Bab 54 Masak
"Tanteeee," teriak Chandra saat melihat seorang wanita yang tengah berjalan menuju kerahnya.
Sudah sangat lama Arum tidak menemui Chandra. Dan kebetulan sekali dia melewati rumah Bima, mengapa dia tidak mampir sekalian toh ini hari libur pasti Bima dan chandra ada di rumah.
"Chandraaa."Arum berlari dan langsung memeluk Chandran. Dia benar-benar sangat merindukan anak kecil ini. Rasanya sehari tidak bermain dan melihat Chandra seakan ada yang kurang dalam harinya.
"Tante kangen banget sama Chan." Arum kembali memeluk gemas Chandra.
"Tante udah sehat? Chan pengen jenguk Tante. Tapi kata papa ngga boleh nanti aja kalo Tante udah sembuh katanya begitu."
"Iya anak kecil ngga boleh deket-deket sama orang yang sakit nanti jadi tertular."
Chandra tersenyum dan kembali memeluk Arum. Anak itu terlihat sangat merindukan Arum.
"Papa mana? Kok kamu main sendiri?"
"Papa di halaman belakang lagi nyuci mobil."
Arum menggendong Chandra dan melangkah menuju ke halaman belakang.
Tak selang beberapa lama dia sampai di halaman belakang rumah Bima.
Matanya membulat sempurna dan dia tiba-tiba saja terdiam seribu bahasa, saat dia melihat sosok pria dengan bertenjang dada tanpa baju tengah mencuci sebuah mobil.
Rambutnya yang basah sesekali di singkap ke belakang. Air mengalir membasahi tubuhnya yang terlihat jelas. Perut sixpack dan lengan besar membuat Arum benar-benar menikmati pemandangan yang luar biasa. Di lihat dosa tak di lihat sayang. Mungkin itu yang ada di pikiran Arum. Karena matanya tak berkedip sedikitpun melihat keeksotisanan Bima.
"Tan? Tante?"
Suara Chandra membuat Arum tersadar dari lamunannya dan langsung membalikan badan.
"Astagfirullah, apa itu barusan," gumamnya.
"Berdosa banget kamu mata, Allah hu Akbar. Ya Allah maafin mata Arum." Arum terus mengoceh tak jelas.
"Arum?" ucap Bima yang melihat gadis itu tengah membelakanginya sembari menggendong Chandra.
"Jangan ke sini!" Teriak Arum dia mengambil handuk yang tergeletak di kursi dengan posisi masih membelakangi Bima dia menyodorkan kan handuk itu ke arah belakang sembari menutup matanya.
Bima tersenyum dan langsung mengambil handuk itu menutupi tubuh nya yang hanya mengenakan celana tanpa baju.
"Makanya kalau masuk kandang singa jangan sembarangan," ucap Bima yang menyeringai melihat tingkah lucu Arum.
"Udah belum?"
"Kamu tu aneh ya Rum. Orang di sini itu udah biasa nyuci mobil, bajunya di lepas. Sekalian main basah-basahan biar ngga panas."
"Ya itu di sini, kan ngga ada perempuan. Bebas. Mas Bima mau sempakan doang juga ngga masalah."
Chandra terkekeh geli melihat tingkah lucu Arum.
"Papa seksi kan, Tente. Tadi aja Tante liatnya lama banget."
"Hus." Arum segera membawa Chandra pergi. Sebelum anak kecil ini membuka aib dirinya. Bima yang melihat kelakuan Arum hanya bisa menggeleng dan tertawa.
Arum membawa Chandra ke meja makan dan meletakan Chandra ke kursi.
"Tante mau minum dulu, tiba- tiba jadi panas." Arum segera mengambil Air minum di dalam kulkas dan menenggaknya seperti tengah ke kehausan.
Tiba-tiba saja Bima datang membuat Arum menyemburkan air minumnya dan tersedak.
"Mas, kamu gila ya, kalo Arum mati keselek gimana?"
"Lah Arum ngga hati-hati minumnya ngga pake nafas."
"Yang aneh, Mas ngapain tiba-tiba muncul kan Arum jadi kaget. Udah sana masuk kamar mandi terus pakai bajunya. Seneng banget sih pamer perut sama dada."
"Ya kan kesukaan Arum, juga. Liat oppa-oppa Korea pamer perut sama dada."
