11. Game pt. 2 + Pesan Sambat

Pram menarik tangan Cumi dan langsung melarikan dirinya ke lantai tiga rumah tersebut.

"Pram capek anjir! Lu main tarik-tarik aja!" ujar Cumi yang langsung menghempaskan tangannya yang sedaritadi ditarik Pram. Dari taman di luar rumah sampe ke lantai tiga, jauh cui, capek.

Pram membanting tubuh Cumi ke tembok. "PRAM ANJIR GUA STRAIGHT!"

"Gua gak sebodoh itu Cum. Meskipun Faa udah ngasih tau kalau lu itu villager, gua tau role lu bukan itu."

"Oh, lu werewolfnya? Kasian banget ya, padahal tadi Mayu udah berubah, tapi bahkan gak sempet nemenin elu," ujar cumi dengan nada mengejek.

"Gua bunuhlu sekarang ya? Gua tetep butuh temen."

"Gii binihli sikiring yi? Gua bilang ngga juga lu bakal tetep bunuh gua, kan?" cibir Cumi.

Pram menghela napas, bingung mengapa orang seperti Cumi masih aja ada di muka bumi ini. Tak lama kemudian lolongan serigala terdengar memenuhi rumah itu lagi. Pram perlahan berubah, mulai dari kukunya yang berubah memanjang, giginya meruncing, dan tubuhnya mulai dipenuhi bulu. Tidak sampai sedetik Cumi menjerit kesakitan.

"Anjir Pram lu beneran serem. Tapi nanti gua juga akan jadi kaya gitu."

------------

"Dia detectivenya."

"Aku beneran gak jago main ginian gimana dong," Apprentice Seer itu mulai bekerja namun tidak dapat menemukan siapa werewolfnya.

"Yaudah bunuh diri aja, daripada ngerepotin."

"Sumpah! Lu tuh siapasi?! Kalau gua ketemu lu pengen gua slepet pake sarung! Lebih nyebelin dari Rumi sama Cumi ya lu?!" Dia mencak-mencak sendiri, beruntung saat ini ia sedang sendirian di lorong ini.

"Rumi! Kok lu sendiri? Cumi mana?" Dia melihat Rumi berdiri di balkon lantai dua, menatap lantai di bawah.
Mata Rumi berkaca-kaca. "Tadi gua ke kamar mandi, Cuminya ketinggalan."

"Lu kenapa? Abis nerawang ya?"

"Lu tau gua detective?" Rumi bertanya balik. Apprentice seer itu mengangguk.

"Gua abis nerawang Pram, bad side. Tandanya abis ini gua pasti mati." Oalah dia takut mati ternyata.
Dan saat itu juga lolongan manusia serigala itu terdengar memenuhi seluruh rumah.

"Gua siap mati malem berikutnya."

------------

"Malam yang indah bagi para werewolf. Tidak ada yang mati tetapi kawanannya bertambah. Pemain silakan berkumpul kembali di area gazebo."

"Kur, denger itu gak?" tanya Hiro sambil berjalan menuju gazebo bersama Kuro. Memang pasangan dadakan.

"Ada cursed ya berarti?" dijawab anggukan lagi oleh Hiro. "Capek Hir, ngga selesai-selesai."

Mereka berdua menunggu semuanya berkumpul sambil mengamati. Siapa tahu ada yang bisa dituduh kan. Sayangnya tidak, mereka semua berdatangan sendiri-sendiri, tidak ada yang berdua, bertiga, maupun lebih. Emang, pro banget kalau disuruh bohong.

"Jadi?" tanya Riri membuka keheningan sedari tadi. Tidak ada jawaban. "Ngomong sama candi."

"Bentar eh, itu ada clue ya?" tanya Ryan menunjuk kertas yang berada di gazebo, tepatnya di depan Cumi.
Tanpa basa-basi Cumi segera mengambil kertas itu, "gua baca ya,"

Bukan kembar tapi bisa jadi. Dilukai salah satunya tapi tak terlalu terluka. Biru luas, tajam seperti salah satu bagian tubuhnya.

"Ini kenapa cluenya begini sih? Gua tau, gua pinter, tapi kalau begini keadaannya kan susah mikir!" keluh Kuro saat mendengar cluenya.

"Sebenernya gua mau ngasih tau sesuatu," ucap Rumi pelan, yang lain hanya menatapnya.

"Gua emang gatau arti cluenya. Tapi gua tau kemungkinan besar werewolfnya." Lanjutnya dengan nada serius. Wah, tumben. Dia melirik ke arah tersangka. Semua mengikuti pandangannya.

"Gak heran," ucap Hiro.

Pram mendecih, "gausah ditarik, gua bisa jalan sendiri."

"Gaada yang narik dia padahal."

"HEH! GUA BLOM KASIH ABA-ABA VOTING YA! TUMAN LU SEMUA! Tapi gapapa deh, mempersingkat."

Pram berjalan menuju papan gantung tanpa rasa takut sedikit pun lalu mengucapkan kata terakhirnya sambil tersenyum, "sampai jumpa, Teh."

