Bab IX Siapa yang dapat menolak titah
Apa yang telah terjadi hingga semua menjadi jauh dari plot yang diketahui Romellia? Apakah karena dia telah berpindah dimensi? Apakah karena dia mungkin bug system dunia ini? Jika demikian, lalu mengapa dia dibiarkan melintasi ruang? Kesalahan siapa ini? Ini jelas bukan kesalahannya.
Di sini dialah korban utamanya.
Apakah dia menginginkan perpindahan? Tentu saja tidak. Jika dia pun telah berpindah secara paksa, apakah dia diuntungkan? Haha ... sialnya, big no of course! Dia justru disiksa oleh tubuh boneka 'Romellia Rozenct Amour'. Hah!
Apakah ada tokoh perpindahan yang dibuat semenderita dirinya? Bangun di tubuh yang berbeda, hidup di lingkungan baru yang asing dan sialnya memiliki tubuh serupa bom waktu yang bisa meledak kapan saja, Romellia yakin dia satu-satunya manusia yang telah dikutuk Tuhan di kehidupan sebelumnya dengan karma mendapat penderitaan sebagai tokoh antagonis yang memiliki efek penghukum jika tidak berbuat jahat.
Mengapa tidak langsung membawaku ke neraka saja?!
Romellia memijat dahinya dengan kasar. Sakit kepala, sakit kepala, sakit kepala dan hanya sakit kepala yang dia rasakan saat ini. Setiap bangun pagi, dia hanya bisa merasakan sakit kepala.
Menghela napas berat dan memaksa tubuhnya yang entah sejak kapan terasa sangat berat seperti bongkahan batu untuk berdiri. Merapikan piyama merah mudanya yang terbuat dari sutra termahal di Kerajaan, Romellia mengikat kembali jalinan di antara garis pinggangnya dengan kuat.
Berjalan menuju jendelanya yang telah dibuka Leine—inilah untungnya memiliki seorang pelayan, segalanya dilakukan oleh mereka bahkan pada hal sepele sekalipun. Angin pagi sedikit meniup gorden putih jendela, burung-burung yang hinggap di ranting pohon dekat jendelanya bersiul satu per satu menjadi paduan suara menyenangkan. Tetapi suasana hati Romellia yang memburuk membuat dia melempari satu cincin berliannya untuk mengganggu ketenteraman para burung.
Persoalan bagaimana cincin berliannya kembali nanti biarlah menjadi tugas untuk membuat Carlos atau Gerald stress pagi-pagi. Para pengawalnya itu akhir-akhir ini kurang sakit kepala dan malah mulai merasa tenang. Padahal dia si majikan sedang sangat stress mengenai hidupnya. Tidak bisa. Dia harus merecoki mereka sekali-kali.
Burung-burung yang diganggu kegiatan paduan berkicaunya melirik tajam. Melihat bahwa makhluk jahat yang mengganggu mereka berasal dari jendela samping, burung-burung itu melempar tatapan sinis dan ludah sarkasme sebelum akhirnya berpindah dahan di pohon yang berbeda.
Hei, bahkan burung dalam dunia ini meludahinya, dasar dunia novel sialan!
Setelah kepergian para burung paduan suara, Romellia tidak lagi memiliki kegiatan pengalihan pikiran. Dia kembali memikirkan mengenai pembicaraan Gideon tentang keinginan menikah pria itu empat hari yang lalu.
Hari itu dia mungkin selamat dari efek tubuh antagonist-nya tetapi dia tidak selamat dari rencana kotor mengenai pernikahan. Ya, memang betul dia adalah Romellia sekarang tetapi tidak benar bahwa dia harus menikahi Gideon, baik plot novel itu hancur atau pun tidak, dia tidak memiliki rencana serupa dan sangat, sangat, sangat tidak peduli. Dia hanya ingin kebebasan menikmati hidup sebagai wanita bangsawan dengan kekayan berlimpah. Menikmati wajah tampan Duke Amour, si Rozenct yang tampannya luar biasa sepanjang hidupnya dan menikmati manjaan Arnold yang tak berkesudahan. Sudah cukup. Dia tidak akan serakah dengan menginginkan tahta kerajaan. Hidupnya dengan hanya menjadi Romellia sudah sangat sempurna.
Ada pun efek penderitaan dari tubuh antagonist-nya akan dapat diatasinya tanpa bantuan Gideon. Ada banyak makhluk yang bisa dijahati, Carlos dan Gerald contohnya. Atau seperti burung-burung tadi, yang terpenting jangan sampai dia melanggar peraturan terlalu jauh dan kemudian mendapat hukuman mengerikan. Ya, hanya begitu saja pasti tidak akan masalah.
