Dua Saudara
Cring~ Gemerincing lonceng tanda kehadiran pengunjung.
"Selamat datang di Karma cafe."
Seorang pria masuk ke dalam kafe, ia menatap jam tangan miliknya, lalu celingak-celinguk kebingungan.
"Sebenarnya, di mana ini?"
Smiley menghampiri pria itu membawa daftar menu kosong, ia mempersilakan pelanggan yang baru saja datang itu untuk segera duduk. "Apa ada penyesalan yang tertinggal? Atau, apa ada karma yang ingin diberikan pada seseorang?" Smiley menyodorkan daftar menu pada pelanggan itu.
Pria itu masih tak mengerti, sebenarnya ia ada berada di mana. Ia tampak sedang mencerna semua ini sambil menatap daftar menu kosong milik Smiley. Pancaran matanya memberikan segala riwayat hidup dan semua data-data yang dibutuhkan.
"Kosong?" Pria itu kini menatap Smiley sembari menantikan penjelasan. Sontak Smiley mengambil menunya kembali dan membaca tulisan yang tiba-tiba saja muncul.
"Apa sebelumnya anda sedang menikmati segelas tequilla bersama saudara anda?" tanya Smiley.
"Nah, itu! Seharusnya aku ada di sebuah klub malam, bukan di kafe macem begini," jawabnya. Mendengar itu, Smiley kemudian tersenyum lebar, hingga ia terkekeh. "Apanya yang lucu?"
"Selamat!" Smiley mengajak pria itu untuk bersalaman. "Anda telah diracuni."
"Racun?" Pria itu mengernyit tak mengerti.
"Ini semua tentang warisan yang kalian perebutkan. Saudaramu ingin merebut semua harta itu, dan dia menganggap kau adalah gangguan, jadi dia me-ra-cu-ni-mu," jawab Smiley.
Harta, tahta, wanita. Bicara soal ketiga hal itu, tentu saja bukanlah hal yang sepele. Karena tahta, seorang bisa bermain kotor untuk mendapatkan kekuasaan, karena wanita, seorang sahabat bisa bermusuhan, dan karena harta, manusia bisa membunuh sesamanya.
Warisan, ketika seseorang terlalu serakah untuk menguasai harta warisan. Ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Itulah yang terjadi pada pria bernama Ilham ini, ia diracuni oleh saudaranya yang bernama Ihsan.
Ihsan menyimpan iri pada Ilham. Selain ingin merebut harta warisan, Ihsan juga merebut kekasih Ilham dan dalam waktu dekat akan memperistrinya. Ilham memiliki segalanya, dan Ihsan tak senang dengan segala pencapaian saudaranya itu. Ia berusaha untuk merebut segalanya.
"Tergantung permintaanmu. Kau akan membiarkannya hidup bahagia bersama wanitamu dan sebagian hartamu, atau--membalasnya." Smiley hanya tersenyum sambil menunggu jawaban dari pelanggannya.
"Ambil segalanya yang ia rebut dariku," tutur Ilham.
Smiley menyeringai dan memberikan kembali daftar kosongnya yang kini berisi detail tagihan yang harus dibayar. "Apakah ada kata sepakat di antara kita?" tanya Smiley.
"Ya, sepakat." Smiley bersalaman dengan Ilham, kemudian ia berjalan meninggalkan Karma.
Beberapa bulan telah berlalu sejak kematian Ilham. Kini Ihsan hidup bergelimangan harta dengan rumah mewahnya.
"Sayang, aku berangkat kerja dulu ya. Nanti tukang kebun baru kita datang sekitar jam sepuluhan." Ilham mengambil kunci mobilnya, ia mengecup kening istrinya, lalu pergi bekerja.
"Hati-hati ya, sayang." Istrinya membereskan meja makan setelah Ihsan pergi.
Putri namanya. Wanita cantik itu memanglah rajin dan bukan seorang pemalas. Meskipun di rumahnya ada pembantu rumah tangga, ia tak mengendurkan semangatnya untuk membantu apa yang bisa ia kerjakan.
Hari ini tukang kebun yang dipekerjakan oleh Ihsan akan tiba. Pekerja yang lama memutuskan keluar dari pekerjaan karena sebuah alasan.
Bel berbunyi, seorang pria berdiri di depan rumah milik Ihsan. Ketika mengetahui ada tamu yang berkunjung, Putri segera keluar untuk menyambutnya. Seorang pria tampan berdiri di balik pagar.
"Siapa, ya?" tanya Putri.
"Perkenalkan, saya Rian. Yang akan bekerja di sini sebagai perawat tanaman."
Rian namanya, tak ada yang menyangka bahwa pria muda berparas tampan, dengan pakaian yang rapi itu adalah seorang tukang kebun. Bahkan, Putri terdiam selama beberapa detik, dan mulai membukakan pintu gerbang untuknya.
Putri mengajak Rian untuk berkeliling. Ia akan tinggal di sebuah rumah kecil yang terletak di belakang rumah utama. Rian bertugas untuk menata, serta merawat seluruh tanaman hias dan juga menjaga halaman dari rumput liar.
"Kalo butuh apa-apa, saya ada di dalam. Saya tinggal dulu, permisi." Setelah memberikan instruksi pada Rian, Putri pergi meninggalkan Rian di rumah kecilnya.
Rian kini beristirahat sejenak, ia merebahkan dirinya di kasur sambil tersenyum menatap langit-langit kamar.
Beberapa hari berlalu. Rian memang handal dalam bidang ini. Ihsan dan Putri mengapresiasinya dan sering mengajaknya makan malam bersama. Semenjak kedatangan Rian, ia mampu menyihir halaman rumah Ihsan menjadi sangat estetik.
