Bab 17 Yang sama
"Assalamualaikum, Pak ustad Aziz?"
"Walaikum salam, Mbak Rum. Tumben kesini sendiri, mbak?"
"Lu berharap mbak Siti ikut?" saut Arum.
Arum tersenyum pada pemuda yang usianya 1 tahun lebih muda darinya itu.
"Mobil pabrik bocor tadi, Ziz, lu bisa ke pabrik buat benerin ngga? Soalnya mau gue bawa pergi sama Naila besok."
"Hari ini?"
"Heem, kenapa? Ngga bisa?"
"Bisa kok, mbak bisa."
Pemuda itu segera bergegas merapikan peralatan bengkelnya dan membawanya.
Sampai di sana dia bertemu dengan Siti yang kaget tiba-tiba saja ada Aziz yang datang ke pabrik.
"Mobilnya besok mau di bawa Naila sama Arum. Hari ini bisa selesai kan di ganti bannya?" tanya Siti sembari menunjukan mobil berwarna hitam yang terparkir di garasi pabrik .
"Insyaallah, Mbak Siti."
Siti membalikan badanya dan melangkah pergi.
"Tu-tunggu mbak?"
"Kenapa?"
"Bo-boleh. Ah ini." Aziz menunjukan surat undangan untuk perayaan maulid nabi.
"Ada acara di pesantren sekitar sini, kami kebetulan kekurangan orang untuk membantu persiapan maulid nabinya. Jika tidak keberatan mbak bisa datang untuk membantu. Ini di hari Minggu kok mbak."
"Ah, saya ngga pernah ke pesantran dan tidak terlalu mengetahui tentang acara-acara seperti itu."
"Kalau begitu cukup datang dan ikut tadarus saja mbak di sana."
"Heh? Sa-saya tidak bisa baca Alquran. Maaf."
Aziz tersenyum lembut, pria dengan mata sipit dan tinggi itu mengangguk paham.
"Bukan tidak bisa, mbak. Tapi belum. Saya bisa ajarin mbak ngaji kok, kalau mbak mau?"
"Saya,"
"Mbak tahu saya suka sama mbak. Mbak wanita pintar pasti tahu, walau mungkin mbak tidak menyukai saya sekali pun. Tidak apa-apa mbak. Mbak tidak usah merasa bersalah atau cangung pada saya. Saya bukan tipe laki-laki yang di tolak langsung sakit hati."
Aziz dan Siti sudah kenal sejak beberapa bulan yang lalu. Dengan jujurnya Aziz mengatakan jika dia menyukai Siti. Entah apa yang membuat pemuda itu bergetar hatinya untuk menyukai wanita yang lebih tua darinya. Tapi ada satu hal yang membuat cinta itu tumbuh.
Aziz pernah melihat Siti menangis tersedu-sedu di dalam masjid dengan berlumuran darah. Dia melihat luka sayatan di tangan Siti, darah terus menetes namun wanita itu terus bersujud meminta ampun pada Allah.
Entah dosa apa yang sudah dia perbuat namun dia belum pernah melihat wanita setulus itu. Hatinya terasa tergetar saat Siti berulang kali mengatakan jika dia ingin dekat dengan Allah namun tidak tahu caranya bagaimana. Wanita yang meminta ampun dalam sujudnya dengan darah yang terus mengalir di tanganya membuat Aziz semakin penasaran dengan wanita itu.
Rasa ingin menolong, rasa ingin memeluk tubuhnya itu dan rasa ingin membantu terus bergejolak di hatinya. Wanita yang dia temui pingsan hampir kehabisan darah di dalam masjid itulah yang membuat hatinya jatuh sejauh jatuhnya.
"Bukan seperti itu, saya hanya malu karena saya muslim tapi tidak bisa membaca Alquran. Bukan karena kamu."
"Heem. Mbak bisa datang ke pesantren saya bantu mbak."
Siti hanya terdiam dia selalu pandai berbicara dengan lawan bicaranya entah pria atau wanita. Namun dia bener-benar tidak bisa berkata apapun jika berhadapan dengan pemuda di hadapannya ini.
Allah tahu hati Siti tidak bisa terbuka walau banyak yang mencoba. Namun tidak dengan Aziz bagai air, dia terus masuk melalui sela-sela hatinya. Rasa itu terus masuk dan membesar.
