Bab III Mengapa tidak ada sama sekali jejak tokoh Anivirella di dunia ini?
BAB INI BARU SAJA DIREVISI
***
Anivirella merupakan perempuan yatim piatu yang tidak jelas asal-usulnya. Dalam novel itu, dia dijelaskan tinggal di panti asuhan terburuk di sebuah desa Bagian Selatan.
Setelah mencapai usia dewasa, Anivirella terpaksa angkat kaki. Menurut aturan, dia telah dianggap dapat menunjang hidupnya sendiri. Perempuan malang itu terpaksa berpindah-pindah tempat setiap tahunnya tergantung pada tempat kerjanya. Hingga suatu ketika majikannya membawa dia menuju Ibu Kota.
Ketika sebuah pesta kedewasaan diadakan, dia menemani majikannya untuk membantu para pelayan. Dan di sanalah cerita awal mereka dimulai. Pertemuan pertama antara Gideon dan Anivirella terjadi.
Romellia tidak ingat betul adegan selanjutnya setelah itu. Dia hanya tahu bahwa Gideon kemudian akan sering mengunjungi toko dessert dimana majikan Anivirella membuka usahanya.
Hm, haruskah aku mencari dari toko majikan Anivirella?
Kejelasan mengenai keberadaan Anivirella belum dia dapatkan dan dia sudah tidak sabar untuk melihat seperti apa saingan cintanya itu dalam dunia baru yang dia tinggali. Apakah lebih cantik dari wajah Romellia? Atau, apakah wajahnya sangat polos sehingga membuat Gideon menjadi luluh lebih mudah? Apa kelebihan perempuan itu sehingga dia mampu merebut kekasih seorang Romellia Rozenct Amour?
Setelah menyuruh Serigala Merah mencarinya di setiap kota Bagian Selatan, Anivirella tidak ditemukan. Kemudian, pencarian dipusatkan pada kota Bagian Timur, lalu Barat, dan terakhir kota Utara. Namun sampai saat ini, kabar yang diterima Romellia hanyalah bahwa tidak ada perempuan bernama Anivirella atau tidak ada satupun anak perempuan yang pernah dinamakan Anivirella.
Mungkin toko dessert itu dapat menjadi petunjuk.
Romelia mencoba mengingat kembali, apakah toko itu telah ada bahkan sebelum Anivirella berangkat ke Ibu Kota atau tidak. Deskripsi majikan Anivirella tidak terlalu dijelaskan. Romellia hanya ingat bahwa toko itu menjual semua jenis dessert kerajaan. Tapi ada baiknya untuk langsung menuju tempat toko itu berada.
Saat matahari belum terlalu panas, Romellia ditemani Leine, pelayan pribadinya. Tanpa kawalan para ksatria, keduanya mencoba melintasi jalan keramaian yang tampak kumuh.
"En, Nona, benarkah teman Anda ada di sini?" Leine tampak jijik pada genangan air hitam di sisi bahu jalan.
"Eng, ya, ini. Sudah pasti dia di sini." Romellia juga bingung.
Menurut novel, toko itu berdiri di sudut kota yang terkenal karena kebersihan jalannya. Tapi tampaknya, alamat jalan yang dibuat dalam novel menuju kawasan terkumuh di Ibu Kota.
"Apa sebaiknya kita kembali, Nona?" usul Leine. Heh, dia tidak ingin Romellia menjadi sinting di sini dan membuat kekacauan seperti biasanya.
Sebagai orang yang selalu menanggung akibatnya, Leine berpikir bijak untuk menyeret majikannya keluar dari kawasan itu. Akan sangat merepotkan untuk membereskan seluruh kekacauan di tempat yang sudah kacau sebelumnya.
"Tidak, Leine. Kita belum akan pulang."
"... tetapi Nona, tempat ini tampak tidak aman."
"..."
"... ayo pulang, Nona. Saya takut."
Romellia meringis. Hari masih siang tapi keramaian di kawasan Uru benar-benar mengerikan. Beberapa gelandangan dengan wajah menyeringai, seolah menunggu untuk menyergap mereka, terus-menerus memperhatikan mereka. Beberapa dengan berani mencoba menghampiri.
"Ya, ya, ya, baiklah. Ayo pulang!"
Romellia menyeret tangan Leine dengan panik saat seorang pria gendut dengan perut buncit memasang ekspresi gairah kepada mereka.
Untungnya kereta kediaman Amour belum terlalu jauh ditinggal. Kusir kereta sempat bingung melihat wajah terburu-buru Romellia yang menyuruh mereka untuk segera pergi dari kawasan itu.
***
Romellia berjalan mondar-mandir dalam kamarnya. Dia sibuk menggigiti kuku-kukunya. Sebuah kebiasaan lama yang tidak pernah hilang ketika dia panik.
Ini aneh, mengapa tidak ada sama sekali jejak tokoh Anivirella di dunia ini? Seharusnya perempuan itu sudah muncul. Tahun 516 merupakan tahun yang ditulis pada novel ketika Anivirella mengikuti majikannya menuju Ibu Kota.
Kerajaan selalu mengadakan tiga kali pesta kedewasaan dan tahun 516 akan segera berakhir. Pesta ke tiga akan di gelar beberapa minggu lagi. Tapi kabar keberadaan Anivirella tidak tercium olehnya. Seolah Anivirella tidak ada dalam dunia ini.
Tidak mungkin! Aku dan Gideon ada. Dia pasti ada. Dunia ini miliknya. Bagaimana mungkin dia tidak ada?!
