Epilog
Didedikasikan untuk Vessalius04
#VessaSongFictionChallange
.
.
Karakuri Pierrot
Song by: nano
.
.
Kuroko no Basket Fanfiction
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
Genre: Angst, hurt/comfort
Pair: Kagami Taiga x Naimiya Hanaru
.
Beberapa tahun kemudian
Lonceng gereja berdentang keras bersamaan dengan sepasang pengantin yang keluar dari bangunan megah itu.
Naimiya yang berada di barisan tamu tersenyum bangga melihat rona kebahagiaan sahabatnya. Yousuka... Ah bukan, kini marga gadis itu berubah menjadi Nijimura Ainawa karena janji suci yang telah mengikat mereka beberapa menit yang lalu.
Dalam hati, gadis bersurai hitam kemerahan itu memuji keberuntungan sahabatnya. Ia dengan setia menunggu Nijimura yang menuntut ilmu di luar negeri dan kini penantian gadis polos itu terbayarkan. Menghela napas pelan, Naimiya berbalik menjauhi keramaian pesta itu dan berjalan pergi.
"Nai-san mau ke mana?" tanya Ranka yang menyadari langkah pergi Naimiya.
"Aku ingin pulang duluan. Ada sesuatu yang harus kulakukan." Naimiya mengulas senyumnya pada Ranka yang kini juga sebagai Nyonya Kise mengingat gadis ah bukan, wanita berkacamata itu sudah menikah dengan Kise Ryouta dua bulan yang lalu.
"Aaah, baiklah. Nanti aku akan bilang pada Aina-nee dan Nijimura-senpai." Ranka melambaikan tangannya pada Naimiya yang kini berjalan melintasi pagar taman gereja.
Langkah gadis bersurai hitam kemerahan itu terhenti di sebuah kios kecil yang menjual bunga. Tanpa pikir panjang, Naimiya membeli seikat bunga mawar putih dan berjalan menyusuri jalan setapak yang berada tak jauh dari kios penjual bunga tadi.
Sampai akhirnya, langkah kaki jenjang Naimiya menuntunnya memasuki sebuah pemakaman umum dan berhenti di sebuah makam dengan batu nisan yang terukir nama Kagami Taiga. Dengan perlahan, Naimiya meletakkan bunga mawar putih yang dibawanya tepat di bawah batu nisan tersebut.
"Hisashiburi ne, Taiga..." Gumam Naimiya dengan suara lirih.
Gadis itu berjongkok menakupkan tangannya di depan dada seraya berdoa untuk orang yang kini terkubur di bawah batu nisan tersebut.
"Kau tahu Taiga, Yousuka sudah menikah dengan Nijimura-senpai. Kurasa penantiannya selama ini tidak sia-sia." Naimiya memegang batu nisan berwarna hitam itu seolah sedang bercerita pada seseorang yang memiliki raga dan nyawa.
"Tapi untukku, semua sudah berakhir. Sejak hari itu..." Wajah Naimiya berubah menjadi sendu mengingat hari dimana Kagami hendak pergi ke Amerika.
Flashback: On
Naimiya mengayunkan langkahnya dengan cepat tanpa mempedulikan suara Furano yang memanggilnya. Satu-satunya hal yang ada di kepalanya saat ini adalah menemui Kagami dan meluruskan kesalahpahaman mereka.
Kenapa Naimiya tidak bisa menyadarinya? Selama ini Kagami tidak bisa menemuinya karena serangkaian pengobatan yang harus dijalaninya demi kesembuhan penyakitnya. Apa pikiran egois gadis itu sudah mengambil alih sisi rasionalnya?
Naimiya yang terkenal jenius dan licik, sepertinya hanya akan menjadi gadis bodoh jika berhadapan dengan Kagami Taiga.
Setelah menghentikan sebuah taksi, ia meminta sang supir untuk mengantarkannya ke bandara secepat yang ia bisa.
Namun takdir berkata lain...
Taksi yang dinaiki Naimiya terjebak macet karena ada kecelakaan beruntun yang terjadi di sebuah jalan tol. Banyak polisi dan ambulans yang berlalu lalang di sekitar tempat kejadian. Gadis bersurai hitam kemerahan itu mengumpat dalam hati karena ada kejadian tak terduga di saat genting seperti ini. Tanpa pikir panjang, ia keluar taksi dan menerobos keramaian untuk pergi ke bandara yang letaknya kurang dari dua kilometer dari jalan tol itu. Namun langkah gadis itu terpaku saat ada sebuah tandu yang dibawa oleh dua orang petugas medis untuk dimasukkan ke dalam mobil ambulans. Ia tahu bahwa orang di atas tandu itu masih hidup, tapi di saat yang bersamaan Naimiya sadar jika orang itu tengah sekarat. Dan yang membuat napas Naimiya tercekat adalah...
Ia mengenali orang itu.
Karena dia adalah orang yang ingin Naimiya temui saat ini.
Kagami Taiga...
"Taiga..."Naimiya menutup mulutnya tak percaya seolah mengira apa yang dilihat matanya hanyalah sebuah mimpi buruk yang akan berakhir ketika dia bangun nanti.
Namun realita yang kejam menyadarkan pikiran Naimiya bahwa gadis itu bukanlah tipe yang penuh imajinasi hingga mau tak mau, ia harus percaya bahwa yang dilihatnya ini adalah nyata.
