Bab 74 bioskop
"Dari mana lu? Semaleman ngga pulang?" Satria bangkit dari kursi dan menyilangkan kedua tanganya.
"Bukan urusan lu, ibu mana?"
"Ke pasar. Lu berantem sama bapak semalem?"
"Buka urusan lu," ucap Arum menuju kamarnya.
Satria mengikuti Arum menuju kamarnya.
"Mau kemana lagi lu?"
"Mau kerja lah Sat. Kalo gue ngga kerja siapa yang mau nafkahin gue."
"Gue anter."
"Ngga usah. Gue naek ojek."
"Gue ngga nanya, jadi gue ngga butuh jawaban lu mau apa ngga." Satria mengambil helmnya dan mengambil motornya menunggu Arum di depan rumah.
Arum hanya bisa menghela nafas, dan terpaksa menaiki motor Satria.
"Nanti gue jemput lu, jadi ngga usah suruh Bima itu jemput lu lagi."
"Kenapa?"
"Ngga usah banyak tanya."
Tak beberapa lama Arum sampai di pabrik. Memberikan helmnya ke pada Satria dan melangkah memasuki pabrik.
"Inget. Nanti gue jemput!" seru Satria sembari berteriak.
Arum menoleh dan tak mempedulikannya dia kembali melangkah memasuki pabrik.
"Loh? Kalian udah balik?" Arum melihat Lisa dan Naila yang sudah duduk di meja kerja.
"Cape Kak, Rum. Si Lisa ngajak ke Jepang bareng bocilnya. Di sana bukan liburan malah momong anaknya Lisa."
Lisa hanya tertawa keras saat mengingat betapa Naila benar-benar menjaga anaknya.
"Ngga usah ketawa, lu Lis."
"Maap, Kak Nai tapi aku lupa ngasih tau kak Nai aku bawa anak aku."
"Oh iya, Lis. Gmana keadaan mu sekarang?"
"Kata dokter aku udah hampir sembuh kak, berkat kehadiran anak aku traumaku semakin bisa aku kendalikan," ucap Lisa sembari tersenyum lebar.
Dia benar-benar merasa lega semakin hari keadaanya semakin baik. Walau di masih belum menerima Galang tapi dengan kehadiran putrinya dia semakin bisa menghadapi dunia.
"Syukurlah, Mbak seneng kamu semakin hari semakin baik, Lis. Terus kamu gimana sama Rangga Nai?"
"Berkat saran Mas Bima, Rangga udah bisa menghadapi tu cewe dakjal kak. Sekarang bahkan tu cewe dakjal ngga berani lagi deketin Rangga."
Arum tersenyum, keadaan semakin baik. Dia benar-benar sangat bersyukur.
"Mbak Rum jadi penasaran bagaimana hubungan Mbak Siti dan Azis? Jadi ngga ya mereka kawin lari?" Arum, Naila dan Lisa tertawa kencang.
"Hahahaha, bener Kak, Nai juga penasaran sama mereka."
"Seru banget nih gibahin Mbak Siti. Tapi lucu juga ya, kalo mereka beneran kawin lari."
"Mulai kalian gibahin gue?" Siti datang dan ikut bergabung dengan mereka.
"Yang di gibahin datang guys," ucap Naila sembari tertawa melihat Siti yang tiba-tiba saja datang.
"Gue sama Aziz lagi berusaha buat luluhin hati Mami dan juga masalah sama tu cowo kemarin masih belum ada kelanjutannya."
"Nah kan, kawin larinya di pending dulu, ya Mbak hahaha." Lisa tertawa kencang yang di susul dengan tawa Arum dan Naila juga Siti.
"Gue sekarang yang penasaran hubungan lu sama duda kaya raya itu, gimana Rum?"
"Apa sih, Mbak Siti ini, kenapa tiba-tiba bahas Arum."
"Heh, Kak Rum, ngga usah pura-pura bego deh. Udah Kak, Mas Bima itu udah paling sempurna loh." Naila melirik Arum.
"Kenapa kalian yang malah ngebet sih?"
"Kak Rum, kita udah kenal lama. Kita tau banget loh tipe Mbak Rum speknya kek Mas Bima. Duda ganteng kaya raya anak satu," ucap Lisa menyindir Arum.
