Bab VI Bajingan apa yang kau lakukan?!
Typo alert!
Hope you enjoy it!
****
"Kau? Apa yang kau lakukan?!" Romellia berteriak marah saat melihat Lily bersikap romantis pada Marquis Horison.
Seluruh orang yang ada tampak kebingungan pada sikap histerisnya.
"Ada apa? Apa Anda memiliki masalah dengan tunangan saya?" Marquis Horison tidak bisa menahan rasa herannya.
"Tu-tunangan?" Romellia terperangah. Tunangan, katanya?!
"Ya. Tunangan saya. Apa ada masalah?" Kerutan tidak senang di dahi Marquis Horison terlihat sangat buruk.
"Ah, Aaron!" Lily menyela, dia tidak ingin Marquis Horison berpikir bahwa tunangannya senang mencari masalah. "Kami tidak memiliki masalah, hanya saja sedikit kesalahpahaman kecil. Tidak berarti kami memiliki masalah, kan?"
"Betulkah?" Marquis Horison tidak percaya, baik itu Lily ataupun Romellia, di matanya perempuan hanyalah biang pembawa masalah. Pihak satu membawa masalah sebagai tunangannya, pihak lain membawa masalah bagi atasannya.
"Eng, aku tidak berbohong."
"Kalian, benar-benar tunangan?" Romellia yang sadar dari kejutan menyela.
"Ya, Nona Amour," ujar Lily dengan tatapan ancaman agar Romellia menutup mulutnya.
"Anda bertunangan dengan jalang ini?! Sungguh?!"
".........."
"Ini gila!"
Romellia pikir hatinya baru saja patah setengahnya. Idola dan musuh bebuyutannya ternyata berkencan satu sama lain di belakangnya. Apa ini, mengapa dia merasa dikhianati?
Hiks. Marquis Horison pasti sudah diguna-guna sundal satu itu!
***
"Ini memalukan, Nona. Ini sangat memalukan," gumam Leine menahan malu.
"Maaf. Maafkan aku, Leine." Romellia menutup wajahnya yang merah karena malu.
Rasanya sangat memalukan ketika dia mengingat kelakuannya. Jika saja bukan Leine yang memerintah Carloss dan Gerald untuk menyeretnya pergi, entah peristiwa lebih memalukan apa lagi yang akan dia lakukan.
"Bagaimana bisa Nona meneriaki pasangan kekasih yang bermesraan ketika Nona bahkan tidak memiliki hubungan dengan mereka." Leine tidak ingin mengingat peristiwa memalukan yang beberapa saat terjadi tetapi sulit untuk melupakan segalanya dengan cepat.
Abaikan bahwa Romellia majikkannya. Abaikan bahwa dia bangsawan. Dan abaikan saja bahwa perempuan itu memang agak sakit mentalnya. Leine tidak peduli, saat itu dipikirannya hanya satu, yaitu pergi sejauh-jauhnya membawa Nona-nya dari hal yang lebih memalukan lagi.
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja." Romellia rasanya ingin menceburkan dirinya kelautan dalam sekarang. Siapa dia yang merecoki kedua pasangan kekasih yang tengah berurusan. Dia hanya seorang pembaca gila yang masuk ke dalam novel. Dan dia, baru saja bertingkah sok di depan idolanya!
"Sungguh. Ini benar-benar memalukan," gumam Leine tidak bisa menahan ejekan kepalanya sendiri.
"......"
".........."
Romellia sepanjang perjalanan tidak banyak membantah kata-kata Leine, bagaimanapun dia benar-benar telah membuat malu seluruh orangnya. Dan juga, dia sepertinya baru saja menambah rasa tidak suka Marquis Horison padanya. Hiks.
Selain itu, dia benar-benar tidak ingat bahwa Marquis Horison a.k.a Aaron adalah tunangan dari Lily Redant. Sama sekali tidak! Dia memang tahu dunia ini adalah novel, tetapi sebagai orang yang bukan jenius, tentu saja dia tidak ingat secara mendetail alurnya. Mana dia tahu bahwa kedua pemain itu ternyata memiliki hubungan yang sangat intim.
Tunggu!
Hubungan. Yang. Sangat. Intim.