"Enggak salah saya mempekerjakan kamu," ucap Ihsan.
"Saya akan terus berusaha dengan kemampuan terbaik saya, Pak."
Hari ini adalah hari terakhir Ihsan berada di Jakarta. Besok ia akan pergi keluar kota dalam jangka waktu yang cukup panjang. Meninggalkan rumah mewahnya dan istri cantiknya.
Selepas kepergian Ihsan keluar kota. Rian dan Putri menjadi begitu dekat, mereka sering makan malam berdua. Putri sering berbagi cerita tentang dirinya, begitu pula dengan Rian.
Pada satu hari, Rian memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya. Ia sudah meminta izin pada Ihsan dan juga Putri. Putri nampak sedih, karena orang yang biasa menjadi pendengar curhatnya, kini akan segera pergi.
Namun, ketika Rian hendak berpamitan, ia membisikkan sesuatu yang membuat Putri terbelalak mendengarnya. Setelah ia memberikan sebuah map coklat, Rian pergi berlalu, meninggalkan rumah mewah yang terasa semakin dingin itu.
Sampai pada hari di mana kepulangan Ihsan tiba, malam ini ia akan mendarat di Jakarta. Putri membuat pesta kecil-kecilan untuk menyambut kepulangan suaminya.
"Selamat datang." Putri menyambut kedatangan Ihsan dengan pelukan mesra.
"Kamu sampe repot-repot gini, sih? Cuma buat nyambut kepulangan aku?" Ihsan menatap seluruh makanan dan minuman yang tersedia di meja makan. Putri datang membawa dua gelas martini, dan memberikan satu gelas pada suaminya.
Martini, minuman berkelas ini adalah koktail yang dibuat dengan gin dan vermouth dan dihiasi dengan zaitun. Idealnya Martini tidak boleh diguncang, tetapi diaduk.
"Cheers!" Putri dan Ihsan bersulang untuk merayakan pertemuan mereka kembali setelah beberapa bulan tak bersua.
Ihsan tersenyum, lalu meminum martininya. Beberapa detik kemudian, gelas yang ada di tangannya terjatuh hingga pecah akibat benturan dengan lantai. Ihsan terkapar di lantai dengan tubuh kejang dan mulut berbusa.
Putri hanya diam sambil memandangi Ihsan dengan wajah datar. Ia berjongkok dan membelai kepala suaminya. "Aku mendapat kabar dan juga bukti, bahwa kau yang membunuh Ilham," tuturnya.
"Karna harta warisan, kau membunuh kekasihku? Kau membagi hartamu dengan pihak berwajib untuk menutupi kasus ini dan memanipulasinya?"
Pada kenyataannya tim forensik mendapatkan bukti tentang kematian Ilham yang diracun melalui hasil autopsi, tetapi karena kekuatan uang, oknum akhirnya menjalin kesepakatan untuk memanipulasi kebenaran, tetapi hasil autopsi tersebut masih berada di tangan tim forensik. Ya, Rian yang mengetahui itu akhirnya menyelidiknya dan mendapatkan bukti-bukti tersebut. Ia membisikkan kebenaran pada Putri sesaat sebelum ia pergi dan meberikan hasil autopsi yang sebenarnya.
"Aku akan melakukan hal yang sama untuk membalas kematian Ilham!" Kini Putri, sebagai satu-satunya pewaris harta suaminya, akan menutup kasus kematian Ihsan menggunakan hartanya.
Perang tidak akan pernah berakhir. Dendam hanya akan melahirkan dendam baru. Selalu ada karma yang harus dibayar. Darah dibayar darah, gigi dibayar gigi, telinga dibayar telinga, nyawa dibayar nyawa.
"Kau memang bajingan licik," tutur Smooky, sesaat kepulangan Smiley ke Karma.
Mendengar itu, Smiley hanya menaikan satu alisnya sambil melempar tatapan bertanya.
"Tidak mau mengotori tanganmu sendiri," lanjut Smooky.
"Hah!" Smiley berjalan ke arah Smooky. "Memang begitulah aku, tidak seperti kau yang hanya tau membunuh saja!"
"Kau yang selalu memberikanku pekerjaan kotor itu! Karma-karma yang harus dibayar nyawa." Smooky meletakkan rokoknya di atas asbak. "Kau tidak seru, Smiley."
Smiley duduk di sofa dan bersandar untuk merelaksasikan dirinya. "Ya, terserahlah. Yang penting tugas kali ini sudah selesai." Smiley mengambil remot dan menyalakan televisi.
Kasus kematian Ihsan mulai terdengar ke seluruh penjuru negri. Dugaan ia meninggal adalah karena sakit jantung yang tiba-tiba saja terjadi. Karena tak ada seorang pun di rumahnya, istrinya baru mengetahui bahwa suaminya meninggal, setelah ia pulang dari acara arisan rutin di komplek perumahannya.
"Bagaimana?" Smiley menoleh ke arah Ilham yang masih duduk dan menunggu buah karma untuk saudaranya.
Ilham tersenyum melihat tayangan tersebut. "Tidak buruk."
Lonceng di pintu membuat semua orang menoleh ke arah pintu. Smiley menyeringai dan mematikan televisinya. Kini Ihsan masuk ke dalam kafe dan beradu tatap dengan Ilham yang masih berada di dalam Karma.
Smiley berjalan ke arah dapur dan mengambil dua bilah pisau. Ia memberikan satu untuk Ihsan, dan satunya untuk Ilham. "Silakan keluar dari sini. Selesaikan masalah kalian sendiri, dan setelah itu pergilah menghadap Tuan Suratma," tutur Smiley dengan seringainya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top