Obsesi

Halo guys!!! Kalian bisa baca cerita Nyimas Dahayu terlebih dahulu jika kamu bingung dengan alur ceritanya.

Dicerita ini akan mengandung banyak unsur 21+, jadi bijaklah dalam membaca sesuai umur kalian ya. See u next week ❤️

***

-Masa lalu-

Banyu melangkahkan kaki di lorong kediamannya yang sepi, kedua tangannya berpaut di belakang punggung saat masuk ke kamar yang dituju. Beruntung kamar itu tidak terkunci karena keinginannya untuk menatap seorang gadis yang tertidur pulas di atas ranjang berhias kelambu transparan tidak lagi dapat dibendung.

Kelambu ranjang gadis itu tertiup berterbangan karena angin malam yang terlampau terburu-buru masuk untuk mengantar badai melewati teralis jendela kayu. Ada bulir-bulir keringat penghias anak-anak rambut yang jatuh di antara leher dan pundak gadis itu, menambah pesona kecantikan perawan yang murni. Banyu kembali mengambil langkah agar bisa menatapnya lebih dekat.

Buah dada gadis itu ranum menyembul dari balik kemben yang dikenakannya. Kulit gadis itu berwarna sawo matang eksotis menambah kesan asing yang langka. Banyu sering bertanya-tanya dalam hatinya darimana gadis itu mendapatkan warna kulit tak biasa dimiliki para gadis-gadis yang tinggal di atas pegunungan tinggi. Belum lagi manik matanya yang berwarna coklat kebiru-biruan terlihat sangat kontras dengan wajahnya yang mencerminkan gadis mataram.

Orang-orang menganggap gadis itu seperti jelmaan dewi. Wajah gadis itu bulat dengan garis yang tanggung di sana-sini. Hidungnya tidak mancung tapi juga tidak kepik. Alis dan bulu matanya tidak terlalu tebal tapi juga tidak terlalu tipis. Jika dia tersenyum bibirnya merekah bak mawar bersemu kemerah-merahan. Rambutnya mengembang ikal, tergelung dalam identitas pernikahan.

Entah untuk berapa kali Banyu mengendap-ngendap seperti maling ke kamar istrinya sendiri. Ada sesuatu yang terasa aneh di dalam hati Banyu setiap kali melihatnya. Ada kemarahan dan kebencian yang menghalangi untuk mendekati gadis itu dalam keadaan sadar, tapi Banyu tidak bisa berhenti memikirkannya. Malam-malam yang dia habiskan di kedai minuman tidak melunturkan hasrat. Perempuan penghibur yang dia sewa tidak mampu melenyapkan bayangan Senja.

Senja, nama yang dia berikan untuk gadis itu sehari setelah dia dilahirkan. Banyu masih mengingatnya. Karena Senja lah dia kehilangan ibunya. Karena Senja juga dia harus merelakan adiknya. Banyu yang menyelamatkan Senja dari kematian. Banyu juga yang telah melindunginya dari nasib malang. Seluruh hidup Senja adalah berkat dari Banyu. Seluruh hidup Senja adalah miliknya.

Tetapi demi menepati janji bodoh itu. Banyu berusaha mempertahankan kesadaran yang kian menghilang karena tuak yang dia tenggak. Sudah hampir tiga bulan pernikahan mereka berjalan tapi sampai saat ini Banyu belum mengambil haknya. Hanya dalam keadaan mabuk dia berani melewati batas-batas kebencian di antara dirinya dan Senja hanya sekedar untuk menatap istrinya lebih dekat. Menikmati cinta yang menyiksa.

Dia tidak ingin membohongi diri sendiri. Dia telah jatuh hati. Keinginan Banyu untuk memiliki Senja tidak ada dalam rencananya, tapi membuat gadis itu tetap aman untuk sementara adalah janjinya.

Banyu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Senja. Dia menghirup dalam-dalam aroma keperawanan dari tubuh Senja. Jari jemari Banyu meniti perlahan-lahan kulit wajah gadis itu yang memikat. Dia benar-benar bisa gila jika terus menerus begini. Untuk menepati janji kepada mendiang ibunya, Banyu akan tetap berdiri di belakang garis aman.

Dia tidak akan melukai Senja sampai saat pembalasan dendam tiba. Senja bukan lagi seorang bayi yang lemah, kini dia telah menjelma menjadi seorang gadis. Untuk sekarang Banyu akan membiarkan Senja tetap terjaga. Terlalu mudah jika menyerah pada pesonanya untuk saat ini. Banyu tidak akan membiarkan rencananya gagal. Jika bukan karena kematian, dia ingin Senja menderita secara perlahan-lahan.