"Is!"
Bima langsung berlari masuk kamar saat melihat wajah Arum yang terlihat kesal.
"Mau ikutan ngga, Rum," teriak Bima dari dalam kamar.
"Lama-lama Arum bunuh juga kamu, Mas."
Arum yang terlihat dengan wajah kesalnya kembali meminum air yang ada di tanganya.
"Tante?"
"Hmmm? Kenapa Chan?" Arum meletakan gelasnya dan mendekati Chandra.
"Tante jadi mama Chandra ya? Terus bikinin adek biar Chandra punya temen."
"Chan pengen Tante jadi mama Chan?"
"Heem," Angguk anak kecil itu dengan tatapan polosnya.
"Suatu saat, kalau Tante dan papa berjodoh pasti Tante bakal jadi mama Chandra." Arum duduk dan mengelus lembut rambut Chandra.
"Harusnya sih berjodoh," ucap Bima yang tiba-tiba saja muncul membuat Arum terkejut dan hampir terjatuh di kursi.
Namun, dengan sigap Bima langsung menggeret lengan Arum yang membuat Arum jatuh tepat di pelukannya.
Kini Bima dan Arum berada di posisi sangat dekat. Wajah mereka saling berhadapan. Di saat itu jantung Bima terasa seperti ingin meledak. Mereka bahkan diam beberapa saat dan setelah sadar Arum langsung menjauh dari Bima.
"Cieee? Buat adek."
"Ngga gitu, Chandra. Kok kamu bisa bilang gitu?"
"Kata temen Chandra papa mamanya pelukan terus tiba-tiba dia punya adek."
Bima dan Arum saling menatap dengan penuh tanya hingga tawa Arum dan Bima pecah mendengar perkataan Chandra.
"Kamu ini ada-ada aja Chandra. Ngga boleh ngomong gitu ya, kasian Tante arumnya nanti nanti malu, liat aja itu mukanya udah merah."
"Dih, siapa juga yang malu," ucap Arum memalingkan wajahnya.
"Oh iya, Rum. Kamu kok tiba-tiba kesini ngga ngasih kabar dulu. Kan Mas bisa jemput."
"Tadi kebetulan lewat, Mas abis nganter kue. Terus liat Chandra main sendiri di depan jadi pengen mampir. Lagian udah lama Arum ngga ketemu Chandra, jadi kangen Arum sama Chandra."
"Oh, kirain kangen sama bapaknya tau-taunya sama anaknya doang."
"Iyalah, ngapain kangen sama Mas Bima, kan udah sering ketemu."
"Chan, kamu kalau mau mama nanti papa cariin. Yang lebih cantik dari Tante Arum."
Arum memanyunkan bibirnya, dan memberi tatapan sinis kearah Bima.
"Ngga mau, Chan maunya sama Tante Arum."
Arum tersenyum sombong, "jangan mau Chan, itu mah emang maunya papa kamu. Cowo sama aja."
"Chan ngga, Chan cowo tapi maunya sama Tante aja."
"He em, emang papa kamu itu jahat. Masa mau misahin Chan sama Tante dengan nyari mama baru yang lain."
Bima terkekeh geli melihat drama yang tengah di mainkan Arum dan Chandra.
"Kalian lama-lama cocok jadi pemain sinetron."
"Yaudah, Yuk Chan kita main ke luar, ngga usah peduliin papa kamu."
"Mau ujan loh ya, di luar. Mending bantuan Mas masak buat makan siang."
"Kan kata Mas masakan Arum ngga enak. Jadi Mas yang masak aja kan mas pinter masak."
"Enak kok, Mas ngga pernah bilang Tu masakan Arum ngga enak. Yaudah Ayuk?"
"Ngapain?"
"Masaklah Arum, masa nikah."
Arum tersenyum dan menyusul Bima ke dapur.
"Chan nonton Tv dulu ya, Tente mau bantuin pak Bos masak."
"Oke siap!" seru Chandra dan langsung berlari menuju sofa untuk menonton TV.
"Emang kita mau masak apa, Mas?"
"Pakai ini." Bima mengambil sebuah celemek dan memakaikannya ke tubuh Arum.
"Mas mau masak, Cumi asin, kangkung sama rendang kesukaan Chandra."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top