Romellia merenungi sesuatu yang melintas di atas kepalanya.
Astaga!
Tidak menyadari bahwa penampilannya yang membekap mulut secara panik sekarang, membuat Leine yang duduk di sisi berlawanan darinya meringis. Sudahlah. Ide aneh apa saja yang baru melintas dalam otak Nona-nya, tidak akan dia pedulikan lagi.
Marquis Horison. Lily Redant. Aaron dan Lily. Pemain Kedua Pria dan Pemain Kedua Wanita. Pemuja Anivirella dan Penolong Anivirella. Gila! Benar-benar gila! Keduanya ternyata sepasang kekasih. Bagaimana bisa, Lily tetap menjadi sahabat baik dari Anivirella ketika kekasihnya jelas-jelas di tikung di depan matanya?!
Romellia tidak tahu pikiran gilanya akan benar-benar membuat penampilannya tampak seperti orang kerasukan dan mampu membuat Leine hanya bisa menghela napas melihatnya.
What the hell!
Apa yang ada dalam pikiran Lily Redant dalam novel? Kenapa dan bagaimana bisa, dia baik-baik saja ketika kekasihnya mengorbankan diri demi perempuan lain? Dan lebih gilanya, Lily malah berperan sebagai sahabat dan penolong perempuan yang merebut kekasihnya.
Ada apa dengan cerita ini? Kenapa alurnya sangat menjijikan?
"Nona Redant, aku bersimpati padamu," gumam Romellia tiba-tiba seolah menahan tangis di pelupuk mata.
Leine hanya mampu menatap Nona-nya dengan senyum tipis.
Mengapa Anda masih punya waktu untuk bersimpati dengan orang lain ketika Anda baru saja membuat malu diri sendiri? Anda sungguh luar biasa.
***
Selepas turun dari kereta setelah tiba di kediaman Amour, Romellia disambut Erick, pelayan pribadi kakaknya.
"Nona, Tuan Muda telah menunggu Nona di ruang kerja."
Romellia mengangguk cepat. Setelah menyuruh Leine membereskan seluruh barang yang bisa dia bawa pulang dari toko, dia bergegas menuju ruangan Arnold.
Ketika memasuki ruangan, Romellia disambut pemandangan Arnold yang tampak begitu tampan saat sibuk membolak-balik berkas pekerjaannya.
"Kakak," panggil Romellia untuk menarik perhatian kakaknya.
Arnold mendongak dan melempar senyum yang menawan. Romellia menahan napas. Seandainya saja pria di depannya bukan kakak Romellia Rozenct Amour, Romellia tidak akan berpikir dua kali untuk mengencaninya. Entah bagaimana, setiap pria yang ditemuinya dalam dunia novel ini mampu membuatnya untuk berpikir menyerang mereka. Pesona buku mereka benar-benar membuatnya kehilangan akal sehat.
"Duduk," tuntun Arnold yang membawa Romellia menuju sofa ruang kerja.
Keduanya kini duduk saling berhadapan satu sama lain.
"Kenapa Kakak memanggil?" Romellia tidak bisa tidak merasa antusias.
"Ini mengenai pembicaraan waktu lalu."
Romellia mengenang ingatan lalunya ketika malam saat Duke Amour memarahinya, Arnold menanyakan alasan kedatangan Romellia di kawasan Uru. Karena desakan kakaknya yang tidak dapat dia lawan, Romellia akhirnya menceritakan alasannya ke sana karena dia mencari seseorang. Ditambah dengan banyak bumbu kebohongan, bahwa orang itu adalah teman lama yang dirindukannya. Dia sangat ingin menemuinya sesegera mungkin. Oleh sebab itu, Arnold menawarkan bantuannya. Dan, ya, semakin banyak yang mencari akan semakin baik, bukan?
"Aku sama sekali tidak bisa mendapatkan informasi dari temanmu itu," ujar Arnold serius. Dia bingung mengapa untuk mencari satu perempuan saja rasanya amat sangat sulit.
Lagi? Sekali lagi dia sulit mendeteksi keberadaan Pemain Utama Wanita.
"Kau yakin, namanya benar-benar Anivirella?"
"Tentu. Namanya sudah pasti Anivirella."