Dengan langkah perlahan seolah masih tak mempercayai apa yang baru saja terjadi, Naimiya mendekati tandu yang kini dimasukkan ke dalam mobil ambulans.
"Maaf, anda siapa?" Tanya salah satu petugas ambulans begitu menyadari langkah Naimiya yang mendekati area kecelakaan.
"A-aku... mengenal korban tadi. Biarkan aku mendampinginya, kumohon..." Namiya nyaris tidak bisa menahan suara paraunya dan matanya sudah mulai berkaca-kaca.
Melihat reaksi Naimiya, membuat petugas itu tidak tega hingga akhirnya ia memperbolehkan Naimiya ikut mobil mereka dan mengantar Kagami ke rumah sakit terdekat.
Gadis bermanik cokelat itu terus memegangi tangan Kagami sementara para medis yang juga mendampingi Kagami memberikan pertolongan pertama selama perjalanan mereka menuju rumah sakit. Air mata Naimiya tidak kunjung berhenti sambil menggumamkan ucapan penyesalannya.
Saat itu, keajaiban sesaat muncul
Di tengah kondisi kritis akibat luka parah yang diderita Kagami, pemudai bersurai gradasi itu membuka matanya perlahan seolah mendapat kekuatan dari suara Naimiya yang dari tadi terus berbisik menyesal di telinganya. Naimiya yang menyadari itu terperangah dan menatap Kagami dengan mata penuh linangan air mata. Namun sang kekasih hanya tersenyum tenang seolah mengatakan semuanya akan baik-baik saja dan menangkup wajah Naimiya untuk sekedar berusaha menenangkan kekhawatiran gadis itu. Mulutnya bergerak-gerak seolah hendak mengatakan sesuatu. Naimiya yang langsung tanggap, mendekatkan telinganya untuk mendengar suara Kagami.
"Gomen..." hanya itu yang didengar Naimiya. Dan itu juga yang menjadi ucapan terakhir Kagami sebelum nafas terakhirnya habis.
***
Naimiya kembali meneteskan air matanya jika mengingat kejadian itu. Sejak saat itu ia merasa dunianya terhenti. Ia kehilangan dan merasa bersalah di saat yang sama. Bahkan entah sejak kapan, ia merasakan hatinya membeku dan tak menerima kehadiran lelaki lain di hidupnya.
Hatinya sudah terkunci.
Dan Kagami Taiga pergi dengan membawa kunci itu.
Ia pernah menjalin hubungan dengan Imayoshi Shouichi saat awal masuk universitas. Berharap hatinya bisa menemukan secercah kehangatan yang bisa membuat kehidupannya kembali seperti semula. Namun tetap saja...
Hatinya kosong
Naimiya menghapus air matanya dan beranjak berdiri. Tersenyum tipis seolah mengucap salam perpisahan dan berbalik pergi.
Gadis bersurai hitam kemerahan itu melangkah keluar pemakaman dan hendak berjalan pulang. Namun saat sampai di dekat lapangan street basket, tak disangka-sangka sebuah bola basket mengenai kepalanya.
"Ittai!" Naimiya menoleh kearah lapangan. Matanya menelisik penuh ancaman seolah siap memaki siapapun yang akan datang kearahnya dan meminta maaf kepadanya.
"Ah...Warui... Kau baik-baik saja?" Seorang pria berkulit tan berjalan kearah Naimiya dan terlihat khawatir melihat bola basket yang mengnai gadis itu.
Naimiya terdiam. Ia tak mampu bereaksi seolah semua sel yang ada di tubuhnya membeku.Tatapannya terpaku pada pria yang kini berdiri di depannya dan membungkuk minta maaf.
"Maaf ya, aku tadi tidak tahu kalau ada orang yang akan lewat di sini." Ucapnya dengan penuh penyesalan.
Namun Naimiya masih tak mampu meresponnya. Ia masih menatap pria di depannya dengan tatapan tak percaya. Menyadari keanehan Naimiya, pemuda itu menjentikan jarinya tepat di depan Naimiya untuk menyadarkan gadis itu dari tatapan anehnya. Seolah tersadar dari sihir yang membekukannya, Naimiya tersenyum tipis.
"Tak apa." Ujar Nai lirih. Pria di depan Naimiya menatap gadis bersurai hitam kemerahan itu agak penasaran.
"Anooo... Cuma perasaanku atau kita pernah bertemu sebelumnya?" Gumam pria itu tak yakin.
"Tidak. Ini pertama kalinya kita bertemu."
"Souka... Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke Majiba? Aku akan mentraktirmu sebagai permintaan maafku." Cengiran khas yang dipasang pemuda itu membuat Naimiya tak kuasa menolak.
Angin berhembus perlahan membuat surai gradasi pemuda itu bergoyang pelan tertiup angin. Naimiya mengamati pemandangan yang dirindukannya itu dan tersenyum tipis.
Taiga, kau benar-benar telah mengurungku. Bahkan setelah kau tak adapun, kau tak membebaskanku dari perangkap ini.
-
-
-
All I see, all I hear, all I fear is fading out
All I breath, all I breathe, it's you I breathe
Yes, I'm the one that you always call pierrot-san
will always stay the same cause
I know you
Will never set me free
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top