Bab 14 diner


"Arum belum datang?" Siti duduk di sebuah bangku restoran. Di sana sudah ada Lisa dan Naila namun Arum belum muncul batang hidungnya.

"Tadi katanya lagi di jalan, Mbak naik Gojek dia," ucap Naila sembari meletakan ponselnya di meja.

"Tumben kita ngga makan tempat biasa?" Siti sedikit heran karena biasanya mereka makan di restoran yang sering mereka kunjungi ber empat.

"Ini restoran enak loh, Mbak Siti. Terkenal Minggu kemarin Lisa ke sini bareng temen Lisa dan bener, makanannya enak banget. Beh mbak Arum yang doyan makan pasti kalap di sini." Lisa yang merekomendasikan restoran ini sangat antusias menjelaskan betapa enaknya makanan di sini.

"Heleh, Kak Rum Mah doyan semua. Udah tau kan dia tukang makan." Tentu saja, Arum bahkan bisa menghabiskan dua piring ketoprak bang jali di tambah semangkuk bubur  ayam bang Mamat dalam sarapan paginya. Entah yang ada di perut Arum itu karung apa memang lambung dia punya size yang besar.

"Is bener banget loh, kak Nai. Tau ngga, kemarin aku ngajak dia nonton dan makan di KFC dia pesen 5 chicken ukuran jumbo dengan dobel nasi. Abis itu dia masih pingin makan pangsit sama bakmie. Gila ngga sih itu kak Rum."

"Gue yakin kak rum sekarang kupingnya lagi kegatelan kita gibahin di sini," saut Naila yang di ikuti tawa Siti dan Lisa.

Seorang gadis mengenakan jilbab hitam dengan jaket jeans itu berjalan kearah mereka. Di pikiranya pasti mereka tengah mengibahi dirinya, tentu saja lihat saja tawa mereka itu. Tak menunggu lama dia berjalan melewati beberapa orang yang tengah sibuk dengan aktifitas makan malam mereka. Restoran ini terlihat sangat ramai, tempatnya juga sangat nyaman dan aroma makanannya terasa sangat enak.

"Kalian pasti lagi gibahin gue kan?" tanya Arum yang di balas kekehan Lisa dan Naila.

"Tau ajalah, pakar gibah di gibahin pasti langsung peka." Celetuk Lisa yang membuat mereka tertawa.

"Btw gimana mbak, Siti soal brondong yang kemarin?" Arum memainkan alisnya keatas dan kebawa seakan memancing Siti agar bercerita mengenai pemuda yang bisa membuat seorang Siti terdiam karena kalah debat.

"Oh iya gimana tu mbak Siti?" Tanya Naila yang antusias.

"Ayolah mbak cerita buruan." Lisa yang seperti orang gila karena penasaran mengenai bagaimana Siti bisa bertemu dengan pemuda itu.

Siti tersenyum mengingat kejadia yang membuat dia tak bisa melupakan perkataan pemuda itu. Pemuda itu bernama Aziz salah satu karyawan bengkel tempat Arum menservis mobilnya. Sepertinya pemuda itu karyawan baru karena dia baru melihatnya beberapa Minggu yang lalu.

Saat itu Naila, Arum dan  juga Lisa menyaksikan perdebatan mereka di sebuah bengkel. Siti yang tengah marah karena mobilnya tak kunjung di tangani padahal dia sudah mengantri cukup lama. Dia hanya ingin Menganti kaca spion yang sudah rusak namun pemuda itu sengaja mendahulukan yang lain.

Saat di tanya kenapa mobil dia tidak di tangani pemuda itu hanya tersenyum. Wajahnya sangat ramah, dia terlihat dewasa padahal umurnya 5 tahun lebih muda dari Siti. Saat dia tersenyum matanya akan menyipit dan membentuk seperti  bulan sabit.

Dia berkata jika dia sengaja melamakan mobil Siti karena dia ingin Siti sedikit lebih lama di bengkel. Dan dia bisa punya alasan untuk berkenalan dengan Siti.

