Bab 9 Ingatan.
Pagi ini terlihat cerah, sinar matahari memasuki ruang office dari sela-sela jendela. Namun, suasana pagi ini tak secerah suasana hati Arum yang tiba-tiba saja datang membanting pintu. Wajahnya sangat merah dan dia terlihat sangat kesal.
"Mbak? Kenapa toh, pagi- pagi udah marah-marah aja?" tanya Naila yang melihat wajah Arum bak mendung tuju lapis yang terlihat jelas di wajah Arum.
"Lu kesel ngga sih, Nai. Lu tau sesusah apa kita jenblosin tu suami Bu Imah ke penjara. Dan lu tau, Bu Imah kemaren minta pak RT buat bebasin suaminya itu. Kesel sumpah gue!" ocehnya dengan wajah yang masih terlihat terbakar.
"Sabar, Mbak Rum. Sabar." Naila menyodorkan segelas air putih ke pada Arum yang masih mengomel. Dengan kesal Arum langsung menengak air itu sampai habis.
"Bete banget gue sumpah, gue mau keluar sebentar. Nanti kalau ada yang nyariin gue bilang aja gue ngga masuk. Mau nyari ketenangan Jiwa gue." Arum langsung pergi meninggal kan Naila.
Kenapa Bu Imah harus meminta bahkan sampai memohon- mohon pada pak RT untuk membebaskan suaminya itu? Padahal jelas sekali suaminya itu sudah menyakiti dirinya. Suaminya itu psyaco gila yang tega mengiksa istrinya. Arum sampai tidak habis pikir, saat Arum tahu alasan Bu Imah karena dia sangat mencintai suaminya hingga tidak tega melihatnya di penjara. Demi keluarga dan anak-anaknya dia memaafkan perbuatan suaminya itu.
Bodoh bukan?
Arum berjalan menyusuri jalan sembari mengoceh tak jelas. Tanpa dia sadari, seorang pria tersenyum tanpa henti sembari menuntun sepeda motornya tepat di belakang Arum. Dia mengikuti Arum sembari memperhatikan wanita dengan jaket Jeans dan jilbab hitamnya, yang tengah mengoceh tak jelas. Sesekali pria itu menyingkap rambutnya ke belakang, tersenyum sembari mengikuti arah langkah kaki Arum.
Arum adalah tipe wanita yang lucu dan unik menurut Bima. Bagaimana bisa setiap tingkah random Arum selalu membuatnya tertawa. Sejak di persimpangan jalan, dia tak sengaja melihat Arum yang berjalan sendiri. Dia berpikir, mengapa ada seorang wanita mengoceh tidak jelas sepanjang jalan. Dengan santainya Bima mematiakan kendaraan bermotornya dan mendekati Arum perlahan. Namun Arum sama sekali tak menyadarinya.
Bima menyandarkan motornya di pinggir jalan, saat dia melihat sebuah mobil melaju kencang menuju Arum yang tengah menyebrang di area zebra cross. Dengan cepat Dia menarik lengan Arum, membuat Arum berbalik dan tepat jatuh di pelukan Bima. Tangan kekar dan badan tegap itu sangat sigap melindungi tubuh mungil dan pendek itu. Matanya menatap tajam sebuah mobil yang melaju tanpa rasa bersalah menerobos lampu merah. Pengendara sekarang sering kali melangar lalu lintas. Apa mereka tidak sadar bahayanya?
Arum terdiam, di pelukan Bima. begitu nyaman di sini, Tubuhnya hangat dan harum, sesaat membuat Arum terhipnotis hingga tak sadar dia masih berada di dekapan Bima.
"Arum ngga apa- apa kan?" tanya Bima yang membuat Arum tersadar dari lamunannya. Dia segera mendorong tubuh Bima menjauh darinya.
"Mas ngagetin aja sih, untung ngga jantungan Arumnya." Arum memalingkan wajahnya yang terlihat merah itu. Bukan karena marahnya tadi melainkan karena Pelukam Bima yang membuat Arum salah tingkah.
"Ya, lagian Arum ngoceh ngga jelas sendirian. Kalau mau nyebrang juga itu lihat kiri kanan," ucap Bima yang membuat wajah Arum yang tadinya bersemu berubah kesal.
Arum menarik nafas kesal, tiba-tiba saja moodnya berubah derastis. Dia melirik tajam Bima, seakan ingin memakan Bima saat itu juga.
Bima mendekat, dan menundukkan kepalanya tepat di depan wajah Arum.
"Ternyata benar, kata Chandra. Arum nyeremin kalau lagi marah." Bima tersenyum menunjukan jejeran gigi putih yang terlihat sangat manis. Senyumnya sama dengan senyum Candra. Candu membuat siapa saja pasti terngiang-ngiang dengan senyum manis itu.
