Bab XIII Sepasang kekasih muda
Duke Amour menutup pintu dengan keras untuk pertama kalinya. Arnold dan Romellia yang telah diusir hanya bisa saling menatap kebingungan bercampur geli. Mereka dengan jelas mengingat wajah merah menyala ayah mereka yang benar-benar marah karena ulah Romellia tadi.
"Ayah, ayo tetap menjadi keluarga jika aku tidak bisa menikahimu!"
"Tentu saja, aku adalah keluargamu Romellia!" bentak Duke Amour, untungnya di ruangan itu dia tidak memajang ornamen pedang apapun. Jika tidak, dia akan rela membelah otak putrinya dengan pedang.
"Aku tahu. Tentu saja, aku tahu. Tetapi maksudku—" Romellia berlutut, menekuk satu lututnya seperti seorang ksatria mengucap janji."—jika aku menikahi pria lain, aku tidak akan bersama ayah lagi."
Astaga, Duke Amour tidak membutuhkan pedang lagi, dia akan membelah otak Romellia dengan tangan kosong. Tidak seperti Duke Amour yang kesal, Arnold memegangi perutnya yang kesakitan karena tertawa.
"Arnold!" Duke Amour memanggil setengah melampiaskan amarah pada Arnold yang menertawakan ketidakberdayaannya.
Berdiri dengan cepat sambil menyembunyikan tawa yang akan keluar, Arnold segera menjawab. "Ya, Ayah."
Dengan rahang mengetat menahan emosi, Duke Amour memelototi putranya yang terlihat semakin bahagia di atas penderitaannya. "Bawa. Adikmu. Keluar. Sekarang!"
"Ayah!" Romellia segera berdiri dan meraih lengan ayahnya, merajuk dengan kekuatan penuh sambil mengoyang-goyangkan tangan ayahnya. "Jangan menolakku! Aku benar-benar ingin hidup semati—"
"Romellia, keluar!" Duke Amour mencoba memisahkan tubuh putrinya yang tergantung di lengannya.
"Tidak, tidak. Tidak mau!" Romellia menggeleng keras. "Aku tidak akan pergi sebelum Ayah—"
"Arnold!" teriak Duke Amour di ujung sakit kepalanya. "Bawa adikmu pergi. Cepat!"
Setengah menahan tawanya, setengah meringis, Arnold menyeret tubuh Romellia yang terus merajuk seperti anak kecil yang kehilangan permen. Cukup lama untuk bisa menyeret tubuh Romellia—yang terbiasa memberontak—untuk bisa menjauh dari Duke Amour beberapa meter. Bahkan Arnold merasakan bulir keringatnya bermunculan di wajahnya karena kesulitan menyingkirkan Romellia yang terus memberontak.
Jadi, begitulah cara mereka membuat Duke Amour di ruang kerjanya mengalami sakit kepala yang parah.
"Kenapa Ayah tidak mengerti dengan perasaan tulusku."
Arnold masih memiliki sisa tenaga untuk tertawa. "Romellia, selain Ayah, masih ada aku pria di rumah ini. Kau bisa menikahiku saja jika mau."
"Tidak mau," balas Romellia tegas. "Kau tidak setampan Ayah."
"Itu komentar yang buruk." Arnold bercanda. "Seharusnya tidak diucapkan di depan wajahku."
Romellia tidak menanggapi. Dia masih kesal. Kesal karena ditolak oleh ayahnya. Kesal karena tampaknya, rencana pernikahannya dengan Gideon telah sampai ke tangan Duke Amour. Apa yang bisa dia lakukan selanjutnya untuk mencegah terjadinya bencana?
"Kau tahu, kau tidak pernah berubah dari sejak kecil."
Arnold dan Romellia tanpa sadar telah berjongkok dan bersandar di pintu ayah mereka seperti dua anak kecil yang menunggu untuk dibukakan pintu karena hukuman.
