Bab 78 Tertidur.

"Di mana Arum?"

"Tu," ucap Fia sembari menunjuk Arum yang tengah tertidur pulas di Sofa.

Satria kemudia mendekati Arum dan menyelimutinya dengan selimut. Dia sengaja membiarkan Arum tertidur sampai dia bangun sendiri.

Terlihat wajah Arum sangat lelah dan Leti, membuat Satria tak tega membangunkannya.

Tak beberapa lama, Arum terkejut dan bangkit saat menyadari dia tertidur.

"Lu udah bangun?" tanya Satria yang duduk di kursi sembari menatap Arum.

"Sat? Gue di mana?" ucap Arum sembari menoleh ke kanan dan kekriri.

"Amnesia lu abis ketiduran?"

Arum menepuk jidatnya, mengingat dia pergi ke tempat ini untuk mencari Satria.

"Kalo udah bangun, sekarang ayo kita pulang, udah jam dua." Satria menunjukan arlojinya yang menunjukan pukul 2 malam.

"Ada yang harus gue omongin ke lu,"ucap Arum.

"Hal penting apa yang mau lu omongin sampe lu nyari gue ke tempat kaya gini?"

"Ini masalah Putri."

Satria mengeryitkan dahinya, jika masalah perceraian putri untuk apa Arum sampai ke tempat ini hanya untuk mencarinya.

"Kan bisa di omongin di rumah aja, ngga harus lu ke tempat kaya gini."

"Lu udah 2 hari ngga pulang, di chat ngga di buka, di telfon ngga aktif. Lu tau gue khawatir sama lu?"

"Khawatir? Sejak kapan? Bukanya lu selalu ngga peduli sama gue ya? Lagian cuma masalah Putri doang kan."

"Apa bener putri sama suaminya mau cerai? Bukanya mereka baru nikah beberapa bulan ya?" tanya Arum, pada Satria. Dia sebenarnya malas membahas masalah ini.

"Mana gue tau, itu urusan rumah tangga dia. Dia udah gede dia harusnya tau mana yang bener mana yang salah."

"Ini." Arum memberikan ponselnya pada Satria.

Sebuah pesan yang membuat Satria terkejut sampai membulatkan matanya.

"Ngapain dia WA lu kaya gini?" tanya Satria yang masih terkejut dengan beberapa pesan yang ada di ponsel Arum.

"Itu bukan yang pertama, semenjak pertemuan keluarga kita dengan suami putri dulu, dia mulai Chat gue. Nanyain kabar, dan ngajak kenalan, dan gue selalu mengabaikan itu. Jangan kan bales, buka Chat dari dia aja gue ogah. Gue sempet blokir nomer suami putri tapi dia chat gue dengan nomer lain. Dan itu ganggu banget."

Satria tidak habis pikir, suami Putri yang di banggakan bapak dan ibunya serendah ini. Di balik wajah polos itu ternyata suami adiknya itu adalah pria berengsek. Yang membuat Satria semakin marah adalah dia berani-bersninya mengoda dan merayu Arum yang Notobene saudara tiri putri.

Awalnya Satria sudah mengira perilaku adik iparnya memang aneh. Cara dia menatap Arum seperti obsesi yang ingin di dapatkan. Semakin Arum menolaknya semaki adik iparnya akan terobsesi pada Arum. Dia sempat mencari tahu jika suami adiknya itu memiliki kelainan mental di mana dia akan terobsesi pada sesuatu jika sesuatu itu terus saja menolak dan menjauhinya.

Pertemuan keluarga itu, dan keteratrikan adik iparnya pada Arum membuat Satria sangat khawatir pada Arum dan adiknya. Dia sudah berusaha memberi tahu adiknya namun, adiknya malah semakin membenci Arum. Dan mengancam jika Arum berani mendekati suaminya Arum yang akan celaka.

Dia juga tidak ingin Arum terluka dan di fitnah seperti itu. Karena itu dia sempat mengancam adik iparnya dan itu berhasil. Namun, tak dia sangka ternyata selama ini dia bermain secara sembunyi-sembunyi mendekati Arum.