Seketika Rumi merinding, "anjir pengen nangis. Siapa ya cursednya?"

"Teh, tadi lu kemana aja anjir? Gua nyariin kan," ucap Cumi memegang bahu Rumi.

"Cum, gua tambah merinding abis lu pegang." Dia tidak menjawab pertanyaan Cumi.

"Nanti jangan jauh-jauh dari gua yam Gua gamau sendirian," kata Cumi yang dijawab anggukan oleh Rumi.

"Eh, ini kembar siapa deh? Cuma ada Rara Riri doang, tapikan Rara udah mati," ucap Ryan sambil memegang kertas clue.

"Elu ya Ri? Daritadi kan lu nuduh-nuduh Kak Loi padahal dia hunter. Jangan-jangan lu minion, ya?" tuduh Hiro.
(A.N : minion itu bad side yang ngikutin werewolf, tapi kalau semua werewolf udah mati gamenya masih jalan. Nah Hiro ngira disini Riri pengen bunuh semuanya biar dia menang sendiri)

"Apa sih Hir?! Gausah nuduh-nuduh dong!" bentak Riri.

"Ya jangan bentak-bentak dong!" Balas Kuro membentak juga.

"gausah gibah, sono balik mau malem nih."

------------

"Aku pilih Cumi, apa role dia?" Apprentice seer segera menerawang setelah mencari tempat yang menurutnya aman. Kamar mandi lantai satu.

"Hmm, akhirnya pinter juga lu. Lumayan telat sih tapi gapapa, dia cursednya."

Murid seer itu menggertakkan giginya. Kenapa gak daritadi, keburu telat pikirnya.

"Mana sempat, keburu telat."

"Gausa ngejek gua lu," ucapnya memandang sinis entah kemana, siapa juga yang mau ditatap.
Lolongan werewolf kembali terdengar memenuhi rumah itu untuk entah keberapa kalinya. Untuk terakhir kali
mungkin? Entahlah.

------------

"Teh, lu nemu udah unknown lagi?" tanya Cumi saat sampai di sebuah kamar di lantai satu.

"Iya Cum, Hiro. Tapi masa unknownnya cuma dua? Kayaknya gak mungkin deh," jawabnya sambil memutar otaknya.

"Ngga Teh, unknown ada 4. Kalau lu lupa Tomo itu Cupid, Mayu itu Orphan," balas Cumi menyeringai tipis.

Rumi mebelalak setelah sadar akan prediksinya, "Hiro pasti traitor! Truss cursednya..."

"Iya, gue." Cumi melolongkan suaranya menandakan ia akan berubah menjadi werewolf. Jadi dia cumi-cumi atau werewolf?

"Emang gua gabsia percaya sama siapapun harusnya dari awal!" Berniat kabur, tapi tertahan. Ia ingat guardian sudah mati, tidak ada yang bisa membantunya.

"Gua gapernah bilang kalau gua villager, ya." Werewolf itu menggigit pundak Rumi membuatnya berteriak kesakitan.

Brak!

"Cumi gila!" seru Ryan setelah membanting pintu.

"Sayang banget ya, guardiannya udah mati. Dadah detective."

------------

"Langsung voting ya berarti?" ucap Kuro saat semuanya berkumpul di tempat yang sama seperti awal permainan ini. "Gabisa ngelak lagi lu Cum."

"Gak pengen juga. Coba lu semua sadar daritadi, gua kan bakal cepet mati. Itu cluenya ngomongin gua sama Pram, gua sadar kok. Kita cancer mau ngelukain satu sama lain gaada yang bakal terluka. Dan kita juga seumuran," ucap Cumi sambil berjalan menuju papan gantung.

"Oiya, game is not over yet." lanjut Cumi lalu menggantung dirinya.

"Yaelah Cumi, dikasih tau. Malam keenam dimulai. Anjir tiba-tiba malem keenam ya? Yauda sono ngumpet."

Semua membelalak kaget, game ini belum selesai padahal werewolf sudah habis seharusnya. Bertambah kaget ketika melihat Riri yang bergerak tidak nyaman.

"Kenapa Ri?" tanya Ryan.

"Perut aku ga enak Kak."

"Wah, tanda-tanda. Lu werewolf ya?" tuduh Hiro. Sunyi, tidak ada yang menjawab. "Lah bener?"

Kuro menarik tangan Hiro menjauh dari dua orang tadi. Mereka masuk ke dalam rumah.

"Kur.." ucap Hiro melepaskan tangannya.

"Iya Hir?" jawab Kuro.

"Perut aku ikutan sakit, aku ke kamar mandi sebentar ya? Kamu ngga mungkin ikut kan?" Kuro mengangguk tanda mengizinkan Hiro. Kuro sadar, jalan ke kamar mandi harusnya lurus dari arah mereka berdiri, tetapi Hiro berlawan, Hiro berjalan ke arah pintu utama, keluar dari rumah itu.

Kuro meneteskan air matanya, "ngga mungkin..."