"Apa yang pernah aku lakukan?" Romellia tidak tahu seperti apa dia. Di sini, dia baru setahun, tidak ada kisah masa kecilnya, hanya ada kisah masa kecil Romellia asli. Perasaannya sedikit penasaran, juga tampak ... familiar.
"Kau selalu mengikuti Ayah kemanapun dia pergi," kata Arnold. "Kau mengikutinya di ruang belajar, di tempat latihan, tempat dia berkunjung, kecuali saat Ayah mandi. Dia akan selalu berusaha menguncimu dulu di ruang bermain agar bisa kabur."
Romellia terpana, tidak ada cerita masa kecil Romellia dalam novel ditulis. Dia pikir hubungan Romellia dan Duke Amour sangat tidak harmonis. Terlihat bagaimana Duke Amour tidak membela putrinya yang dieksekusi oleh Gideon. Pria itu meninggalkan Romellia sendirian dalam kegilaannya.
"Apa aku seburuk itu?"
"Tidak. bahkan lebih menjengkelkan dirimu saat ini." Arnold tertawa setelah mengatakan itu.
Romellia cemberut, itu tandanya dia lebih jahat dibanding Romellia asli. Padahal jika mereka tahu alasannya, mereka juga mungkin akan melakukan hal yang sama seperti dirinya.
"Kau menyebalkan karena pria itu." Perkataan ramah Arnold telah berganti rasa benci dan muak.
Romellia memandang pria itu dengan penilaian. Dalam novel, karena cintanya yang besar untuk adiknya, Arnold berubah menjadi kaki tangan yang kejam dan bengis. Meski di akhir novel, kejahatannya tidak terungkap, melainkan semuanya dilimpahkan ke Romellia. Setelah kematian saudarinya, Arnold sepanjang hidupnya menjadi seorang provokator bayangan yang selalu mencoba melakukan pemberontakan. Dan sekali lagi, Duke Amour memilih untuk berpihak pada Gideon dan meninggalkan putranya sendirian dengan mencabut hak waris gelarnya dan mengembalikan itu kepada kerajaan.
Pada akhirnya, kedua bersaudara ini dikenal sebagai penjahat kejam dalam novel.
"Apa yang terjadi?"
"Gideon mengambil masa kecil kita yang manis!"
Ini ... juga tidak dia ketahui. "Apanya?"
"Ayah selalu fokus pada Gideon." Arnold sepertinya menyimpan kebencian yang dalam. "Di mata Ayah hanya ada Gideon yang agung. Dan, kau juga melakukan hal yang sama."
Tentu saja Duke Amour ada di sisi Gideon, dalam novel itu jelas bahwa dia diangkat oleh Raja sebagai penasehat dan mentor Gideon.
"Aku? Apa yang kulakukan?"
"Kau tidak lagi mengikuti Ayah tetapi malah mengikuti dia ke mana-mana!"
Wow, Romellia malah memulai kisah obsesifnya sejak usia dini. "Kenapa? Kenapa aku mengikutinya?"
Arnold memutar matanya dengan malas. "Tentu alasannya sama seperti sekarang, kau sangat suka dengan wajah tampannya yang kau bilang lebih tampan dari Ayah."
Hah? Romellia Bodoh, Duke Amour jauh lebih tampan dari Gideon!
"Aku tidak tahu bahwa aku pernah sebodoh itu," cibir Romellia.
"Kau masih bodoh sebenarnya." Setelah mengatakan itu, Arnold tertawa lagi.
***
Pembicaraan di depan pintu kerja Duke Amour ternyata membawa Romellia pada mimpi panjang di tidurnya. Sebagai seorang transmigrasi dimensi, Romellia mengira dia tidak mungkin memiliki mimpi dalam tidurnya di dunia ini, karena ini adalah pertama kalinya dia mengalaminya.
Dalam mimpi itu dia melihat seorang anak laki-laki yang tampan, mungkin berumur sekitar sepuluh tahun. Terlihat manis dan pengecut. Sekilas Romellia mengira dia seorang gadis karena wajahnya yang cantik, tapi potongan rambut dan celana pendeknya dengan jelas menyatakan identitasnya. Romellia yakin, mimpi itu bukan sembarang mimpi tapi sebuah kenangan kecil dari Romellia asli yang diceritakan Arnold.
