Bab 10 makan malam.
Seorang pria tinggi berdiri menyilang kan kedua tanganya. Matanya menatap Arum yang tengah menyandarkan motornya di halaman rumah Bima.
"Udah selesai begal motor gue?" tanyanya yang membuat Arum tersenyum masam. Dia sedikit bersalah karena membawa motor Bima sampai malam tanpa mengabarinya lagi.
Pria dengan kaos hitam pendek yang membuatnya terlihat sangat gagah dengan bahu yang lebar. Bisepnya terlihat jelas menunjukan otat tangan yang membuatnya terlihat sangat keren. Kaos hitam yang seakan menunjukan bentuk tubuh dan perut yang idealis dan karismatik. Bima masih terheran-heran dengan wanita dengan wajah polos di hadapanya ini.
"Maap, sekali lagi, Mas. Hehehe" sembari menggaruk kepala yang tidak gatal. Arum memberikan kunci motor milik Bima.
"Tante!" Chandra berlari menghampiri Arum dan langsung memeluk Arum.
"Tante kesini mau lihat, Chan kan?" ucapnya yang langsung di balas senyuman Arum.
Arum langsung menggendong tubuh kecil itu,"Iya dong," ucap Arum sembari mengelus rambut Chandra.
"Loh, itu motor papa, kata papa tadi motor papa di begal?" Sembari menunjuk motor putih yang penuh dengan debu itu.
"Iya, yang begal sampai kelaperan dari tadi perutnya bunyi," ucap Bima yang sedari tadi mendengar suara perut Arum yang tidak di isi sejak tadi pagi.
Arum memanyunkan bibirnya sembari memegang perutnya. Dia benar-benar baru sadar jika dia sama sekali belum makan. Biasanya bahkan Arum bisa menghabiskan satu mangkok ketopak bang Jali setiap pagi dan siangnya dia akan makan dengan lahap. Namun, kini sejak pagi tak ada satupun makanan yang masuk ke perut Arum.
"Ayo masuk dulu, Mas bikin nasi goreng, nanti pulang biar Mas sama Chandra yang antar."
Awalnya Arum ingin menolak Namun, melihat wajah Chandra yang terlihat ingin sekali Arum masuk pun membuat Arum tak tega. Akhirnya Arum masuk kerumah Bima.
Rumah sederhana dengan halamanya yang lumayan luas. Rumah milik Bima itu memang terlihat kecil dari luar namun setelah masuk. Terlihat sangat luas, dan rapi. Arum melangkah dan duduk di meja makan. Dari sini Arum dapat melihat Bima yang tengah memasak, ruang makan yang menyatu dengan dapur terlihat sangat rapi dan estentik.
Arum masih heran, rumah yang lumayan luas ini di tinggali hanya Bima dan Chandra. Tanpa asisten rumah tangga, rumah ini terlihat sangat bersih dan terawat. Namun, satu kata yang membuat Arum sangat mengagumi Bima. Bima pernah berkata, apapun yang terjadi, dia akan memastikan Chandra tumbuh dengan baik. Tumbuh sebagai seseorang yang tahu bahwa dia di besarkan oleh seorang ayah yang hebat. Dia akan tumbuh sebagi manusia yang berbeda dari ayahnya yang bodoh ini.
Arum menarik nafas, dan kembali memikirkan bagaimana cara Bima bisa bertahan sejauh ini bersama seorang anak sendiri. Pasti hatinya sangat kesepian dan menderita. Arum juga pernah mendengar kalau Chandra bercerita jika ada satu malam ayahnya pernah menangis sendirian di ruang gelap tanpa siapapun.
Merawat luka sendiri dan mencoba menyembuhkannya sendiri itu memang sangat menderita.
"Tante minum dulu," ucap Chandra yang membawa segelas air putih dari kulkas. Arum meneguk segelas air putih yang di sodorkan Chandra dan mencoba memiliki pembicaraannya lagi.
"Mas beneran tinggal di sini cuma sama Chandra?"
"Iya, kenapa emang? Mau jadi penghuni rumah ini juga?" ucapnya sembari meletakan sepiring nasi goreng.