Lalu, apa pulak rencana Gideon sialan itu? Menikahinya? Hah, mereka bertunangan saja Romellia tidak ada, lalu kenapa harus dia yang jadi pasangannya untuk menikah!
Lagi pula ... dunia ini milik Anivirella. Dan demi Tuhan perempuan itu sekarang ada di mana dan sedang apa, Romellia benar-benar ingin menyeretnya sekarang—supaya dia tidak perlu disusahkan oleh pikiran menikahi Gideon dan secepatnya bisa lepas dari semua ini. Hei, mungkin saja efek tubuh antagonist-nya dapat menghilang sempurna ketika mereka bersatu. Maksudnya, efek tubuh antagonist-nya ini mungkin ada karena alasan terjadinya agar plot novel atas kehadiran Anivirella lebih didramatisir lagi. Seperti hukum sebab dan akibat. Iya, kan?
Karena ketidakhadiran Anivirella yang harus dia jahati makanya tubuh setting antagonist-nya mencari 'jalan keluar' sendiri dengan cara memasang bom waktu di tubuhnya, yang jika tidak dilaksanakan akan menimbulkan rasa sakit yang bukan main. Seperti telah meluap-luap dan tidak dapat ditahan lagi dalam wadah, maka tubuh 'jahat'nya mencari solusi jitu dengan mengganti sasaran kejahatan. Ya, ya, hipotesis begitu bisa saja terjadi, kan? Jika Gideon saja mampu membuat efek tubuhnya tidak muncul selama sepuluh hari, bagaimana dengan saat dia berhadapan dengan Anivirella? Apakah dia mungkin akan terbebas?
Pertanyaannya bagaimana cara dia bisa membuktikannya ketika probabilitas menemukan keberadaan Anivirella tidak lebih sulit dari menemukan dirimu sebagi korban eek burung di langit?
Ah, sakit kepala. Romellia merasa kepalanya sakit. Dia ingin memecahkan kepalanya dan mengeluarkan otak Romellia Rozenct Amour—yang semoga saja ada—untuk dia belah dan menyingkirkan jarum tajam yang membuatnya stress.
"Nona, apa yang Anda lakukan?"
Leine yang tengah membawa sebaskom air hangat untuk mandi Romellia memandangi Nona-nya dengan keheranan, mengapa perempuan itu semakin hari semakin aneh? Pagi ini asyik menumbuk kepalanya di kosen jendela. Apa itu hobi baru lagi?
"Leine ... bisa bantu aku memecahkan kepalaku? Lalu, kita mengambil otakku dan membelahnya. Setelah itu kita buang bagian yang bodoh dan idiot."
Romellia memelas, dia lelah dengan hidupnya yang menyedihkan. Tidak ada satupun hal yang berjalan baik sesuai keingininannya selama dia masuk di dunia konyol ini!
Leine tidak menggubris, lanjut berjalan munuju kamar mandi Romellia dan menyiapkan bak mandinya. Menghela napas frustrasi dia bergumam, "aku yakin tidak akan menemukan apapun di dalam kepalanya."
***
Bunyi gesekan pedang saling beradu terdengar. Area hutan tempat latihan tampak ramai. Di tengah keramaian adalah Gideon yang sedang melawan sekelompok ksatria. Katanya ini latihan—menurut Gideon sendiri—tetapi bagi para ksatria mereka seolah dilempar masuk ke dalam kandang singa kelaparan secara terpaksa. Ini sama dengan kematian. Apa kesalahan mereka yang membuat Gideon menyerang secara brutal selama empat hari berturut-turut tanpa jeda?
Bukankah mereka tidak memiliki rencana berperang dalam waktu dekat? Mereka juga biasanya berlatih dengan prosedur yang mengutamakan keselamatan dan peningkatan kinerja. Tetapi selama empat hari ini yang mereka lakukan hanyalah menjadi samsak kemarahan Gideon yang berapi-api.
"Aku ingin pulang."
Ungkapan hati pasrah berasal dari seorang pria yang tengah berbaring di tanah dengan masih memakai pakaian perang lengkap. Empat hari, selama itu dia belum bisa pulang. Kabur pun dia tidak berani padahal dia seorang ksatria. Hanya satu hal yang bisa dia lakukan, yaitu merindukan istrinya dari jauh. Ini bukan medan perang tetapi mengapa susah sekali untuk menemui istri tercintanya yang sudah lama belum dia sentuh lagi.
