BAB 24: TAHUN PERPECAHAN
Mira terbangun karena tangan Abby yang menyentuh kepalanya. Mira seperti kebingungan. Matanya masih kunang-kunang namun perlahan terlihat jelas wajah Abby.
"Gue kenapa?"
"Lo pingsan. Ada apa Mir? Ada yang lo pikirin?" tanya Abby.
"Gila deh Kak Zahra. Gue nggak ngerti sama kakak gue. Wahid anjing juga."
Mendengar nama Wahid disebut beberapa anggota Dancing Girls yang lain mendekat.
"Soal Wahid. Dia itu bikin masalah sama orang dan suatu malam dia minta tinggal di rumah gue. Keluarga yang bermasalah sama dia datang pakai senjata, ngerusak rumah. Wahid ditemuin deh sama mereka. Terus mereka nyulik Wahid kan. Nah, abis itu tiba-tiba Wahid diantar sama orang bule campuran Indonesia gitu."
"Ditolongin maksudnya?" tanya Hera.
"Iya. Terus pas Zahra tahu semua kejadian dia malah nggak mau lapor polisi. Bu Gasit juga kayaknya kayak ingin untuk tidak kasus ini tidak dibawa ke pihak berwajib. Padahal semua barang-barang rumah bisa dibilang rusak."
"Ampun Kakak lo ya," timpal Meredith.
"Mungkin Kak Zahra mikir kalau Bu Gasit nanti ditanya-tanyain kali. Soalnya prosesnya bakal panjang."
"Tapi kan harus ada pengamanannya juga. Si Wahid udah bikin hampir anak orang mati. Tangannya putus! Nggak bisa begitu aja. Kakak gue kayak kelihatan sayang banget sama keluarga sopir itu. Gue nggak ngerti. Gak paham."
Hera lalu bicara. "Menurut gue kayaknya Bu Gasit kan maaf, orang tidak mampu, jadinya seperti itu. Takut berurusan dengan hal-hal yang—"
"AH! Gampang kok kalau mau diurus. Yang nggak Meredith?"
"Iya, kalau gue sih setuju sama Mira, harus diurus atau dilaporkan kejadian kejahatan kayak gitu.
"Tapi lo bakal ditanyain polisi, Eri juga bakal ditanya-tanya kalau lapor. Prosesnya panjang. Papa Gerald aja pas meninggal akhirnya ditanyain macam-macam seisi rumah.
"Ini kasus beda. Itu kasus bunuh diri. Ini diserang."
"Terserah lo deh Mir. Gue cuman mikir mungkin kakak lo bikin keputusan terbaik, di tengah nyokap lo yang lost temper gitu.
"Kok jadi bawa-bawa nyokap gue sih?!" Mira tidak terima.
"Karena nyokap lo tuh sakit jiwa, Mira! Nyokap lo bukan kepala keluarga, sekarang yang waras di rumah lo tuh kakak lo!" balas Abby.
"Lo ngatain nyokap gue gila! Berengsek lo!" Mira hendak memukul Abby namun tangannya diserang Meredith, sementara Hera melindungi Abby.
"Jangan mentang-mentang lo ketua lo bisa ngomong yang macam-macam soal nyokap gue!" telunjuk Mira mengacung.
"Sabar kalian!" teriak Dewi. "Menurut gue Mira wajar takut. Mana ada orang yang diserang rumahnya malah diam saja."
"Tapi, Dewi kita harus mikirin keluarga Bu Gasit juga."
"Keluarga Bu Gasit? Dia mau ngelecehin kita waktu itu. Hera! Lo milih siapa!" Dewi mendadak emosi seperti Mira.
"Miih apa?"
"Lo hampir dilecehin sama Wahid sekarang lo setuju sama Abby yang kesannya membela keluarga Bu Gasit.
"Kita harus memaafkan."
"Memaafkan pelaku pelecehan seksual? Eh lo gila ya?!" Mira geram, matanya melotot.
"Gue nggak bisa latihan kalau begini caranya. Nggak kompak sumpah!"
"Mira lo mau ke mana? Mira!" teriak Dewi.
"Sakit lo!" Meredith menunjuk muka Abby dan Hera.
Mira langsung tancap gas dengan cepat, panggilan Meredith dan Dewi tidak digubris. Ia menuju ke rumah orang yang ia percaya, Tiara.
