Fifth (End)
Didedikasikan untuk Vessalius04
#VessaSongFictionChallange
.
.
.
Karakuri Pierrot
Song by nano
.
.
Kuroko no Basket Fanfiction
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Genre: Angst, hurt/comfort
Pair: Kagami Taiga x Naimiya Hanaru
Setelah diberi Kagami sepotong roti, Naimiya meminum obat tambah darah yang sudah disediakan dokter jaga untuknya.
"Bagaimana? Sudah lebih baik?" Tanya Kagami setelah Naimiya meminum obatnya. Naimiya mengangguk pelan, membuat lelaki berkulit tan itu menghela napas lega.
"Syukurlah..." Kagami mengelus pucuk kepala Naimiya dengan penuh kasih sayang. Membuat gadis itu menundukkan kepalanya dan hatinya kembali bergemuruh.
Kenapa Kagami begitu peduli padanya padahal di saat bersamaan dia juga menyakiti hatinya? Mata Naimiya terasa basah lagi, namun ia berusaha sebaik mungkin agar tidak menangis di sini.
"Nee, Taiga... apa kau tidak lelah dengan semua ini?" Tanya Naimiya dengan suara lirih.
"Apa maksudmu?"
"Bisakah kau menjauhiku? Kumohon..." Pinta Naimiya dengan suara yang memelas. Manik dark red Kagami melebar mendengar ucapan Naimiya.
Sudah setengah tahun ini ia dan Naimiya menjalin hubungan, dan selama itu juga ia merasa hubungannya dengan gadis itu baik-baik saja. Lalu apa yang dipikirkan gadis itu hingga ia memintanya menjauhinya?
"Tapi Nai, aku..."
"Kumohon Taiga, aku tidak ingin mendengar apapun yang ingin kau ucapkan. Biarkan aku sendiri." potong Naimiya. Ia harus bertindak tegas sekarang atau hatinya akan bergejolak lebih parah dari ini.
Kagami terdiam dan menatap Nai sendu. Ia membuka mulut hendak bersuara, namun urung dan beranjak berdiri.
"Kalau begitu, baiklah. Cepat sembuh, Nai. Sayonara..." Tubuh jangkung itu berbalik dan melangkah keluar ruangan. Meninggalkan Naimiya duduk meringkuk sendirian di atas ranjang putih UKS.
Gadis itu memeluk lututnya erat diikuti tetesan air bening membasahi pipinya.
Sakit...
Perih...
Sesak...
Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam diri Naimiya. Salahkah dia berusaha menjauh dari Kagami? Walau ia berusaha untuk melepaskan semua perasaannya pada pemuda bersurai gradasi itu, pada saat yang sama seolah ada jaring tak terlihat yang menangkapnya dan mengurung perasaannya bersama Kagami. Naimiya mengacak rambutnya frustasi. Hanya gara-gara dia, Naimiya benar-benar rapuh seperti ini.
Bahkan kini ia bisa merasa napasnya mulai terasa sesak. Hatinya tak pernah berhenti bergejolak seakan menjadi pertanda tidak ingin perang batin Naimiya terhenti.
***
Setelah kondisi tubuhnya sedikit membaik, Naimiya memutuskan untuk pulang. Awalnya Yousuka ingin mengantar gadis itu pulang karena hari sudah sore, tapi Naimiya bersikeras untuk pulang sendiri. Ia ingin sendiri untuk sementara waktu tanpa terganggu oleh pertanyaan mengusik tentang Kagami.
Baru berjalan sampai di pintu gerbang, Naimiya melihat seorang gadis berambut hitam pendek berdiri bersandar sambil menatapnya. Naimiya terpaku, ia tahu gadis itu tapi ia tak mengenalnya. Karena gadis itulah yang ia lihat bersama Kagami.
"Naimiya Hanaru-san?" wajah gadis itu terlihat datar tapi dari sorot matanya Naimiya bisa melihat tatapan yang... lembut? Entahlah, manik biru itu tak begitu terbaca karena tertutup poninya.
"Ada apa?" Tanya Naimiya agak dingin. Entah kenapa sejak melihat gadis itu bersama Kagami, ia jadi tidak menyukai gadis asing di depannya ini.
"Bisa bicara sebentar? Ini soal Taiga." Naimiya nyaris mendelik ke arah gadis itu karena dengan seenaknya memanggil nama kecil Kagami.
"Dan kenapa aku harus menyetujuinya?" tanpa sadar mulut sarkastik Naimiya kembali muncul.
"Karena Taiga menitipkan ini untukmu." Gadis itu menyerahkan sebuah kotak perhiasan kecil berwarna merah. Naimiya menatap kotak dan gadis itu bergantian.
"Apa ini?" Tanya Naimiya bingung.
"Terima ini dan coba buka."
Naimiya menerima kotak kecil itu dan membukanya perlahan. Manik kecokelatan itu membulat sempurna melihat isi kotak kecil itu. Isinya berupa cincin emas putih bertakhtakan batu berwarna merah delima yang sangat cantik.
"I-ini..."