Di saat itu juga, lolongan serigala kembali terdengar, kali ini benar-benar untuk terakhir kalinya. Disusul dengan teriakan kesakitan dari Ryan.

Kuro pusing, dia menjatuhkan badannya ke lantai. Tangisannya tambah deras.

------------

"Terus aja tuduh gua," ucap Riri sambil memegang perutnya yang bertambah sakit. Ia tak percaya melihat pemandangan di depannya ketika Hiro menggigit perut Ryan hidup-hidup.

"Kuro lebih percaya gua, Ri. Lagian kalau gua gak bunuh Kak Ian sekarang, dia pasti bisa bikin Kuro percaya. Dia Appricate seer." Hiro menjawab sambil menyeringai.

"Ngga Hiro, aku gak sebodoh itu," Kuro entah sejak kapan sudah berada di depan mereka bertiga, berdua maksudnya, mengingat baru saja ada mayat baru.

Kuro mengeluarkan pistolnya menodongkan ke kepalanya sendiri. Mereka berdua yang melihatnya kaget, dia ngapain.

"Aku gak akan bisa bunuh kamu dengan tanganku sendiri, tapi seengganya aku bisa bunuh diriku sendiri dan kamu akan mati dengan sendirinya juga. Couple bakal mati kalau salah satu pasangannya mati, Hir," Kuro menjelaskan dengan air matanya yang terus turun dengan derasnya.

Ia menarik pelatuk pistol itu, di saat yang bersamaan Hiro panik, tanpa disadar ia terus menggaruk bagian dadanya. Dia lupa, dia masih dalam bentuk setengah werewolf. Kuku panjangnya itu menembus badannya yang telah dalam keadaan manusia. Kuku werewolf mudah saja menembus bagian dalam manusia. Darah bercucuran dengan sangat derasnya membuat Hiro semakin panik dan terus menggaruk badannya. Bodoh memang. Sayangnya tubuhnya tidak bergerak atas keinginannya.

"Jadi aku menang nih?" Riri bermonolog. Tetapi mulutnya megeluarkan busa yang semakin lama semakin banyak. Sudah 4 jam setelah mereka bermain permainan yang tidak masuk akal ini.

Dan dia teringat 4 jam sebelumnya, ketika mereka semua telah menyelesaikan makan malam, Riri menimum obatnya dengan dosis yang tidak seharusnya, terlalu banyak.
Di saat itu juga dia menjatuhkan dirinya ke tanah. Overdosed.

"Anjir drama banget sialan."

Udah, abis.

------------

edisi cumi kangen nuduh nuduh orang pas main ww, truss kepikiran kalo gamenya idup gimana, ehh gasengaja ketemu cerita yang mirip sama apa yang gua pikirin. hm keren.

EBTWW, sok banget gue nulisnya pesan sambat wkwkw. Biar apa? Biar clickbait. Ngga kok, bukan pesan sambat. Cuma short letter dari aku.

Jadi semuanya, apa kabar? Hehe.
Sumpah yaa, ini tuh udah tahun ke berapa coba kita semua pisahh wkwk. its kinda awkward tbh...

Sebenernya dibanding harus nulis surat gini, aku sendiri lebih milih buat ngomong langsung dehh, emang anaknya demen ngomong :(

Tapi beneran, kalau emang ngomong langsung bisa bikin aku ketemu sama kalian semua, aku pilih ngomong langsung, for sure.


aku tau kalian pasti banyak kesel dari tingkah bodoh aku dan aku juga tau kalau kalian pernah berbuat kebohongan ke aku. bukan, aku gamau anggap itu sebagai hal yang impas. poin disini kita emang sering berbuat salah satu sama lain, tapi kita masih bisa berdiri menatap satu sama lain. me salute.

aku mau ngasih tau ke kalian tentang pendapatku aja ya, kalian bisa agree or not. kalau ada awal, pasti akan ada akhirnya. apa yang kita mulai pasti akan ada ujungnya entah itu baik ataupun buruk, tetapi selama perjalanan menuju akhir pasti akan ada hal baik dan buruknya. dan lagi, kita nggada yang tau kapan itu akhir. bisa jadi di saat kalian pikir ini udah akhirnya, ternyata skenario takdir lebih mencengangkan. ini dariku untuk geode.

dan dariku untuk kalian, aku harap kalian semua selalu bahagia. aku mau sharing lagu buat kalian, itu yang ada di mulmed. sharing ajasih hehe. soalnya kalau aku denger lagu ini, entah mengapa aku gatau seneng atau sedih, kadang aku butuh orang yang bisa ngomong gitu ke aku, jadi aku ngerasa relate ajasih. oiya judulnya itu pelukku untuk pelikmu, bung fibe yang nyanyi, kalau kalian tau film imperfect, ini salah satu ostnya. aku harap lagu ini bisa masuk ke playlist healing kalian!

udah ya segini aja. biar sopan aku mau bilang dulu, aku pamit ya gais! terimakasih dan maaf untuk semuanya. bahagia terus ya dan jangan lupa bersyukur.

.anj paling panjang ini

katsumi_rei

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top