"Kapan terakhir kali kalian bertukar kabar?"
"......."
"Di mana terakhir kali kalian bertemu?"
".........."
"Kalau kau ingat rupanya, kita bisa meminta pelukis menggambar wajah dan juga ciri-cirinya. Kemudian menyebarkan poster."
"........."
"....... kau benar-benar temannya, kan?"
Arnold memijat pelipisnya dengan frustrasi. Apakah dia disuruh mencari seseorang yang bahkan belum pernah ditemui sama sekali oleh Romellia?
"... apa kau yakin dia bukan teman khayalanmu?"
Bisa sajakan perempuan bernama Anivirella hanyalah teman halusinasi masa kanak-kanak Romellia. Sebagai kakaknya, Arnold tidak pernah mendengar nama Anivirella sebagai teman kecil Romellia. Mungkin saja adiknya tidak sadar bahwa semasa kecil seseorang bisa berpikir dia memiliki seorang teman yang pada kenyataannya tidak ada.
Ini sering terjadi di masa kanak-kanak seseorang dan seringnya membuat bingung. Tetapi jika sampai ke tahap dimana Romellia mencarinya dan percaya bahwa perempuan Anivirella itu nyata, mungkin dia harus sedikit mempersiapkan diri untuk menerima kenyataan bahwa adiknya, mungkin menderita sedikit sakit mental.
"Kakak, aku tidak bodoh." Romellia menyadari jenis pikiran yang ada dalam otak Arnold sekarang. "Aku yakin namanya Anivirella dan kami adalah teman lama. Kakak hanya tidak mengenalnya saja."
Sebisa mungkin Romellia mencoba meyakinkan dia tapi bagi Arnold, semua itu berarti lain. Mengapa adiknya sangat ingin menemui perempuan bernama Anivirella, sampai-sampai mengambil resiko menuju kawasan Uru? Seberapa pentingnya perempuan itu?
"Baiklah. Aku akan menyelidikinya lebih detail lagi." Arnold mengalah. Pada akhirnya, dia harus mencari lebih dahulu perempuan itu lalu kemudian memikirkan apa yang harus dia lakukan.
"Kakak terima kasih! Aku sangattttt menyayangimu." Romellia bersorak girang. Tidak ada satupun keinginannya yang tidak akan dituruti oleh kakaknya. Sister complex Arnold yang parah ternyata dapat sangat membantunya. Hehehe...
****
Suara tapak kuda beradu dengan tanah, suara sahut menyahut yang kasar antara beberapa pria terdengar asik. Beberapa beraliansi untuk menyerang secara sembunyi-sembunyi kepada seorang pria dengan pakaian besi ketat, yang tengah berdiri tidak jauh dari tempat mereka mengamati. Tetapi ketika mereka mencoba menyerang, si pria telah dengan cepat memukul mereka dengan ujung tumpul tombaknya.
Beberapa pria, pemacu kuda, yang terpukul terjatuh menghantam tanah. Sisanya yang masih bertahan mencoba menyerang berkelompok. Tetapi sekali lagi, mereka tidak dapat menyerang, mereka malah menerima pukulan lain di perut.
Melihat lawan dari pria itu seluruhnya telah jatuh, bunyi terompet latihan berbunyi, bertanda sesi latihan telah usai dengan kemenangan Putra Mahkota secara mutlak.
Gideon turun dari kudanya dan menyerahkan tombaknya kepada Markus yang mendekat. Beberapa pria yang terjatuh telah bangkit dan bercengkerama bersamanya. Mereka tampak akrab dan tenang bersama Gideon. Mereka adalah pasukan khusus yang selalu bersama dengan Putra Mahkota, baik sebagai pengawal pribadi maupun pasukan di medan perang.
Ketika mereka telah melonggarkan pengawasan, suara pacuan kuda terdengar mendekat, dan sebuah anak panah melesak ke arah Gideon, menargetkan dia.
Panik, para ksatria memakai kembali baju perang mereka yang telah dilepas. Bersiap untuk menyerang, Markus yang memimpin tiba-tiba menahan anak buahnya untuk menyerang.
"Tahan!!!" teriak Markus terburu-buru.
Si pemacu kuda akhirnya muncul. Tersenyum indah dengan rambut pirang panjangnya yang memukau ditiup angin. Romellia melempar senyum menggoda.
