17. Ur'E

Ur'E

(Renung Rindu)

(It's not about me or you, just us and years we passed*RIP My Enggelish)

[Anggap saja ini surat, karena aku nggak tau harus masukin ke kategori apa]

Lyla_ss

Malam ini aku berada di atas kasur sembari meneguk soda yang baru saja aku beli dari supermarket. Sedikit aneh memang meminum minuman dingin dibanding dengan segelas teh hangat di musim yang berhujan ini,

Awal yang baru harus dilalui dengan hal-hal yang baru, dan itulah yang terjadi selama hari berganti. Selalu, setiap detik yang akan datang merupakan alur yang tidak bisa diundur.

Dan disinilah aku, menjadi pusat dari rutinitas biasa yang tiada henti. Setelah masa-masa kemarin yang kulewati, hari ini aku masih tegak berdiri, menunjukkan eksistensi yang dulu hampir hilang ditelan mimpi.

Tiba-tiba aku teringat dengan hari itu, dimana aku juga duduk diatas kasur dan menghabiskan satu-dua kaleng soda, bersama dengan hujan deras yang kututupi dengan korden di balik jendela. Aku menyerah dengan keberadaan diriku, mengurung diri dalam kotak selama berhari-hari, mempertanyakan makna diri yang seolah hilang bersama angin.

Yang seharian kulakukan sebelum benar-benar menutup dunia adalah melihat ponsel, menengok pemberitahuan terakhir lalu memutuskan untuk mengurung diri.

"Hai! Mau bergabung?"

Kurang lebih begitulah yang kamu katakan dalam inbox email, sebuah kata sederhana yang membuatku akhirnya bangun dari kasur, berpindah tempat pada kursi kayu yang berada di depan meja yang ditumpuk sejumlah buku.

"Benarkah? Aku ingin bergabung,"

Kita tidak saling mengenal, itu adalah kenyataan yang ada saat itu. Sebuah magnet tak kasat mata pun menarik kita, berputar pada poros yang sama. Saling bertukar pikiran, mengisi lubang pada diri, berlahan-lahan namun pasti, aku menemukan bahwa aku tidak sendirian.

"Bagaimana kalau kita membuat sesuatu?"

Di bulan yang panas, dan liburan sekolah dimulai, kamu mengajakku untuk membuat kerangka konsep yang kita pikirkan selama berbulan-bulan untuk menjadi sesuatu yang nyata adanya. Salah satu bentuk pembuktian bahwa eksistensi kita ada, dan bisa diakui.

"Terima kasih..."

Mungkin kalimat itu terlalu sederhana untuk mengungkapkan perasaanku setelah bertemu denganmu. Namun itulah yang paling cocok sepengetahuanku.

Aku menemukan alasan untuk membuka diri kembali, kamu pun sama. Kita kembali menghadap dunia setelah masa-masa sulit yang ada, mungkin pertemuan kita telah memberikan kekuatan pada satu sama lain.

"..."

Tidak ada percakapan lagi selama beberapa waktu, kita kembali ditelan oleh rutinitas dunia yang sempat kita hindari. Setelah beberapa hari kita pun lupa bagaimana cara berinteraksi satu sama lain, menyadari bahwa poros yang tadinya mengikat kita mulai kendor akibat waktu.

Aku tidak bisa menghakiminya, kamu pun juga begitu. Meski kita sekarang berada di poros yang berbeda, kita masih bertukar kabar.

"Selamat malam, bagaimana harimu?"

Basa basi singkat yang mungkin sedikit mempertahankan poros yang dulu kita buat, meski terlalu lemah.

Setelah bertahun tahun aku kembali mengenang, bagaimana awalnya kita bertemu, obrolan-obrolan yang mengubah cara pikir, menambah pola dalam kosongnya dunia.

Aku merindukan saat itu, ketika kita masih berada dalam poros yang kuat, saling memberikan cerita dari masing-masing ujung dunia yang belum kita ketahui-dan nanti kita temui.

Yah... tidak ada banyak hal yang bisa kulakukan sendiri mengenai kita, karena sejatinya butuh lebih dari satu orang untuk menjadi 'kita'. Aku berharap, kita masih bisa mengenali satu sama lain, meski tak pernah bersua untuk waktu yang cukup lama.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top