"Bersabarlah," sahut pria lain dengan pakaian serupa.
Pria itu sedang duduk beristirahat, menarik napas untuk menenangkan adrenalin. Dalam hati dia juga ingin pulang tetapi melihat semangat juang Gideon dalam latihan selama empat hari, dia hanya bisa menurut.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengan, Yang Mulia?"
"Aku juga tidak tahu."
Pria yang berbaring bangkit. Duduk di sebelah kawannya dan mencondongkan diri. Mengamati sekitar dia berbisik pelan. "Biasanya pria akan seperti itu karena patah hati. Apakah ...."
Pria yang duduk tidak berkomentar. Aturan ksatria tidak membolehkan mereka membicarakan anggota keluarga Kerajaan bahkan meskipun dia sangat ingin.
"Kau kaku sekali, Bargon!" degus pria yang telah duduk setelah melihat kawannya tidak memiliki tanda-tanda ingin bergosip.
"Aku lelah."
Pria yang duduk itu berganti posisi, membaringkan tubuhnya di tanah dengan mengabaikan kotoran disekitarnya. Sebagai pejuang itu hanya hal biasa, mereka bukanlah anak perempuan yang akan menangis karena harus berbaring di tanah kotor. Tetapi Bargon, untuk pertama kalinya ingin meringis, seluruh tubuhnya seolah akan rontok setelah mengenai tanah keras. Ini efek menjadi orang yang dipilih untuk duel satu lawan satu bersama Putra Mahkota tadi.
Namun jika dia saja merasa sesakit itu, lalu bagaimana dengan keadaan Putra Mahkota?
Bargon melirik Markus, ksatria tingkat satu sekaligus tangan kanan Putra Mahkota. Markus tengah berdiri di pinggir lapangan dengan pakaian perang lengkap sama seperti yang lainnya tetapi dia tidak terjun untuk latihan selama empat hari itu. Dia bertugas hanya menjadi pengawas jika Putra Mahkota sedang berlatih.
Hanya seorang Markus yang dapat menenangkan tuan mereka. Tetapi mengapa pria itu belum bergerak? Bargon harap dia segera melihat situasi, jika tidak, seluruh ksatria dan prajurit terbaik kerajaan mungkin akan runtuh bersamaan. Itu akan sangat buruk bagi keamanan.
Harapan Bargon sepertinya terkabul karena Markus berjalan mendekati lapangan tempat petarungan Gideon dan sekelompok ksatria yang tampak kelelahan.
"Yang Mulia, sudah waktunya istirahat."
"Aku belum lelah," sahut Gideon.
"Tetapi para ksatria tampaknya butuh istirahat." Bersamaan dengan itu, para lawan Gideon telah tersungkur ke tanah setelah Gideon mendorong mereka dengan petarungan pedang mereka.
Melihat itu, Gideon menghela napas tidak puas. Apakah semakin hari para ksatriannya semakin melemah?
"Baiklah."
Gideon melempar pedangnya secara sembarangan dan berjalan meninggalkan lapangan. Beberapa ksatria yang biasa mengawalnya terpaksa bangkit dan berjalan bersama.
"Jika Yang Mulia memiliki masalah, Yang Mulia dapat mengatakan kepada kami."
Peter adalah ksatria tingkat satu yang memiliki segudang prestasi tetapi kecerdasan bobrok, dalam hal ini dia adalah tipe pria yang sangat tidak peka dan tidak mengerti situasi. Bargon yang di sisi kirinya ingin sekali memukul kepala dungu pria itu.
Gideon yang mendengarnya berhenti melangkah, berbalik dan menatapnya dengan heran. "Siapa yang memiliki masalah?"
"Anda, Yang Mulia." Peter mengisyaratkan dengan sopan bahwa orang itu Gideon. "Yang Mulia tampak memiliki masalah besar karena itu Yang Mulia menjadi—"
Bargon menyela Peter dengan senggolan keras agar pria itu berhenti berbicara. "Tidak, Yang Mulia. Anda tampak sedang memikirkan masalah besar. Apakah ada yang dapat kami bantu?"
Gideon tampak berpikir. "Bisakah?"
Markus yang mendengarnya langsung melirik heran tetapi tidak ingin menghentikannya.
"Aku ... melamar Romellia tetapi di tolak."
