BAB 4: TELUR BUSUK
Mobil pun sampai di rumah Viona yang sangat asri, Zahra turun dari mobil lalu menuju ke dalam rumah. Viona sudah mengatakan kepada Zahra bila ia sudah sampai, ia tinggal membuka sendiri pintu rumah bagian depan karena tidak dikunci.
"Tante!" Zahra memeluk Viona, si tuan rumah yang tampak tubuhnya tinggi, memakai dress merah dengan dada yang sangat montok. Keduanya sudah lama tidak bertemu, ada rasa-rasa rindu yang berterbangan di hati mereka.
"Ke sini sama siapa?"
"Sama sopir."
"Oh udah punya sopir baru?"
"Iya, ganteng banget!" bisik Zahra.
"Cie, ada yang berbunga-bunga nih!" ledek Viona.
"Hahaha!"
Sementara itu suami Viona, Rukta yang memakai kaos putih dan celana pendek bermotif kotak-kotak, sedang mengambil air putih untuk kedua tamunya. Zahra terkaget-kaget melihat Rukta semakin tampan dan tubuhnya proposional. Ia sadar, sudah lama ia tidak bertemu dengan pamannya itu. Sebuah nampan Rukta letakkan di meja, sementara istrinya masih asyik berbasa-basi dengan Zahra.
"Terima kasih Oom. Makin kurus aja oom."
"Hahaha disuruh olahraga sama tante." Rukta tersenyum sambil mengedipkan mata kepada istri tercintanya. Viona lalu membalas kedipan mata suaminya. Melihat tubuh seksi istrinya, Rukta iseng memeluk Viona dari belakang lalu menyerang leher istrinya dengan pagutan dan kecupan yang sangat lembut.
Rasanya tubuh Viona ingin meledak, kalau tidak ada Zahra ia ingin menuntun tangan Rukta menyentuh liang wanitanya, namun ia langsung tersadar, di depannya sedang ada tamu.
"Lagi ada Zahra, Sayang," ucap Viona lembut. "Nanti ya, aku kasih susu yang banyak."
"Aku masuk dulu ke kamar. Daah!" ucap Rukta.
"Dah honey!" balas Viona sambil mengimutkan wajahnya, Rukta ingin segera menerkam istrinya kalau tidak tahan berlama-lama di sana.
Melihat kemesraan pasutri di depannya, Zahra semakin lama semakin baper. Pemandangan mesra yang menurut Zahra sangatlah liar di pikirannya. Zahra pun duduk di sofa sambil meremas bantal yang ada di sana.
"Tante sama oom lucu banget. Zahra jadi baper deh."
"Iya, kita mah suka gitu."
"Sejak kapan?"
"Sejak muda lah, tapi ya gitu, Oom Rukta kalau di depan keluarga besar lihatin wibawanya. Tapi kalau di kamar, aduh, unyu banget!"
"Hah serius?"
"Hahah namanya juga suami istri, kamu nanti juga gitu. Makanya buru-buru kawin! Eh namanya siapa ya?"
"Nama siapa? Oh sopir?"
"Bimut."
"Ih cakep banget namanya. Pasti ganteng banget orangnya."
"Mau aku panggilin?"
"Boleh. Bentar, tante mau ke toilet dulu."
Zahra keluar memanggil Bimut yang sedang bermain ponsel. Zahra menepuk Bimut. Bimut terlonjak.
"Kamu dipanggil sama Tante Viona. Pengen kenalan katanya."
"Hah kenalan?"
"Udah ayo!" Zahra menarik tangan Bimut lalu menggengamnya keras-keras. Bimut tidak bisa protes dan juga tidak bisa melepaskan tangannya yang digenggam Zahra. Ia terlanjur ditarik masuk ke dalam. Zahra tidak bisa menemukan siapa-siapa di sana, ia yakin Viona sedang berada di kamar mandi.
***
"Sayang, maaf ya aku anggurin kamu," ucap Viona kepada suaminya yang sedang main ponsel. Ia melihat Rukta sedang melihat-lihat media sosial dirinya yang berpose-pose. "Cie lagi ngestalk." rona merah menyemburat di pipi Viona. Viona tersenyum, suaminya langsung meletakkan ponsel di nakas lalu mencoba merajai dirinya.
Viona merangkul leher suaminya, ia biarkan suaminya melumat bibirnya, keduanya beradu lidah. Ia lepas celana Rukta. Viona lemparkan celana suaminya ke sembarang tempat. Sebuah benda yang dimiliki Rukta masuk ke dalam liangnya, sambil mulutnya melumat lidah Rukta yang bergerak-gerak.
"Aku cinta kamu Vi!" teriak Rukta di tengah-tengah erangan.
"Jangan keras-keras Sayang," bisik Viona dengan balasan yang manja. Viona menatap Rukta dengan tatapan sensualnya. "Sekarang aku yang jadi ratumu! Aku yang nguasain kamu!"
Desahan naik turun itu berubah menjadi peraduan yang liar, Viona giliran menguasai permainan. Ia tuntun benda Rukta menembus-nembus dirinya berkali-kali. Semakin keras semakin besar. Hal gila yang ia lakukan, ia lepaskan seluruh gaunnya. Ia lemparkan, ia biarkan dirinya berkeringat beradu dengan suaminya. Ia menguasai permainan, dirinya yang berada di atas tubuh Rukta, melenggak-lenggok naik dan turun sementara sang suami menelan susu putih darinya.
