiddy menjentikkan jarinya. Seketika, tubuh pemuda itu merasakan sebuah sengatan listrik dadakan dan membuatnya bertekuk lutut.
"Begitu seharusnya caramu memandang Ibumu. Mendongkak dan merendah." Kiddy beranjak dan berjalan mendekat ke arah pemuda itu. "Kau seharusnya bersyukur atas apa yang sudah kau miliki. Karena sejatinya, ada orang lain yang menginginkannya, menginginkan apa yang kau miliki, tetapi tak bisa." Perlahan, kabut mulai menebal kembali, menelan pemuda itu dan membawanya kembali ke raganya. "Kelak kau akan menyadari. Sesuatu yang berharga, akan terasa berharga, ketika kau telah kehilangannya."
Pemuda itu kini membuka matanya. Ia berbaring di rumah sakit seorang diri. "Ibu ...." Ia mencari keberadaan Ibunya yang biasanya selalu membangunkan pemuda itu dari tidurnya. Ia berusaha bangkit, tetapi ia tak bisa. Seluruh tubuhnya kaku, dan menolak mengikuti respons otaknya. Dan hanya bisa pasrah terdiam.
Sambaran petir menyebabkan semua sinyal listrik di dalam tubuh menjadi kacau. Jika, ia menyerang otot, biasanya orang yang tersambar petir, tidak dapat mengendalikan gerakan tubuhnya, alias lumpuh.
Sambaran petir juga mampu menyerang jaringan saraf halus. Jika ini terjadi parah, maka, orang yang tersambar petir tak lagi dapat merasakan suhu.
Kiddy berjalan meninggalkan kuil itu dengan kedua tangan yang bersembunyi di balik kantong celana pendeknya. Ia menuruni anak tangga yang begitu jauh, jarak antara atas dan alasnya.
Kau bahkan tak tahu, bahwa uang yang digunakan Ibumu untuk membelikanmu sebuah motor, adalah biaya operasi yang ia tabung selama ini, untuk mengangkat penyakit jantungnya. Gemuruh itu--memicu berhentinya jantung Ibumu. Bukan aku bermaksud jahat, hanya saja, memang sudah tiba waktunya Ibumu pergi. Sesalilah apa yang kau tanam, seumur hidupmu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top