Bab 63 sendiri.
"Senyum-senyum terus aja lu kek orang gila, mentang-mentang abis di anter pulang," ucap Satria saat melihat Arum pulang dengan wajah yang gembira.
"Sirik aja, lu Sat." Arum memberikan tatapan sinis ke arah Satria.
"Nih, kunci pintu dari dalam." Satria melemparkan kunci rumah ke arah Arum.
"Emang lu mau kemana?"
"Gue mau pergi paling pulangnya besok atau dua hari lagi." Satria mengambil jaket jeans dan helmnya.
"Emang lu mau pergi kemana?" tanya Arum lagi.
"Kok sekarang lu yang jadi suka kepo sama gue?"
"Bukan gitu, lu kan tau ibu, bapak sama Raka lagi pulang kampung. Lu tega ninggalin gue sendiri di rumah? Lu kan tau gue ngga bisa tidur kalo di rumah sendirian, Sat," ucap Arum dengan wajah melasnya.
"Yaelah, kek anak kecil lu. Pergi kemana-mana sendiri berani. Tapi di rumah sendiri ngga berani."
"Gue berani, tapi kalau tidur gue takut kalo di rumah sendirian." Arum duduk sembari meletakan kepalanya di atas meja dan menatap Satria dengan mata yang sayup.
"Terus menurut lu gue mau nemenin lu di rumah? Ngga ya. Gue sibuk. harus kerja."
Arum menghela nafas, dan memanyunkan bibirnya. Dia benar-benar tidak bisa tidur jika tidak ada orang di rumah. Rasanya seperti tidak tenang dan merasa tida aman. Dia juga sebenernya sedikit takut dengan kegelapan.
Mau bagaimana lagi, Satria tidak akan mau di rumah menemani Arum. Dia sangat suka pergi ke club untuk bekerja dari pada di rumah menemani Arum.
Entah kapan ibunya pulang. Dia benar-benar takut sendirian di rumah.
"Yaudah. Sini kuncinya." Arum mengambil kunci dan masuk ke kamar dengan lemas."
Kini Satria yang menghela nafas, dia sebenarnya tidak tega jika harus meninggalkan Arum di rumah sendirian apalagi saat malam hari. Dari dulu Arum sangat takut jika tidur tidak ada siapapun di rumahnya.
Tapi ada pekerjaan dan ada sesuatu yang harus dia lakukan.
Satria melangkah keluar saat dia sudah melihat Arum berjalan masuk ke kamar.
"Bang Sat!" Seorang remaja yang baru pulang dari masjid menghampiri Satria yang baru saja ingin melajukan kendaraanya.
"Eh, Samsul! Lu bisa ngga? Ngga usah manggil gue kek gitu, Njir. Lu kek malah ngatain gue bangsat bukanya manggil nama gue." Satria melepas helmnya.
"Sorry-sorry Bang, ahaha abis kan nama lu aja yang nyambung."
"Gue cabut ubun-ubun lu juga nih!" ujar Satria kesal.
"Btw lu mau kemana Bang?"
"Mau pergilah Samsul. Ngapain juga lu nanya-nanya kek cewe aja lu."
"Hehehe, kan nanya doang bang, Oh iya bang orang - orang yang sering lewat rumah lu beberapa hari ini temen lu ya bang?" tanya Samsul salah satu tetangga Satria.
Dia sangat penasaran dengan beberapa orang yang akhir-akhir ini sering wara Wiri melewati rumah Arum. Pasalnya orang-orang itu berpenampilan aneh bak gang motor dan preman. Mereka juga sesekali mengawasi rumah Arum.
"Orang-orang? Sape? Orang-orangan sawah?"
"Ye Bang Sat ini malah bercanda. Samsul serius bang. Orang-orang itu soalnya lewat sini pas tengah malem terus. Bang Sat kan tau kalo Samsul suka keluar tengah melem buat ke masjid sekalian nyolong mangga depan rumah pak RT."
"Lu serius Sul?" tanya Satria yang mulai penasaran dengan ucapan Samsul.
"Tiga sampai empat orang pake motor gede, banyak tato terus juga mukanya serem-serem. Awalnya Samsul kira mereka cuma lewat tapi kadang mereka berhenti sebentar di depan rumah Mbak Arum sambil clingak-clinguk."