Di dalam rumah, Tiara sedang makan kue. Bel rumahnya berbunyi. Tiara menoleh, suara Mira terdengar jelas. Ia pun meninggalkan kue lalu membuka pintu. "Mira ada apa?"
"Gue butuh bicara sama lo. Buka pagarnya!" teriak Mira dari luar.
Tiara lalu membuka pagar, Mira masuk ke dalam sambil mendorong motornya. Setelah rapi, membuka helm lalu ia mendadak menangis dipelukan Tiara. Tiara tampak kebingungan, mengapa Mira mendadak histeris dipelukannya.
"Abby."
"Abby kenapa?" tanya Tiara yang kebingungan.
"Abby bilang nyokap gue gila!"
"Lah kok bisa?"
"Dia bandingin kasus bokapnya Boni sama nyokap gue."
"Masuk dulu yuk Mir.
Mira lalu mengangguk, ia melepas pelukan lalu masuk ke dalam. Tiara menggaruk kepala, belum pernah ada perdebatan seserius itu di Dancing Girls. Setelah ia pergi, Dancing Girls malah jadi berantakan.
Tiara menyajikan teh hangan untuk mereka berdua. Ia mendengarkan sampai selesai semua cerita Mira. Tiara menepuk jidat mendengar keseluruhan cerita. Tiara berpikir Zahra adalah sosok yang bucin.
"Dia budak cinta mungkin."
"Ya itu soal kakak gue. Tapi Abby yang gue nggak ngerti! Kenapa dia bisa bandingin kasus Oom Gerald sama mama. Gue nggak terima. Yang namanya kasus kejahatan harus dilaporkan ke polisi! Nggak bisa dong begini! Si Abby mikir kayaknya kasihan keluarga Bu Gasit, gak punya apa-apa.'yang gue takutin tahu nggak apa? Orang-orang model Wahid berlindung di balik kemiskinan. Dia itu udah ngelecehin kita juga!"
"Ini kasus sensitif nih. Berlindung di balik kemiskinan maksudnya?"
"Nanti keluarga Bu Gasit bakal bilang. Kan saya orang miskin, saya nggak mau dittanya-tanya polisi. Gue paham Ti, nggak ada orangtua yang mau anaknya dipenjara, tapi kalau anaknya kayak Wahid, mau apa lo! Dia juga jangan lemah jadi ibu. Si Hera juga, terlalu dekat sama Bu Gasit, jadi meleng dia. Padahal asal lo tahu si Wahid udah bikin tangan anak orang putus!"
Apa ini politik si ular tua? Ada anggota keluarga Bu Gasit yang ular tua!
"Kenapa Ti, kok bengong?"
"Nggak."
"Lo ingat sesuatu?"
"Gue ngerasa ada yang mau ngehancurin Dancing Girls."
"Ya itu, keluarga Bu Gasit mau ngehancurin girlband kesayangan kita.
Mira meminum teh yang disajikan, emosinya masih meledak-ledak. Ada rasa yang ia tidak terima di kepalanya. Rasanya pusing.
"Nanti kita kumpulin anak-anak."
"Nggak perlu semua. Meredith sama Dewi aja. Dia yang ngerti gue. Kseheatan mental tuh penting. Bukan nggak kasihan sama orang yang gak mampu. Tapi kalau kita belain orang yang literasinya rendah, kita juga bisa bodoh!"
"Sabar Mir, udah. Nanti kita urus masalah ini.
***
Zahra dan Bimut tidak bicara banyak, semenjak masalah Jihan yang mengamuk karena rotinya gosong, dan juga soal foto bikininya dengan dua pria dari masa lalunya. Zahra hanya berbaring di kamar, ponselnya berdering.
Abby menelepon. Zahra mengangkatnya. Suara Abby terdengar jelas di seberang sana, nadanya mengkhawatirkan.
"Kak tadi Mira pingsan dan dia katanya kepikiran soal serangan kemarin malam.
"Soal itu udah diurus, nggak akan ada apa-apa lagi."
"Wahid emang mengesalkan tetapi kasihan ya Bu Gasit."
"Kakak kasihan kalau misalkan kakak lapor polisi. Pasti keluarga Bu Gasit. Belum tentu soal kejahatan Wahid yang bikin anak orang tangannya putus tuh benar. Masa ada orang bunuh diri sampai gunting tangannya. Kasihan keluarga Bu Gasit sekarang nggak punya apa-apa. kakak nggak tega bawa ini ke polisi."
"Berurusan sama polisi memang merepotkan Kak."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top