"Sayang, kamu tidur ya, aku mau keluar dulu, kasihan Zahra nungguin," katanya ketika mereka sudah lelah lama-lama berkeringat.
"Nanti malam berenang,"
"Iya Rukta Sayang, aku udah siapkan baju renang terindah untuk kamu."
Viona masuk ke kamar mandi, ia membersihkan dirinya lalu pakaian merah berjenis dress simple lalu keluar dari kamar. Ketika ia keluar, dirinya terkaget-kaget ada pria tampan di samping keponakan tersayangnya.
"Maaf ya. Agak lama ya nunggunya?"
"Nggak kok, baru dua menitan." Zahra tersenyum sambil tangannya masih menggenggam tangan Bimut. Viona lalu mendekati Zahra. "Ganteng banget!" bisik Viona. "Eh maaf, tadi lama, digigit Oom Rukta," tawa Viona.
"Iya dong, sopir gue."
"Bimut ya, ayo duduk!"
Bimut mendengarkan apa yang dibicarakan mereka berdua, terkadang mereka mengajak Bimut mengobrol sesekali. Sementara Zahra terus-terusan curhat mengenai konflik antara ibunya dengan Lintuh.
"Kadang aku suka khawatir sama mama, suka ngatain orang-orang di media sosial. Aku agak ngeri. Apalagi berantem yang kemarin. Agak sempat heboh. Aku jadi takut."
"Nanti Tante bicara sama ibu kamu. Kadang suka bingung sama Mbak Jihan, Tante pernah nasehatin dia waktu ngopi, tapi nggak tahu mempan apa nggak."
"Mira juga kadang suka nasehatin tapi lupa lagi. Eri juga pernah, tapi dibilang sok tahu. Ya udah, mereka berdua nggak ngurusin lagi. sibuk pacaran tuh berdua akhirnya."
"Namanya juga sedang berbunga-bunga, kayak kamu."
"Ah bisa aja Tante."
Tak terasa mereka mengobrol tiga jam lebih, setelah sadar waktu semakin malam. Zahra dan Bimut memutuskan untuk pamit.
"Salam buat semuanya ya di rumah. Bilang juga ke Mira, kalau culik Eri jangan lama-lama ibunya nanti diterkam bapaknya terus!" teriak Viona keras.
***
Lintuh masuk ke dalam rumah Mak Sahak, dirinya sudah gila harus berhadapan dengan wanita yang tidak tahu diri seperti Jihan, di kepalanya. Jihan memang gila, mau menang sendiri menurutnya. Suka mencari untung untuk dirinya sendiri. Untung yang tidak terbatas.
Wanita bergincu merah yang terkenal galak ini tengah duduk setelah sang tuan rumah mempersilahkannya untuk duduk dan bercerita. Mak Sahak sebenarnya sudah tahu tujuan calon pasiennya.
"Pasti karena wanita sombong itu ya?" tebak Mak Sahak.
Mak Sahak seperti tidak ada beban mengatakan kalimat itu. Ia pasti ahli dalam menebak, ilmunya sangat tinggi kalau urusan menerrawang urusan orang. Mak Sahak menyalakan rokoknya, menghisap sebatang kretek yang membuatnya candu selama bertahun-tahun.
"Kalau Mak tahu, dia bawa-bawa saya terus bawa-bawa Tuhan di media sosial. Sangat kampungan sekali! Sungguh teramat sangat kampung!"
"Jadi, kamu mau kirim dia apa?" tanya Mak Saha tanpa basa-basi. Ia hisap lagi rokok kretek di tangan kanannya.
"Saya mau serang salonnya!"
Mak Sahak berdehem, ia mengangguk. Tangan kirinya mengambil telur lalu membaca-baca jampi. Tangan kanannya meletakkan rokok yang ia hisap tadi, ia ambil sebuah jarum besar yang sangat besar. Kalau menurut orang awan mungkin benda di tangan Mak Sahak adalah belati. Ia tusukkan jarum di tangannya ke telur yang ia genggam.
Ketika telur ditusuk, keluarlah darah. Darah yang sebenarnya adalah sebuah kutukan yang Mak Sahak lepaskan dari jampi-jampi yang ia ucapkan.
Aku ngundang sing ora katon
Kutukan kanggo sampeyan
Kabeh panggonan sampeyan kebak getih
Aku bakal masrahake getih iki menyang getih dhemit!
Aku panggil alam gaib
Sebuah kutukan untuk dirimu
Segala tempatmu penuh dengan darah
Ku serahkan darah ini kepada darah iblis!
Seolah-olah seluruh rumah Mak Sahak bergetar pada malam itu, semburat senyuman terlintas di bibir Lintuh. Dendamnya kali ini pada Jihan pasti akan terbalas. Tidak ada yang bisa menghentikan dirinya karena ia yakin kekuatan Mak Sahak sangat besar.
Keesokan paginya keadaan geger, kaca salon milik Jihan pecah dan salon penuh telur busuk yang mengotori cermin-cermin di salon. Si pemilik salon langsung ditelepon Susi. Jihan berteriak di kamar dan langsung keluar teriak ke seluruh isi rumah seperti ada gempa bumi.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top