Satria mulai merasakan hal yang tidak beres. Pasalnya walau Satria memiliki teman yang berpenampilan seperti preman tapi mereka tidak mungkin datang ke sini dengan tingkah aneh seperti itu.
"Bang? Bang Sat!?"
"Anjir ini bocah! Di bilang Jangan panggil gue kek gitu."
"Abis lu malah bengong kesambet hantu janda baru tau rasa lu bang. Udah ah, Samsul mau pulang hari ini Samsul mau tidur ngga mau ke masjid. Soalnya malam Jum'at Kliwon. Tempatnya setan pada keluar. Ih serem. Dah ya bang Samsul pulang dulu."
"Yo, hati-hati Sul." Satria memandang Samsul yang pergi kemudian menoleh ke arah rumah.
Kini hatinya semakin tidak tenang jika harus meninggalkan Arum sendiri di rumah. Mereka pasti orang jahat yang mencari kesempatan. Tapi mengapa mereka mengincar rumah Arum? Atau malah mereka mengincar Satria?
Semakin Satria berfikir semakin hatinya tak tenang dan risau. Akhirnya dia turun dari motornya dan melangkah kembali ke rumah.
"Lah? Kagak jadi pergi lu Sat?" tanya Arum yang melihat Satria kembali masuk ke dalam rumah.
"Berisik lu anak monyet. Motor gue mogok, mau gue benerin besok. Jadi kemungkinan gue perginya besok."
"Jadi lu ngga jadi pergi?" Arum mengembangkan senyumnya dengan lebar menampilkan dua lesung Pipit di wajahnya. Matanya berbinar-binar seakan merasa sangat senang.
"Jadi, tapi besok. Kenapa muka lu kek gitu? Mirip monyet sawah lu." Satria melemparkan jaketnya yang mendarat sempurna di wajah Arum.
Satria melangkah ke kamarnya dan berbaring di kasurnya.
"Sat?"
"Apa lagi? Mau tidur bareng gue lu?
"Idih, ogah banget gue. Dari pada lu di kamar ngga ada kegiatan, kita nonton yuk di rumah pake mini proyektor." Arum melangkah masuk ke kamar Satria membawa laptop dan alat proyektor.
"Mau nonton apa? Bokep?" ucap Satria sembari menyengir ke arah Arum.
"Otak lu tu bokep! Nonton film horor anjir. Keknya otak lu harus di cuci pake sikat WC biar bersih," ucap Arum yang terlihat kesal.
"Gaya lu, mau nonton film horor. Lu kan parnoan. Awas aja abis nonton film horor ngga bisa tidur terus takut mau pergi ke WC."
"Nggalah anjir, ini film seru banget itu loh pengabdi setan 2. Gue mau nonton tapi ngga sempet-sempet."
"Yaudah sini pasang, tapi janji lu ya, Jangan teriak-teriak."
Arum tersenyum dan memasang alat proyektornya. Kemudia memulai filmnya. Dia juga sudah mempersiapkan selimut dan juga bantal yang bergambar wajah Lee Taeyong NCT idol K-Pop ke sukaannya.
Dia duduk di samping Satria yang masih rebahan di kasurnya.
Film di mulai, yang membuat penonton mulai merinding dengan openingnya. Scene demi scene adegan film yang menegangkan membuat Arum ketakutan dan sesekali berteriak. Di sisi lain Satria yang tidak takut Sama sekali hanya bisa pasrah saat Arum mulai berteriak-teriak karena Jump scare film yang mengejutkan. Setelah beberapa lama film pun selesai.
"Udah? Gitu doang?" ucap Satria yang langsung menarik bantalnya yang kini sudah berada di tangan Arum.
"Serem banget gitu loh, Sat. Mentang-mentang lu temennya setan ngga ada takutnya lu ya?"
"Udah kelar kan filmnya? Yaudah keluar gue mau tidur."
"Is." Arum membawa laptop dan alat proyektornya ke luar kamar Satria.
"Eh anak monyet! Nih bawa pujaan hati lu!" Satria melemparkan bantal Arum tepat ke wajah Arum.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top