Anak kecil itu sudah pasti Gideon. Wajah kecilnya adalah bentuk polos dari wajah dewasanya. Sebenarnya tidak ada perbedaan, kecuali pada binar tatapan mata mereka. Gideon kecil menatap seseorang dengan penuh ingin tahu, sedangkan Gideon dewasa menatap orang lain dengan penuh perhitungan licik—menurut Romellia ketika dia pertama kali bertemu Gideon.
Tapi lebih daripada itu, Gideon kecil memiliki penampilan yang lebih tidak manusiawi, dia seperti boneka. Well, tidak heran Romellia tergila-gila padanya sejak dia masih kecil. Meskipun Duke Amour sangat tampan pada masanya tetapi membandingkan keduanya, tentu tidak pada tempatnya. Romellia yang masih kecil tentu akan memilih Gideon—yang meskipun Romellia sangat ingin kembali ke masa itu dan mengatakan bahwa ayah mereka tetap yang paling tampan—Romellia asli hanyalah kanak-kanak yang baru lepas dari persepsi ayahnya. Wajar jika Gideon menjadi fantasi barunya mengenai lawan jenis.
Namun ada sesuatu yang tampak aneh dalam mimpi itu dan menjadi alasan dimana Romellia termenung setelah terbangun.
Memang betul dalam novel itu hanya dijelaskan bahwa mereka berteman sejak kecil dan itulah alasan mengapa Romellia mulai terobsesi dengan Gideon. Tetapi tidak pernah dijelaskan awal pertemuan kecil mereka dan seperti apa pendapat masing-masing dari mereka. Itu yang lebih penting.
Gideon yang dilihatnya dalam mimpi sangat menyedihkan. Seperti anak-anak pada umumnya yang cengeng, Gideon lebih cenderung menjadi pengecut dalam tingkat yang sangat serius. Beberapa hal kecil bisa membuatnya menangis. Dalam mimpi itu jelas bahwa dia bisa menangis hanya karena orang asing. Namun dalam mimpi itu juga terlihat jelas bahwa Gideon sama sekali tidak merasa Romellia sebagai orang asing meskipun itu adalah pertemuan pertama mereka.
Dia jelas menyukai Romellia. Mereka berdua dalam mimpi itu seperti sepasang kekasih muda.
Romellia meyakini mimpi yang dialaminya bukan potongan keinginan alam bawah sadar Romellia asli melainkan sebuah potongan ingatan yang terpicu dari cerita Arnold sore tadi karena mimpi seseorang tidak mungkin terdistrosi sesuai keinginannya.
Jika ya, mengapa terasa aneh?
Di mimpi, jelas, Romellia asli bukan satu-satunya yang tergila-gila pada Gideon karena wajah tampannya mengalihkan perhatian Romellia dari cinta pertamanya pada ayahnya yang tampan. Tapi itu juga menjelaskan bahwa Romellia sangat berarti bagi Gideon. Itu terlihat jelas betapa lembutnya Gideon memperlakukan Romellia.
Lalu di manakah celah yang membuat mereka berdua putus secara sepihak dari Gideon?
Novel itu terus menekankan berkali-kali bahwa Gideon telah frustrasi dengan Romellia sejak awal pertemuan mereka. Tidak jelas apakah penyebab kebencian itu benar-benar dipicu oleh ulah Romellia asli atau ada sesuatu yang menjadi alasan utama namun terkait dengan Romellia asli. Dan astaga, Romellia baru menyadari bahwa novel itu sepertinya tidak benar-benar menjelaskan masalah keduanya. Karena setiap memori plot—garis besar—tidak dia temukan menjelaskan tentang itu.
Ataukah Romellia salah menangkap maksud cerita? Atau memang dia tidak benar-benar ingat bahwa ada potongan seperti itu?