"Itu cincin yang dibelikan Taiga untukmu. Beberapa hari yang lalu dia memintaku untuk menemaninya membeli cincin itu untukmu."
Tatapan Naimiya kini kembali terarah pada gadis di depannya.
"Sebenarnya... Apa hubunganmu dengan Taiga?" suara Naimiya terdengar mulai melunak.
" Aku Nohikaru Furano, teman dekat Himuro Tatsuya." Ujar gadis itu memperkenalkan dirinya.
"Himuro? Apa kau kekasihnya?"
Pertanyaan sederhana Naimiya sukses membuat Furano tersipu dan wajahnya agak memerah.
"Yah... bisa dibilang begitu..."
Dalam hati Naimiya memuji keberuntungan gadis di depannya ini yang bisa mendapatkan hati pria sebaik Himuro Tatsuya.
"Sebenarnya... Tatsuya juga yang memintaku agar menjaga Taiga dengan baik."
"Menjaga Taiga?" Alis Naimiya bertaut bingung. Kagami bukanlah lelaki lemah yang harus dijaga oleh seorang gadis seperti Furano.
"Iya. Karena sebenarnya Taiga mengidap penyakit ankylosing spondylitis. Itu semacam penyakit genetik yang menyerang tulang dan otot."
Napas Naimiya nyaris terhenti saat itu juga. Kagami sedang sakit?? Kenapa ia tidak pernah tahu?!
"La-lalu bagaimana kondisinya?"
"Sebenarnya sudah berulang kali dokter melarangnya bermain basket karena kondisinya yang semakin hari semakin memburuk, tapi dia tidak mau berhenti. Dan akhirnya, setelah pertandingan Kaijo kondisi lutut Taiga benar-benar mengkhawatirkan hingga dia harus menjalani operasi. Dan..."
Flashback: On
"Apa? Kau tidak ingin melakukan operasi?" Furano menatap Kagami bingung begitu juga dengan Himuro yang berdiri di samping Furano. Sedangkan Kagami hanya duduk di atas sofa. Ia menunduk dan memegangi lutut kanannya yang di-tapping untuk mengurangi rasa nyeri yang menjalar di kakinya.
"Taiga, ini demi kesembuhanmu juga. Kau harus menjalani operasi sebelum penyakitmu itu menjalar lebih dalam ke organ vitalmu." Himuro ikut bersuara untuk meyakinkan Kagami.
"Tapi operasinya di Amerika kan? Aku tidak bisa jika harus pergi meninggalkan Jepang."
"Taiga, operasi semacam itu masih jarang di Jepang. Jadi paling tidak kau harus pergi ke Amerika untuk melakukan operasi itu!" Furano bersikeras membujuk Kagami agar mau menjalani operasi demi keselamatan sang ace Seirin.
"Aku tahu. Tapi... tidak bisakah aku melakukan terapi saja?"
"Taiga, untuk saat ini terapi tidak akan banyak membantu. Jika kau ingin sembuh total, setidaknya kau harus melakukan operasi ini." Himuro menepuk pundak Kagami berusaha meyakinkannya.
"Lagipula kenapa kau tidak ingin meninggalkan Jepang?"
"Karena aku tidak bisa meninggalkannya." lirih Kagami.
Furano dan Himuro saling lempar pandang. Mereka tahu yang dimaksud Kagami adalah gadis yang selama ini mengisi ruang kosong dalam hati Kagami.
"Selama ini, aku selalu membohonginya. Aku selalu membuatnya kecewa, bahkan aku mungkin sudah tidak pantas untuk dimaafkan lagi olehnya."
"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu, Taiga?" Himuro memegang bahu Kagami seolah berusaha memahami perasaan lelaki yang sudah dianggap saudara kandungnya itu.
"Entahlah, Tatsuya. Tapi aku merasa akan jadi orang yang benar-benar tak berperasaan jika meninggalkan Hana ke Amerika tanpa berkata apapun."
Flashback: Off
Tanpa Naimiya sadari, butiran bening melesak keluar dari kelopak matanya. Membasahi pipi tirusnya yang masih agak pucat karena efek anemianya.
"Aku tahu seharusnya aku tidak mencampuri urusan kalian, tapi saat tadi Taiga memutuskan untuk pergi ke Amerika hari ini, aku tahu kalau mungkin dia sedang mempunyai masalah denganmu."
Hati Naimiya mencelos seketika mendengar penuturan Furano. Kagami pergi ke Amerika??
"Kapan jadwal penerbangan Taiga?" Tanya Naimiya sedikit panik.
"Etto... Sekitar pukul lima sore ini."
Tanpa membuang waktu, Naimiya memutar langkahnya berlari secepat yang ia bisa menuju bandara.
-
-
-
I can't see, I can't hear, I can't be away from you
I can't see, I can't hear, I can't be away from you
I can't breathe, I can't breathe, so hard to breathe
I can't breathe, I can't breathe, how can I breathe
Everything won't be the same
Everywhere I go is you
No I can't stand no more, lying down right here waiting
for you to pick up every single piece of me
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top