Suara jangkrik hutan atau pun katak yang menarik napas dapat terdengar dari suasana hening seketika setelah mendengar ucapan Gideon.
"Well, itu pasti sangat menyakitkan."
Leon, ksatria yang paling senior dan tertua, sebagai yang telah memiliki rumah tangga lebih lama, dia dapat dianggap sebagai Ayah dalam kelompok mereka, menjadi orang yang memberanikan diri menyuarakan simpatinya dengan gaya seorang ayah kepada anak lelakinya.
"Ya, aku tidak tahu apa masalahnya. Padahal kupikir kami akan sampai ke sana."
Gideon berujar sambil mengamati langit biru cerah dengan suara burung-burung berkicau yang terbang dari dahan ke dahan terdengar, udara sejuk yang dingin dari hutan latihan membawa suasana kedamaian yang jauh berbeda dengan suasana hatinya yang sama sekali belum pulih dari kecewa.
"Perempuan selalu tampak tidak masuk akal," hibur Markus tiba-tiba.
Seluruh orang yang berjumlah delapan itu melihat Markus dengan tampang tidak percaya. Siapa yang baru saja berkomentar? Seorang pemimpin ksatria yang bahkan organ dalamnya mungkin tidak terdiri dari hati melainkan empedu saja. Pria paling datar yang tidak memiliki ekspresi bahkan ketika marah sekali pun. Baru saja berbicara seolah dia tahu perempuan seperti apa.
"Martha, adik perempuan saya telah menikah selama lima tahun, bisa pulang tiba-tiba hanya karena suaminya tidak menyebut namanya dengan benar," lanjutnya serius.
"Ya, istri saya juga sama anehnya, dia bisa marah dan meminta dipulangkan kepada orang tuanya hanya karena saya pernah protes mengenai menu makan kami yang biasa saja," sahut salah satunya, Morgan.
"Saya juga. Pernah suatu kali saya tertinggal di pasar seharian hanya karena isteri saya meminta saya untuk membeli barang favoritnya. Ketika saya menanyakan barang favoritnya seperti apa, dia cuman mengatakan seperti biasa. Agar dia tidak marah, saya akhirnya pergi tanpa tahu apa tujuan pergi," sambung lainnya, Ordta.
Para pria rupanya memiliki sejuta masalah dengan para perempuan dalam hidup mereka. Tidak peduli dari kalangan mana, perempuan memang selalu aneh dan menyusahkan.
"Jika seperti itu ... apa yang harus aku lakukan?" Gideon tampak tidak yakin untuk melanjutkan niatnya.
"Tidak perlu kecewa, Anda adalah pemilik Kerajaan Salorei. Siapa yang dapat menolak titah Anda, Yang Mulia?" usul Leon.
"Maksudnya?" Gideon tidak menyembunyikan rasa bingungnya. Apa hubungannya dia pemilik Kerajaan Salorei dengan—
"Anda dapat memaksa Nona Amour sesuai kehendak Anda."
Benar. Segala bentuk dan benda dalam Kerajaan Salorei adalah miliknya, bahkan manusianya pun dapat menjadi miliknya. Suka atau tidak, Romellia hanya bisa menerima jika dia mau. Seringai dari bibir Gideon segera terbit. Suasana hatinya yang mendung seketika menjadi cerah.
Berbeda dengan seluruh orang yang tampak sumringah dengan solusi Leon, Markus, di sisi yang tidak jauh dari Gideon, menjadi satu-satunya yang merasa sedikit khawatir akan solusi yang diberi Leon kepada Putra Mahkota. Dia segera menangkap arti nilai wajah bahagia Gideon sekarang yang sudah tampak sangat jelas menunjukkan adanya niat obsesif yang membunuh jika keinginannya tidak terkabul. Haruskah dia menyiapkan rencana alternatif untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan lebih awal?
Sialan. Inilah mengapa dia sama sekali tidak menyukai keberadaan perempuan terutama yang sejenis Romellia dilingkaran profesionalnya. Selain mampu memotong akal sehat pria tangguh seperti Putra Mahkota, mereka juga mampu menciptakan pekerjaan yang sulit untuknya. Utamanya dalam tugas yang selalu berkaitan dengan Romellia, sudah ada berapa kali—yang bahkan dia tidak ingat lagi jumlahnya—dimana dia harus menunda urusan penting yang perlu ditangani hanya agar mendahulukan tugas penanganan mengenai permasalahan yang timbul dari Romellia.
***
TBC, 11/12/2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top