Bab 50 panti jompo 2.
Arum turun dari motor Satria saat mereka sampai di sebuah rumah bertulisakan Yayasan panti jompo harapan. Pria cungkring bernama Yono dan pria dengan tindik bernama Ben turun dari mobil truk di susul Reni dengan pria berotot bernama Glen.
Seorang kakek tua dengan tongkat berjalan tertatih-tatih menghampiri Satria.
"Cucu-cucuku!" Tria pria tua itu dan langsung memeluk Satria.
Seorang wanita separuh baya menyusul menghampiri mereka.
"Kalian tumben datangnya siang? Biasanya malam kaya kalelawar," ucap wanita itu.
"Ada yang mau pacaran entar malem, Bu. Makanya dia minta nganter bahan makanan sekarang," celetuk Yono.
Wanita separuh baya itu dan kakek tua itu menatap heran Arum. Mereka merasa heran dengan penampilan Arum yang berbeda dari yang lain.
Gadis ini terlihat sangat cantik dan polos serta senyum yang manis dengan balutan jilbab hitam itu.
Arum langsung mencium tangan ibu dan kakek itu.
"Assalamualaikum," ucap Arum sembari tersenyum ramah.
Sudah kebiasaan bagi Arum, bersikap sangat sopan pada orang tua dan mencium tangan mereka.
"Cantik sekali, kamu nak. Siapa namamu?"
"Arum Bu," ucap Arum dengan sangat lembut.
"Ayo masuk, kalian pasti sudah lapar, Ning udah masak makanan buat kalian." Kakek tua itu mempersilahkan masuk mereka.
"Oh iya, ayok masuk ibu sudah masak makanan enak." Bu Ning langsung melangkah ke dalam rumah.
"Ren, ajak Arum masuk. Gue mau angkut barang-barang dulu sama yang lain."
"Iye, ayok , Rum," ucap Reni.
Namun, Rum masih terdiam melihat Satria dan memegang ujung jaket Satria.
"Ngga apa-apa, nanti gue nyusul."
Arum mengangguk dan meraih tangan Reni kemudian mereka masuk ke dalam.
"Pantes aja, lu tergila-gila banget sama Si Arum. Ternyata Arum cewe yang cantik, baik, Sholeha pula," ucap Glen memberikan karung berisi pakaian ke pada Satria.
"Makanya, dulu gue heran, cewe kaya apa sih Arum-arum itu sampe buat lu bener-bener buta ke semua cewe." Yono membantu Ben menurunkan karung berisi beras.
"Udah, jangan di godain terus si Satria . Nanti dia sombong mentang-mentang punya cewe sesempurna Arum."
Satria hanya menyeringai, mendengar teman-temanya terus-terusan memuji dia karena Arum.
"Jangan sampe lu rusak ya, Bro. Berlian kaya Arum itu seribu satu di dunia."
"Anjir, ngga bakal lah. Gue itu jaga Arum banget. Lagian gue buka cowo yang kalau mencintai cewe pake napsu kaya lu."
"Anjir lu."
Mereka langsung masuk ke dalam rumah dengan bawaan mereka masing-masing.
Satria melihat Arum yang terlihat senang bermain bersama para lansia di rumah itu.
"Nenek? Makan ya?"
"Ngga mau, nenek ngga mau makan."
"Heeh, nanti kalah ngga makan di makan gorila loh, nenek." Arum mengangkat sendok dan menyodorkan ke salah satu lansia yang sedari tadi sulit di ajak makan.
"Ngga mau. Nenek mah di siapin sama cucu nenek, Satria."
"Sama Arum, aja ya, nek."
"Siapa kamu emangnya? Nenek mau sama Satria."
"Sini biar gue aja." Satria mengambil sendok dan piring yang ada di tangan Arum.
Arum memperhatikan Satria yang dengan sabar menyuapi lansia itu.
Walau terlihat kelakuan Satria seperti preman atau anak nakal. Sebenarnya Satria adalah orang yang baik.
Benar adanya jika kita tidak boleh menilai orang dari penampilannya. Liat saja mereka, pakaian seperti preman dan anak jalanan. Tapi hati mereka bak malaikat.