***

-Masa kini-

Teriakan Banyu berubah menjadi tawa, senyumannya mengembang sempurna saat dia melihat darah mengalir dari balik punggung Senja. Anehnya meski kali ini rencana Banyu berhasil, perasaan benci dan khawatir menyatu di dalam hatinya. Tiga anak panah tertancap di sana. Siapa sangka gadis itu berdiri menjadi perisai atas aksi yang direncanakan Banyu.

Meski di ambang putus asa menghadapi rencana awalnya yang gagal, Banyu tidak akan menyerah begitu saja untuk membalaskan dendamnya. Kini Senja sudah kembali. Dia hanya perlu bertahan sedikit lagi.

"Kau sudah melakukan semua sesuai permintaanku?" tanya Banyu pada Darma.

"Sudah, Kang. Aku sudah melumurkan getah daun gympie. Luka dari anak panah itu akan meninggalkan bekas, dalam beberapa hari dia tidak akan sadar."

"Bagaimana dengan Abimanyu?"

"Dia masih berada di Anarsata."

Banyu memiringkan tubuh Senja yang berada di pelukannya. Dia mencabut satu persatu anak panah itu seperti mencabut duri ikan, begitu mudah dan tanpa ampun. Banyu mengulurkan tangannya pada Darma meminta sesuatu. Dia mendapatkan apa yang dia mau, bubuk obat pembeku pendarahan. Senja akan aman untuk sementara.

"Pastikan kapal yang membawa Ambar tidak kembali ke Mataram. Saat dia sampai bungkam dia untuk selamanya."

"Baik, Kang."

"Dimana Dahayu?"

"Di kediaman Wastu."

"Panggil mereka secepatnya. Pastikan Abimanyu tidak menemukan kembali jejak kita," ucap Banyu sambil melepas satu persatu anak panah yang menancap di punggung istrinya.

"Tapi ..."

"Aku tidak mau ada kegagalan lagi, Darma."

"Tapi Kang, apa Kang Banyu benar-benar tidak akan mengambil takhta itu? Bukankah akan lebih menguntungkan bagi kita jika Kakang bisa menjadi raja?"

"Kau tau itu bukan rencanaku."

"Tapi, Kang."

"Rencanaku hanya untuk membalaskan dendam kepada Gajahwong. Bukan menuruti kemauannya. Jangan lupa bahwa kekuasaanlah yang membuat ibu kita mati."

"Bagaimana dengan Abimanyu? Dia pasti akan berada dalam masalah saat tau Senja hilang. Apa Kakang sama sekali tidak khawatir padanya?"

Sedikit demi sedikit Banyu menaruh bubuk penghenti pendarahan itu pada luka Senja. "Dia terlalu bodoh untuk menyadari bahwa bersekutu dengan Gajahwong tidak akan menghentikan rencanaku."

"Tapi selama bertahun-tahun Abimanyu sudah bertahan. Bukankah lebih baik kita juga mengajaknya. Bagaimanapun dia tetap saudara kandung Kang Banyu. Bukan saudara tiri sepertiku, Dahayu atau Wastu."

"Berhentilah bicara."

Banyu membopong Senja dalam sekali usaha. Di tengah kegelapan malam yang pekat. Raut wajah Banyu kembali seperti semula. Dia telah menebus semua kegagalannya beberapa hari lalu karena Abimanyu, saudara kembarnya.

Semula dia pikir Senja akan berpihak kepada Abimanyu karena Abimanyu telah memberitau jati diri Senja yang sebenarnya, tapi malam disaat dia mendapatkan kabar bahwa Senja tidak sekali pun menyentuh makanan yang disajikan untuknya saat berada dalam perlindungan Abimanyu, dia akhirnya menemukan jawaban.

Hati Senja kembali berpaut padanya. Obsesinya terhadap gadis itu tidak dapat dihentikan dengan mudah. Saat melihat Abimanyu mendapatkan Senja, kemarahan dan kebencian pada gadis itu memuncah berkali-kali lipat. Jika saudara kembarnya bertahan untuk menjadi baik selamanya, Banyu justru sebaliknya. Dia sadar menjadi orang baik akan membawanya pada akhir yang buruk.

❤️❤️❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top