Hah, dia pikir Siti akan tertarik dengan pria seperti dia. Tentu saja tidak. Namun satu kata yang membuat Siti terus teringat pemuda itu adalah. "Tak masalah bukan, bahkan Muhamad menikahi Khadijah dengan umur yang berbeda" dia berkata seolah dia ingin sekali berkenalan dengan Siti.

Namun bukan Siti jika dia tidak menanggapi dengan wajah dinginnya. Dia bahkan berkata pada pemuda itu jika dia bisa mengalahkannya dalam debat tentang pernikahan makan dia mau berkenalan dengan pemuda itu bahkan menikah tidak jadi masalah.

Kali ini Siti kalah, dia benar-benar tidak menduga jika pemuda itu sangat pintar. Dia bisa membuat Siti terdiam dengan beberapa kalimat "Sebenci apapun kamu dengan pernikahan setakut apapun kamu dengan sebuah hubungan dan seburuk apapun pandanganmu pada seorang pria. Namun kamu tidak akan bisa berbuat apa-apa jika Allah menakdirkan dirimu untuk jadi istriku. Yang berkuasa bukan cinta atau ego, tapi pemilik segalanya."

Ah, kenapa Siti jadi memikirkan pemuda itu. Itu tidak akan terjadi, tidak akan terjadi dia tidak akan jatuh cinta lagi dan menjadi wanita bodoh lagi. Sudah cukup dia di permainkan sudah cukup dia di manfaatkan dan di anggap bodoh oleh mereka. Bukan karena mereka spesies yang sedikit di bumi mereka jadi merasa besar kepala dan berpikir mereka mahluk yang harus di hormati di layani dan dapat memperlakukan kami seenaknya.

"Kenapa kalian malah membicarakan hal tidak penting itu." Siti mengangkat tanganya kepada palayan.

"Mbak? Kita pernah berjanji tidak akan melawan takdir apapun. Jika kita jatuh cinta maka biarlah, jika kita di sakiti ada tempat dimana kita bisa beristirahat di sana. Tak apa, jangan terlalu memaksakan diri," Arum tersenyum lembut kearah Siti membuat Siti menurunkan tanganya yang tadi terangkat.

"Mbak Siti, kita memiliki luka yang sama, karena itu kita bersahabat. Jangan terlalu keras pada dirimu, biarkan semua berjalan apa adanya." Naila menyentuh lembut tangan Siti.

"Kita berempat berjuang dengan luka masing-masing, dengan trauma masing-masing. Karena itu kita saling menguatkan, aku, Kak Rum dan kak Nai tidak ingin mbak terlalu keras pada diri mbak sendiri." Perkataan Lisa membuat Siti sedikit tenang.

Benar, dia tidak harus membenci untuk jadi kuat. Mari lihat, perjuangan seperti apa yang Aziz hadapi. Jika dia memang jodoh Siti maka benar perkataanya, sekuat, Sebenci bahkan sepaksa apapun Siti dia tidak akan mampu berbuat apapun.

"Permisi? Tadi ingin pesan apa?" Suara pelayan membuat Siti terbangun dari pikiranya.

"Pesan semua yang enak di sini ya, mbak," ucap Siti. Kini nada bicara Siti sudah mulai stabil. Itu tandanya dia sudah mulai tenang dan berpikir jernih.

Seorang wanita berjalan tergesa-gesa sampai menabrak kursi Arum. Wanita dengan sepatu hak tinggi itu bahkan tidak meminta maaf malah memarahi Arum.

"Kursinya bisa majuan ngga sih!? Ngalangin orang jalan aja," ucapnya yang membuat Arum mengerutkan alisnya.

Pasalnya walau restoran ini ramai namun tempatnya lumayan luas bahkan jarak dari meja di belakang Arum saja sedikit jauh. Tapi wanita itu malah marah pada Arum padahal dia yang menabrak kursi Arum.

"Maap, mbak jalan di belakang saya cukup luas loh mbak. Mbak aja yang main nabrak-nabrak kursi saya. Udah buta!?" Ucap Arum dengan nada yang lebih tinggi dari wanita itu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top