Apakah wanita sepertinya pantas jika harus bersama pemuda taat seperti Aziz? Dosa yang sudah dia perbuat tidak akan pernah hilang. Tapi mencintai pemuda seperti Aziz adalah hal mustahil baginya.
"Mbak tahu kisah Nuaiman?"
"Siapa itu Nuaiman?"
"Dia sahabat nabi mbak," ucap Aziz sembari mengganti ban mobil.
"Dia pernah ngeprank nabi, dia bawa banyak makanan untuk nabi dan dia kasih ke nabi dan sahabat-sahabatnya. Ngga lama kemudia setelah nabi ngabisin makanya dia bawa penjual makananya dan dia bilang 'ini penjual makanan tadi silahkan bayar.'"
Siti tertawa tipis, dia baru pertama mendengar kisah ini. Bagaimana bisa manusia paling mulia sepeti nabi Muhammad di prank. Dan nabi pun tidak marah malah tertawa.
Siti mengambil kursi dan duduk dekat Aziz. Aziz melanjutkan ceritanya yang membuat Siti semakin penasaran tentang kisah nabi dan sahabatnya.
"Ternyata, mbak Siti ini suka ya denger cerita?"
"Ngga juga, tergantung ceritanya. Dari kecil Saya selalu di dongengin tentang kisah-kisah Disney. Tidak pernah sekalipun ibu menceritakan tentang kisah nabi. Sejak kecil, saya sudah jauh dari Allah."
"Lalu?"
"Saya tumbuh sebagai wanita yang ibu saya inginkan. Ibu saya sangat terobsesi dengan wanita cantik seperti putri Disney. Karena itu saya di besarkan seperti itu. Saya tidak punya teman dan jauh dari agama. Tidak tahu sholat, mengaji dan lainya, saat saya mulai tertarik dengan dunia Islam, ibu pasti akan marah. Kadang saya berpikir Islam hanya status di KTP saya. Bagaimana kelak saya mempertanggungkan segalanya di hadapan Allah."
"Sampai sekarang mbak ngga pernah sholat?"
Siti tersenyum," saya sudah dewasa bahkan sudah di bilang tua. Setelah saya bertemu dengan Arum dan Naila mereka mnegajari saya sholat dan perlahan saya mulai berjalan di jalan yang benar. Mereka berdua seperti malaikat bagi saya."
"Mbak, semua orang punya masa lalu. Saya harap mbak melupakan masa lalu yang kelam. Segalanya perlu proses semakin mbak berusaha dekat dengan Allah semakin Allah mempermudah jalannya mbak."
"Ziz, boleh ngga saya tanya sesuatu?"
"Boleh."
"Orang baik akan berjodoh dengan orang baik kan?"
"Tentu," jawab Aziz.
"Lantas mengapa Asiyah berjodoh dengan Fir'aun?"
Aziz menatap dalam Siti. Melihat wanita di hadapannya berharap mendapat jawaban atas pertanyaanya.
"Mbak percaya takdir? Allah memberikan wanita mulia bukan untuk berjodoh dengan Fir'aun tapi dengan nabi Musa. Agar nabi Musa dapat di besarkan oleh wanita mulia. Mari kita lihat devinis jodoh dari hal lain, Jodoh bisa saja bukan tentang pasangan saja kematian juga Jodoh."
"Sama hal tentang cinta, cinta punya banyak arti bukan tentang sepasang kekasih."
"Saya juga cinta, mbak. Tapi mbaknya ngga."
Siti mengerutkan dahinya," kalau ngga bisa gombal ngga usah di paksain jatuhnya aneh." Tawa Siti lepas karena melihat tingkah aneh Aziz.
Aziz hanya menyeringai karena malu, baru kali ini dia merasa sangat malu. Dari semua wanita yang dia temui entah mengapa Siti satu-satunya wanita yang berhasil membuat dia salah tingkah.
Allah mungkin punya rencana lain, karena menjatuhkan hatinya pada wanita cantik dan mandiri seperti Siti. Wanita yang mempunyai sudut pandang sendiri dalam melihat dunia. Dan Aziz akan terus berjuang untuk mendapatkan wanita ini. Jika memang Siti jodoh Aziz mereka akan bertemu di ikatan suci apapun halangan yang akan terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top