"Anjir anak setan!"
"Rum, nanti kalo kamu duluan ceritain ya, gmana malam pertama sama duda."
"Mbak Siti! Astagfirullah. Otak kalian itu ya! Istigfar Allah hu Akbar!"
Mereka semua tertawa melihat Arum dengan wajah merah.
***
"Lu beneran jemput gue?"
"Ni anak monyet kan gue udah bilang mau jemput lu kata gue boongan?"
"Ya, ngga juga. Tapi tumben banget sih lu mau jemput gue Sat?"
"Bukan tumben mau, tapi lu nya tiap gue mau jemput selalu nolak. Maunya di jemput tu sama si Bima. Nih pake helmnya, buruan naik."
"Loh kita mau kemana, Sat?" Satria menuju jalan yang berlawanan dari arah rumah.
"Gue tau lu jarang pulang jam segini karena masih ada bapak di rumah. Bapak kerja satpam sekarang dan selalu berangkat malam. Makanya lu pulang jam 10 terus biar ngga ketemu sama bapak kan?"
Arum terdiam, dia benar-benar masih sangat kesal dengan bapak tirinya. Dari pada dia dirumah bertemu bapak tirinya dan bertengkar dia akan lebih memilih mengambil jam lembur malam agar tidak bertemu bapak tirinya.
"Terus kita mau kemana?"
"Nonton."
"Nonton apa?"
"Bokep."
"Anjir lu, Sat."
"Nonton bioskop lah, Rum. Lu lagian nanyanya aneh-aneh."
"Ya kan gue nanya, bisa aja kan nonton bola, ato nonton balapan motor. Lu kan hobi tu trek-trekan motor di jalanan kek gembel."
"Si anak monyet. Mana ada bola jam segini, yang main setan? Lagian kalau gue ajak lu nonton balapan motor liar kalo di kejar satpol PP gue tinggal lu mau?"
"Lu tega ninggalin gue di tangkep satpol PP?"
"Tega aja, emang kenapa. Lagian belum pernah kan lu di tangkep satpol PP? Cobain deh Rum lain kali."
"Setan lu, ogah bener gue."
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah Mall. Mereka memasuki mall dan berjalan menuju bioskop.
Suasana sudah sangat sepi karena ini adalah jam terakhir film di putar.
"Sat kita mo nonton apa malem-malem gini?"
"Nonton apa ya, Rum serunya?"
"Mana gue tau, lu yang mau nonton. Mana jam segini udah sepi aja nih Mall."
"Jalangkung bagus, Rum." Satria menunjukan sebuah film yang terpampang di layar.
"Gila lu, Sat. Malem-malem gini mo nonton horor di bioskop?"
"Lah kenapa? Lu kan suka film horor belum pernah kan lu nonton Horor di bioskop melem-malem gini. Seru loh, Rum."
"Ngga mau gue." Arum melangkah.
"Eeee, mau kemana?" Satria menarik tangan Arum.
"Mau pulangggg," ucap Arum sembari memasang wajah melas.
Arum memang sangat suka film horor tapi dia adalah penakut. Nonton siang bolong saja dia tidak akan berani tidur malamnya. Apalagi nonton malam begini, di bioskop yang bahkan mallnya saja sudah sepi.
Kasir penjaga tiketnya saja sudah tidak ada. Mereka harus membeli tiket dengan mesin secara online yang sudah di sediakan di bioskop.
"Sat, gue tau lu benci banget sama gue. Tapi ngga gini caranya Sat."
"Hehehe." Satria tersenyum dengan senyum seringainya. Sembari menenteng Arum menuju ruang bioskop.
Dia sangat senang sekali menjahili Arum, apalagi melihat dia dengan wajah melas seperti ini. Lucu dan mengemaskan. Membuat Satria semakin gila pada gadis ini.
Gadis yang sekarang hanya memasang wajah manyun di bibirnya itu terpaksa mengikuti Satria menuju ruang bioskop. Satria tak henti-hentinya mengenggam tangan gadis itu, dia tak akan melepaskan tangan Arum walau hanya semenit.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top