Untung saja Arum memberi tahu dia kini, jika tidak Satria yakin Arum akan dalam bahaya. Dia sangat tahu adiknya selalu berpikir ceroboh tanpa memikirkan akibatnya.

Tidak tahu siapa yang harusnya salah bagi dia Arum tetap yang salah dan yang dia benci. Karena kecemburuan pada Arum, itulah yang membuat Putri sangat membenci Arum.

"Sat? Suami putri bukanlah pria baik-baik. Walau lu sama adek lu sering bertengkar gue tau lu sayang banget sama dia kan. Setidaknya lu harus lindungi dia dari orang kaya gitu."

"Jadi mau gue apakan orang ini?" tanya Satria pada Arum.

"Gue udah tau, orang kaya apa suami putri ini. Jadi?"

Satria langsung berdiri dan melangkah pergi tanpa berkata apapun. Dan langsung menggandeng tangan Arum.

"Sat? mau kemana?" tanya Arum sembari menahan tangan Satria.

"Pulang, udah malem," ucap Satria tanpa menghentikan langkahnya.

"Ta-tapi putri?"

"Bisa ngga sih lu, sekali aja dengerin gue?"

Arum hanya diam saat Satria memasang wajah yang benar-benar serius. Kini dia hanya bisa pasrah mengikuti arah langkah Satria. Mereka mewati orang-orang yang tengah mabuk dan berjoged mengikuti dentuman musik.

Sampai di parkiran Satria segera memberikan helm pada Arum dan langsung mengantarnya pulang.

****


"Arum!"

"Mas Rian?"

Seorang pria berlari mendekati Arum, segera mungkin Arum mencoba untuk menghiraukannya dan pura-pura tidak mendengar.

"Hey!" Pria itu menarik tangan Arum saat Arum ingin menyebarang.

Arum segera melepaskan tanganya dan pura-pura terkejut melihat pria itu.

"Eh, Mas Rian? Putri mana kok ngga bareng putri?"

"Saya sama putri udah pisah tempat tinggal beberapa Minggu yang lalu. Kamu belum denger kah? Kalau saya sama putri mau cerai," ucapnya sembari terus tersenyum pada Arum.

"Saya belum tahu tu, Mas. Oh iya saya duluan ya, ada janji."

"Mo kemana? Saya antar ya?"

"Oh, ngga usah makasih."

"Rum, saya antar saja," paksa Rian sembari menarik tangan Arum.

"Maaf, sekali lagi, Mas. Tidak usah." Arum kembali menarik tanganya namun Rian semakin kencang menggenggam tangan Arum.

"Kamu kenapa ngga pernah angkat telepon saya? Ngga pernah juga balas chat saya?" tanyanya dengan nada yang sangat kesal pada Arum.

Rian adalah suami putri namun dia selalu saja menganggu Arum. Saat Rian menikahi Putri dia pertama kali bertemu Rian di pelaminan bersama putri. Namun gelagatnya sangat mengganggu Arum.

Dia selalu sok merasa dekat pada Arum, dan saat pertemuan makan malam bersama keluarga. Dia selaku memperhatikan dengan tatatap yang aneh.

Dia juga dengan terang-terangan an pernah memuji Arum jika Arum terlihat sangat cantik saat seluruh orang tidak ada dia juga selalu menggoda Arum.

Dia pikir dengan kelakuanya seperti itu akan membuat Arum tertarik kepadanya justru Arum merasa jijik padanya. Dia juga sering menghubungi Arum namun, tidak pernah Arum pedulikan sampai-sampai Arum terpaksa memblokir Rian di ponselnya. Namun bukanya kapok, Rian justru semakin menganggu dia dengan mengunakan nomer ponsel lainya.

Ingin sekali Arum mengatakan ke pada putri kelakuan suaminya namun tentu saja Arum tidak tega. Yang ada Arum yang di kata mengoda suaminya.

Cih, melihat wajahnya saja sudah ingin muntah Arum di buatnya. Pria yang selalu saja sok tebar pesona itu terlihat sangat baik dan sopan. Tapi aslinya dia adalah buaya berekor domba.

Lihat saja Arum sudah mencoba menghindar sejauh mungkin tetap saja dia terus mengejar Arum. Seakan dia sangat terobsesi pada Arum.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top