"Mereka di telantarkan oleh anak mereka sendiri di jalanan." Satria tersenyum pada Arum.
"Ini awalnya adalah rumah milik Glen. Rumah peninggalan orang tua Glen. Kami mengubah rumah ini menjadi pusat panti jompo bagi para mereka orang tua yang tidak memiliki rumah untuk di singgahi.
Beberapa dari mereka di telantarkan bahkan ada yang di jadikan pengemis oleh anak mereka sendiri atau bahak oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab." Satria meneruskan ceritanya.
Arum terdiam, bahkan orang yang terlihat suci saja tidak melakukan perbuatan semulia ini. Mereka yang di pandang anak jalanan dan pergaulan yang tidak baik malah memiliki hati yang sangat mulia.
Beberapa orang yang berada bahkan lebih memilih memperkaya diri dan menghabiskan uang mereka secara hura-hura tanpa memikirkan orang lain.
***
"Gue langsung cabut ya," ucap Satria yang kini sudah berada di atas motor bersama Arum.
'iya, iya yang mau pacaran."
"Reni, nanti kita ketemu lagi ya, gue mau ngobrol banya sama lu," ucap Arum yang kini terlihat sangat akrab dengan Reni.
"Iya, hati-hati lu ya, kalo si Satria macem-macem sama lu tendang aja tu barangnya pake sepatu lu."
"Heh?" Arum sedikit terkejut dengan ucapan Reni.
"Congor lu, ya Ren," ucap Satria.
"Sorry-sorry bercanda gue. Tapi bener loh ya, kalo lu di sakitin sama ni anak setan bilang gue. Gue yang bakal ngehajar dia."
Arum hanya tersenyum kearah Reni.
"Bro, jaga baik-baik tu serbuk berlian." Ben meraih tangan Satria.
"Hati-hati kalian ya," ucap Glen yang di balas anggukan Satria.
Satria pun melajukan motornya menuju stadium untuk melihat pertandingan sepak bola.
Sesampainya di dalam stadium mereka segera pergi mencari tempat duduk dan duduk di sana.
"Lu mau minum?" Tanya Satria pada Arum yang sudah telihat tidak sabar menyaksikan pertandingan sepak bola.
"Nanti aja," ucap Arum yang telihat antusias.
"Gue mau ke WC, lu Jangan pergi kemana- mana ya. Nanti kalo ilang berabe, lu kan ngga bawa HP."
"Iya, iya bawel banget sih lu."
Satria langsung melangkahkan kakinya mencari toilet. Setelah dia membersihkan tanganya dia melangkah keluar toilet tiba-tiba saja sebuah notifikasi pesan masuk dari ponselnya.
Dia membuka pesan itu, ada sebuah foto yang menampakan Arum tengah duduk di stadium sendiri. Foto itu di ambil dari tempat duduk tepat di belakang Arum.
Di bawah foto itu ada sebuah kalimat yang membuat Satria terkejut.
Gadis yang sangat cantik duduk sendirian.
Satria langsung berlari menuju ke tempat duduk Arum. Namun dia tidak melihat Arum berada di sana.
Satria semakin panik dan mencari Arum.
"Arum, di mana sih lu," gumam Satria yang frustasi tak menemukan keberadaan Arum.
Dia menghentikan langkahnya saat melihat sosok seorang gadis tengah berdiri di sebuah lorong.
"ARUM!" Satria memanggil gadis itu dan langsung menghampirinya.
Arum yang bingung melihat Satria berlari terengah-engah menuju ke arahnya terkejut saat pemuda itu langsung memeluknya.
"Lu ngga kenapa-kenapa?" Ucap panik Satria sembari memeluk Arum.
"Lu kenapa? Sat?"
Satria melepaskan pelukannya dan memeriksa keadaan Arum.
"Lu beneran ngga kenapa-kenapa? Lu kemana aja sih, gue nyariin lu dari tadi."
"Ah, gue mau ke toilet tadi, trus ada orang minta tolong buat nunjukin musola. Trus gue anter dia sampe sini, pas gue nengok orang itu udah ngga ada."
"Astagfirullah, Arum."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top