Ketukan pintu menginterupsi kegiatan Romellia. Leine muncul dari balik pintu.
"Nona, Duke dan Tuan Muda telah menunggu di ruang makan."
"Ya, aku akan ke sana."
Memasuki ruang makan, Romellia disambut pemandangan dua pria tampan dengan usia yang berbeda. Tetapi mata Romellia lebih terkunci kepada Duke Amour, Rozenct Andreass Amour, ayah Romellia.
Meski usianya senja, ketampanan pria itu tetap menggetarkan. Ketika hari dimana Romellia menyadari bahwa dia berpindah dunia, dia sempat berpikir bahwa mungkin dia telah menjadi seorang Duchess dan ayahnya itu, adalah suaminya.
"Ayah? Anda, Ayah saya? Bukan suami saya?!"
Romellia tidak bisa menerima kenyataan ketika pria tampan di depannya kala itu menyebut dirinya sebagai ayah.
"Apa maksudmu? Tentu saja aku ayahmu?!"
"Bohong! Tidak mungkin! Saya tidak terima ini!"
"... anak nakal! Apakah bagus bagimu untuk berteriak di depan ayahmu?!"
"Huah, saya lebih ingin Anda menjadi suami saya bukannya Ayah."
"..."
Romellia menangisi nasibnya ketika dia menyadari tidak mungkin untuk menikahi Duke Amour yang tampan.
Meski hari-hari telah berlalu dan kenyataannya dia telah berpindah sebagai putri Duke Amour, Romellia belum seratus persen dapat menerima nasib sialnya. Wajah Duke Amour benar-benar tampan dan ketampanan itu tidak luntur ataupun turun pada kakak laki-laki Romellia, Arnold Rozenct Amour. Pesona keduanya benar-benar luar biasa tetapi tetap saja Duke Amour lebih luar biasa.
Menyadari cintanya bertepuk sebelah tangan, Romellia selalu memasang wajah cemberut ketika bertemu wajah tampan ayahnya.
"Romellia, ke mana kau siang ini?" Suara berat Duke membuka percakapan setelah mereka selesai makan malam.
"En, aku jalan-jalan."
"Di kawasan Uru?"
"..."
"Untuk mencari masalah lagi?"
"..."
"Atau hanya ingin bermain?"
"En, ayah, apa Anda sedang marah?"
"Tidak. Aku tampak sangat bahagia. Tidakkah putriku melihat wajah kebahagian ayahnya ini?"
Berbeda dengan jawabannya, wajah Duke Amour tampak kaku dan menyeramkan.
Romellia menatap pria lain dalam ruangan itu, meminta bantuan. Kakaknya harus membantunya lagi kali ini. Tapi Arnold tampak meringis, seolah mengatakan 'kali ini kau selesaikan sendiri masalahmu'.
"En, Leine yang mengajaku ke sana."
Leine ingin sekali berpura-pura pingsan sekarang. Majikannya ini benar-benar senang membuat masalah baginya.
"Sejak kapan Romellia senang menemani pelayannya, Arnold?"
Meski Duke Amour tampak bertanya pada Arnold tetapi tatapan tajamnya diarahkan pada Romellia.
"Apakah kawasan Uru benar-benar terlihat menyenangkan bagimu?"
"..."
"Jawab Ayah Romellia?!"
"... maaf."
"Dalam seminggu ke depan, akan ada berapa kali aku harus memaafkanmu?"
"......."
"Romellia, berhenti membuat masalah. Ada banyak rumor buruk mengenai kelakuanmu." Duke Amour memijat pelipisnya, putrinya begitu berbeda dengan putri-putri bangsawan lain yang tampak anggun dan elegan. Mengapa harus putrinya yang berkelakuan tidak benar diantara semua putri di kerajaan?
"Ingatlah posisimu saat ini. Kau adalah calon ibu bangsa ini. Jangan membuat rakyat membencimu dengan berbagai masalah yang telah kau perbuat."
"Ya, Ayah."
"Berpikirlah lebih bijak lagi lain kali."
"Baiklah, Ayah. Sudah cukup untuk memarahi Romellia. Dia sepertinya telah menyesal." Arnold, menyela. Tampaknya Duke Amour akan memberi petuah panjang pada adik kesayangannya.
Duke Amour mengernyit tidak senang karena disela. "Ini demi kebaikannya."
"Tetapi Romellia telah menyesalinya."
Romellia yang mendengar Arnold membelanya, mengangguk cepat.
"Penyelasan ini akan berarti jika dia tidak akan mengulanginya lagi."
"Tidak akan. Aku tidak akan mengulanginya lagi." Romellia cepat-cepat menyahuti.
"Ayah telah mendengarnya, bukan? Romellia tidak akan mengulanginya. Sudah waktunya untuk beristirahat. Selamat malam."
Arnold membubarkan mereka dengan kalimat perpisahan. Romellia cepat-cepat mengikuti kakaknya dan berbisik. "Terima kasih, Kakak."
Duke Amour tampak sakit kepala. Putri maupun putranya tidak pernah mendengarnya. Sulit untuk mengatasi Arnold dengan sister complex-nya, sikap memaklumi Arnold pada seluruh perbuatan Romellia telah benar-benar naik ke standar yang mengherankan. Karena itu, dia kesulitan untuk memperbaiki kepribadian putrinya. Sepertinya, kediaman Amour terlalu memanjakan Romellia, dan Duke Amour baru menyadarinya sekarang
***
Beri dukungan penulis di sini👇
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top