Aroma nasi goreng memenuhi Indra penciuman Arum. Saat Arum mencicipi nasi goreng itu dia tidak mungkin kecewa, lantaran Bima adalah koki hebat.
"Ngga mau nyewa asisten rumah tangga aja, Mas? Apa ngga cape bersihin rumah ini sendiri?" tanya Arum lagi sembari menikmati makanan yang dia makan dengan lahap.
"Kalau bisa sendiri ngapain harus pake asisten rumah tangga." Bima melangkah menuju sebuah papan setrika. Dia mengambil sebuah seragam sekolah milik Chandra yang akan Chandra kenakan besok. Tangan itu mulai menggosok perlahan seragam Chandra.
Arum terdiammeletakan sebelah tanganya ke dagu sembari memperhatikan Bima dari belakang.
Tampan, mandiri, bertanggung jawab, pintar masak, perhatian dan dapat di andalkan. Suami idaman sekali bukan? Pikirnya sambil memandang Bima dari belakang.
"Semua yang mengerjakan papa, hebat kan papa Chandra? Makanya Tante jadi mama Chandra dong," ucap Chandra yang di balas anggukan Arum yang masih memandang Bima tanpa berkedip.
"Mandangnya bisa biasa aja ngga, Rum. Nanti jatuh cinta Arum bingung lagi." Bima tersenyum karena memergoki Arum yang sedari tadi memandangnya dari belakang.
Arum yang tersadar langsung, memalingkan wajahnya. Dan pura-pura tidak melihatnya.
"Udah jam 9, Arum mau pamit pulang , Mas."
"Hmm? Yaudah biar Mas antar, sama Chandra."
Chandra langsung melangkah menuju bagasi dan mengeluarkan mobil miliknya. Di luar Arum sedikit terkejut karena baru kali ini dia melihat Bima mengendarai mobil. Selama ini Arum hanya tahu Bima memiliki motor Scoopy putih kesayangannya.
"Ayo masuk," ucap Bima sembari membuka kaca mobil. Arum dan Chandra langsung masuk dan mereka langsung melaju pergi.
"Arum baru tahu, Mas punya mobil. Biasanya yang di pakai cuma motor Scoopy itu doang."
"Kan mas cuma pergi kemana-mana sendiri palingan bawa Chandra. Jadi pasti ribet kalau bawa mobil, lebih simpel bawa motor. Tapi resikonya rawan kena begal," ucap Bima yang membuat Arum memanyunkan bibirnya. Kalau di pikir-pikir benar juga perkataan Bima. Siapa lagi kalau bukan begal yang mengambil paksa motor orang, namun itu dia lakukan karena saat itu dia sangat panik.
"Nanti, kalau sampe pertiggan berhenti ya, Mas. Nanti Arum turun di situ aja."
"Ngga mau mas anter sampe rumah?" tanya Bima yang heran mengapa Arum tak mau diantar sampai rumahnya.
"Ngga usah, Mas. Nanti heboh satu RT. Cape Arum denger ocehan tetangga, kerja lembur aja mereka gosipnya aneh-aneh. Apalagi melihat Arum pulang malam di antar orang. Gonjang ganjing nanti. Ibu Tuti apalagi pasti pagi-pagi dia akan memulai ritual pergosipanya. Arum juga suka bergibah tapi ngga seperti Bu Tuti, semuanya di tambah-tambahin. Udah tau kompor di siram sama bensin ya meleduk. Belum lagi ibu-ibu kuker di sini, behhh, kalau udah mulai ngumpul di tukang sayur udah kaya mau ngadai konser ramme banget.
Bima tersenyum mendengar ucapan Arum yang mengoceh tanpa henti. Entah hanya Bima atau memang Arum kalau sedang mengoceh tanpa henti, terlihat sangat Cantik. Suasana seketika jadi sangat ramai padahal hanya dia saja yang berbicara. Sangat berbeda dengan Bima, yang selalu merasa sepi dan sepi. Bersama Arum, Bima terasa seperti menjadi manusia normal lainya.
Di sisi lain ada Chandra yang tertidur pulas bak,di dongengin di pangkuan Arum. Bima tertawa kecil melihat malaikat kecilnya yang bisa tertidur sangat pulas di pangkuan Arum. Terlihat dia sangat nyaman di sana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top