Bima melangkah mundur berpaling dan berjalan menuju sepeda motornya yang tengah ia parkir di bawah trotoar jalan.
Arum masih terdiam, karena senyum yang sengaja Bima berikan pada wanita yang sedari tadi memasang wajah kesal. Namun, Dering ponsel Arum bergetar membuatnya tersadar dan membuka sebuah pesan. Wajahnya tiba-tiba saja berubah dan terkejut mendapati sebuah pesan dari Lisa.
"MAS BIMA!" teriak Arum dan langsung berlari menuju ke arah Bima yang tengah ingin menaiki sepeda motornya.
"Pinjem motornya sebentar," ucap Arum yang langsung merebut sepeda motor Bima tanpa menunggu jawaban Bima dia langsung mengendarai dan meninggalkan Bima sendirian. Arum mengendarai motor Bima, dengan kecepatan seperti begal motor yang tengah kabur.
Bima terdiam terpaku seribu bahasa melihat seorang wanita yang tengah membegal motor miliknya. Dia sangat bingung mengapa ada wanita seanarkis Arum dan anehnya dia hanya diam saja melihat motornya di rampok.
Kini hanya dia sendiri dengan helm di kepala di tengah jalan tanpa siapapun. Bima menoleh ke kanan dan ke kiri, sembari memikirkan bagaimana caranya dia pulang tanpa motor kesayangannya itu.
Di sisi lain, Arum yang mengendarai motor membabi buta menerobos lampu merah menyalip mobil, melewati trotolan jalan dan mengebut bak Valentina Rossi.
Di sisi lain, Lisa terduduk diam di toilet. Dia memeluk kakinya, tubuhnya gemetar keringat dingin terus mengalir di keningnya dia menggigit kukunya karena panik.
Dia begitu terkejut saat dia datang ke kampus, seluruh foto bugil Lisa terpampang di Mading. Bagaimana bisa? Setahu dia teman-temanya dulu sudah berjanji akan menghapus foto-foto itu dan tak akan mengganggu Lisa lagi . Seluruh orang menatap jijik Lisa, mereka menggunjing tanpa henti membuat Lisa begitu takut dan bersembunyi di toilet.
Dia mengirim pesan singat di aplikasi WhatsApp ke pada Arum. Kini tak ada yang bisa dia lakukan selain berharap Arum segera datang. Bagaimana jika pihak kampus menghubungi keluarganya? Bagaimana jika beasiswa dia di cabut? Bagaimana jika impian dia hilang dalam sekejap mata hanya karena beberapa foto yang membuatnya begitu takut. Kini dia hanya benar-benar berharap Arum bisa membantunya.
Arum memarkirkan motor Bima di depan kampus Lisa dan segera berlari mencari Lisa. Langkah berhenti saat dia melihat beberapa mahasiswa tengah berkerumun di Mading. Saling menggunjing dan saling berbisik, membicarakan beberapa foto yang terpampang jelas menunjukan seorang wanita tanpa busana.
Dengan geram Arum menerobos kerumunan orang-orang itu dan segera mencopoti foto-foto itu. Tanpa sepatah kata pun dia segera pergi meninggalkan orang-orang itu.
Dia menelusuri setiap sudut kampus dan sembari sesekali menghubungi Lisa, namun ponsel Lisa lagi-lagi tidak aktif membuat Arum semakin khawatir.
Saat Arum memasuki toilet wanita dia mendengar suara orang menangis. Dan benar saja saat dia membuka salah bilik toilet dia menjumpai Lisa yang tengah terduduk lemas. Melihat Arum, Lisa langsung memeluk Arum dan menangis sejadi-jadinya.
Arum segera mengkabari mbak Siti dan Naila yang tak selang beberapa lama sampai di kampus. Mereka langsung menuju ke ruang Rektor.
"Bapak tahu itu apa?" tanya Siti yang menatap tajam pak Rudi rektor kampus tempat Lisa.
Siti sudah tahu, ini pasti perbuatan salah satu dosen yang tengah menyukai Lisa. Dosen mesum itu sudah berkali-kali di peringati Siti mengenai Lisa. Sudah berkali-kali pula Dosen itu memperlakukan dan melecehkan Lisa karena masa lalu Lisa. Dosen itu menganggap bahwa Lisa adalah wanita murahan karena pernah hamil di luar nikah.
"Kali ini, saya tidak akan tinggal diam. Bapak dan dosen bapak, kita akan bertemu di pengadilan," ucap Siti yang membuat pak Rudi terkejut dia tidak berpikir Siti akan senekat itu.
Pria dengan kaca mata tebal itu langsung memohon pada Siti untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluragaan. Namun, Siti tidak akan tinggal diam lagi. Ini sudah sangat keterlaluan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top