"Hola, pangeranku..." Romellia melambai dengan tangan yang melepas kendali.
Ketika sapuan tapak kuda tersandung akar pohon, Romellia terguncang dari dudukkannya dan jatuh ke samping.
Bergerak secepat kilat, Gideon menangkapnya dan ikut terjatuh. Kini mereka saling tindih, dimana Romellia di atas dan dia di bawah.
Markus dan para ksatria buru-buru menolong keduanya. Untung saja Gideon masih memakai pakaian ksatria lengkap sehingga luka karena jatuh dari kuda tidak terlalu membahayakan. Tetapi berbeda dengan Romellia yang menderita memar dan lecet pada tubuhnya.
"Ini semua karenamu!" ujar Romellia menahan sakit.
Para ksatria berbalik posisi dan membiarkan keduanya saling berhadapan seperti biasanya.
"Jika saja kau tidak menarikku dari kuda, aku tidak akan jatuh!"
"......"
Markus dan yang lainnya hanya meringis pelan. Bagaimana bisa Putra Mahkota mereka masih betah dengan perempuan sinting seperti Romellia? Jika itu mereka, perempuan itu mungkin sudah dipasung mati.
"Siapa yang memberimu panah itu?" Gideon melirik alat panah yang diikat Romellia dibalik punggungnya.
"Aku mengambilnya sendiri di gudang latihan," jawab Romellia santai sambil mengelus satu panah yang ditariknya.
"Siapa yang mengizinkan?"
"Kenapa? Apa aku tidak punya hak? Hei, ingat, tanpa bantuan ayahku, kau tidak akan punya barang-barang ini di gudang mu." Romellia menjulurkan anak panah itu di depan mata Gideon sambil tersenyum mencemooh pada pria itu.
"Nona Amour tolong bersikaplah sopan kepada, Yang Mulia!" teriak Markus. "Apakah Nona lupa dengan siapa Anda sedang menghunuskan barang tajam?"
Romellia menarik anak panahnya dengan senyuman jahil.
"Meski Nona adalah calon Putri Mahkota tetapi aturan adalah aturan! Tidak ada yang boleh--"
"Ya, ya, YA!!" Romellia mencibir, "aku tahu, idiot! Pelayan rendahan sepertimu tidak perlu mengajariku!"
Gideon memijat dahi frustrasi. Di sini lagi mereka. Romellia akan mulai bertingkah dan mengganggu seluruh orangnya.
Markus dan beberapa ksatria bersiap mengambil pedang dari sarung mereka, tetapi sebelum itu, Gideon telah memberi mereka isyarat untuk benar-benar meninggalkan dia dan Romellia hanya berdua. Para ksatria mengerti dan akhirnya dengan berat hati meninggalkan keduanya.
Romellia tersenyum culas. "Kau harus mengajari anak buahmu untuk sopan kepadaku."
Pertama-tama, singkirkan dulu segala benda tajam yang dapat melukai seseorang.
Gideon tidak membalas ucapannya tetapi dengan cepat menarik anak panah yang dipegang Romellia dan melepas belitan sabuk panahan di punggung perempuan itu dan mengikatnya di kuda yang dinaikinya.
Romellia terkejut takjub oleh gerakan tiba-tiba itu, namun cepat-cepat berpura-pura tidak peduli. "Apa yang kau--?!"
Kedua, bawa perempuan itu untuk menyingkir dari hutan yang berbahaya.
Gideon mengangkat tubuh Romellia dan menaikkannya di kuda, lalu menyusul naik.
Ketiga, buat dia tidak bisa mengeluarkan ucapan berbisanya!
Kemudian keduanya berpacu dengan kecepatan tinggi.
"Kya! Bajingan apa yang kau lakukan?!" teriak Romellia seiring bertambahnya kecepatan kuda mereka.
****
28 November 2020
Mungkin kalian juga akan suka dengan cerita lainnya dari penulis.
Silahkan klik link dibawah lebih mudahnya👇
https://my.w.tt/ZvKeXv6GLbb
Atau jika link-nya error, kalian bisa lihat di profil 😍
Beri dukungan penulis di sini 👇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top