Mungkin saja mereka memang sepasang kekasih, tapi kedatangan Anivirella menjadi pemicu dari putusnya hubungan romantis kanak-kanak itu, karena itu tak heran jika Romellia asli membenci Anivirella dalam novel.
Romellia sangat yakin bahwa dia tidak pernah salah mengartikan maksud novel itu. Dia percaya bahwa Gideon secara sepihak tidak menyukai Romellia sehingga ketika bertemu Anivirella, pria itu termotivasi untuk segera menyingkirkan Romellia dengan segala cara. Bahkan tanpa keberadaan Anivirella pun, Romellia yakin Gideon dalam novel pasti akan tetap menyingkirkannya. Tapi sebab dari ketidaksukaannya pada tokoh Romellia sangat kabur dan menimbulkan pertanyaan dalam benaknya, apa alasan seorang Gideon ingin menyingkirkan Romellia yang menjadi kekasih kecilnya dalam novel itu?
Jujur saja, ini mulai membingungkan.
***
Simon membungkuk memberi hormat pada pria yang akan memimpin Kerajaan kelak. Tapi pria itu sepertinya tidak sabar dengan apa yang akan dibawa Simon padanya.
"Yang Mulia, informasi yang saya berikan tidak ada pembaharuan."
Gideon mengerutkan kening karena tidak senang. Bukan kabar seperti itu yang ingin dia dengar. "Kau benar-benar pemimpin Serigala Merah, bukan?"
Simon tidak tersinggung. "Saya benar-benar hanya memberikan informasi yang saya dapatkan. Begitu pula dengan Serigala Merah. Apa yang saya dapatkan adalah demikian. Tidak ada perempuan bernama Anivirella, baik itu bayi, anak kecil atau orang tua. Tidak seorang pun rakyat yang memiliki nama seperti itu."
"Lalu, mengapa Romellia menyebutkan bahwa dia—" Gideon menahan emosinya yang hampir meledak pada Simon.
Mengalihkan perhatian dari pria di depannya yang masih menunggu perintahnya, Gideon membuka setiap laporan Simon dengan kesal.
"Saya benar-benar tidak punya kabar terbaru tentang perempuan itu," kata Simon lagi, menekankan bahwa dia tidak berbohong mengenai laporannya.
Apa-apaan ini! Apakah Romellia berhalusinasi? Dia menuduhnya memiliki hubungan dengan seseorang yang keberadaannya sama sekali tidak jelas. Gideon pada akhirnya hanya bisa menghela nafas panjang.
"Saya pikir, Yang Mulia tidak perlu terlalu memikirkan tuduhan Nona Amour." Markus, yang dari awal diam, berkomentar serius.
Gideon memincingkan matanya. "Apa maksudmu?"
Markus berdeham sebentar membasahi tenggorokannya. Memilih kalimatnya dengan hati-hati. "Nona Amour mungkin termakan rumor murahan mengenai Anda, Yang Mulia."
"Rumor? Maksudmu?"
"Perempuan bangsawan senang bergosip dalam lingkaran mereka. Nona Amour bisa termakan oleh kata-kata sombong para perempuan bangsawan bahwa Putra Mahkota mungkin tidak hanya setia pada satu wanita."
"Hah? Omong kosong dari mana itu? Aku tidak mungkin mencintai orang lain selain dia." Tetapi Gideon mengambil kata-kata Markus ke dalam benaknya. "Tuliskan surat undangan kepada Romellia untuk menemuiku dalam dua atau tiga hari ini. Kosongkan juga jadwalku yang tidak penting."
Markus berdehem karena tidak senang, tidak ada jadwal putra mahkota yang tidak penting. Tetapi dia hanya bisa mematuhi atasannya dengan sikap yang bijaksana.
***
tbc, 23/12/2020
sorry for typo
Sampai ketemu di rabu depan, karena saya tidak akan mengupload chapter selanjutnya di akhir pekan seperti biasanya.
Akhir pekan saya penuh dengan jadwal untuk natalan, hehehe ...
OH, dan selamat Natal untuk yang merayakannya juga.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top