Kesempatan
Banyu menatap kedua manik mata Senja dengan pandangan menilai. Apa pun yang dipikirkan perempuan itu sekarang seharusnya bisa dia prediksi, tapi saat Senja mengatakan bahwa kepercayaannya telah kembali pulih, Banyu menyadari ada yang berubah dari Senja. Tidak mungkin semua yang sudah terjadi semudah itu berubah. Kedoknya menikahi Senja telah terbongkar, apa alasan dia harus percaya bahwa Senja benar-benar berpihak padanya?
Senja selalu hidup dalam cangkang yang melindunginya selama ini. Banyu memilihkan keluarga yang tepat agar Senja diasuh dengan sangat baik seperti janji kepada mendiang ibunya. Meski menikahi Senja tidak ada dalam rencana awal Banyu, tapi dia tidak pernah menyesal mengambil keputusan itu. Selama tiga tahun pernikahan mereka, dia selalu membuat Senja merasa tak pernah dianggap. Dia ingin memupuk kebencian pada Senja agar dia tidak terbuai dengan kecantikan yang dimiliki perempuan itu. Selama tiga tahun pula, Banyu tidak pernah melihat ada yang berkorbar dari dalam diri Senja. Dia selalu hidup sesuai ritme yang monoton dan tak pernah punya keinginan sendiri untuk melawan.
Semua itu membuat Banyu yakin akan lebih mudah menghadapi Senja untuk membalaskan dendamnya. Tetapi sekarang yang dia temukan justru hal yang berbeda. Senja seperti orang yang baru saja tersadar dari realita yang ada. Banyu bisa merasakan perubahan itu dari sorot matanya. Bahkan Senja memaksakan diri untuk duduk saat raut wajahnya menggambarkan rasa sakit yang teramat sangat. Banyu sengaja tidak mencegah hanya karena dia ingin melihat apa yang akan dilakukan Senja.
"Apa pembuktian ini belum cukup?"
Awalnya Banyu tidak memahami apa maksud dari pertanyaan itu. Kemudian dia jadi paham apa yang ingin diperlihatkan Senja.
"Luka yang saya dapatkan ini, apa sudah cukup sebagai pembuktian bahwa saya memihak pada Mas Banyu?"
Banyu menarik bibirnya ke samping, "Jadi kamu melindungi saya hanya karena ini?"
"Tidak."
"Lalu?"
"Saya ingin Mas Banyu melihat saya. Saya ingin Mas Banyu hanya melihat ke arah saya."
Banyu tidak bodoh untuk tau apa yang Senja mau, tapi dia tidak akan semudah itu menyerah. "Selama tiga tahun kita menikah, kamu tidak pernah berusaha menarik perhatian saya. Kita selalu hidup di dalam batasan kita masing-masing. Seperti yang pernah kamu bilang, kalau saya memang lebih suka menghabiskan malam dengan perempuan yang berbeda-beda. Jadi kalau saya harus terikat hanya denganmu, apa untungnya bagi saya?"
"Saya tidak tau alasan pasti kenapa Mas Banyu mensetujui pernikahan ini sampai saya tau tujuan Mas Banyu mempertahankan saya. Saya masih ingin percaya apa yang dikatakan Dahayu dan Wastu adalah kebenaran. Saya ingin mengenal Mas Banyu bukan dari orang lain lagi, saya ingin mengenal Mas Banyu langsung tanpa perantara."
Banyu menyondongkan dirinya pada Senja, tatapannya masih sama. "Hati-hati Senja. Kamu bisa terluka lebih dari ini jika terus memaksakan diri."
Mereka terus menerus saling melihat satu sama lain. Banyu menaruh banyak kecurigaan, tapi Senja tetap berdiri pada pendirian. Dia akan lebih jujur pada hatinya. Walau wajah yang kini dia lihat mengingatkannya pada Abimanyu, tapi jantungnya hanya berdegup untuk Banyu. Dia jatuh cinta pada laki-laki yang menyimpan dendam padanya.
Jika memang tidak ada kepastian yang bisa dia dapati, Senja akan bertaruh sampai batas akhir. Meski dia tau, dia akan terluka saat mengikat diri pada Banyu. Setidaknya dia akan merasa cukup lega telah jujur pada dirinya sendiri. Dia tidak akan lagi berakhir sebagai pengecut yang hanya menerima keadaan, dan melarikan diri karena tak pernah diperhitungkan.
Senja menatap mata Banyu dan tenggelam dalam sorotnya. Dia tidak berharap ada yang menyelamatkannya dari sorot mata Banyu yang mengayunkan hasrat itu, dia tidak takut dengan kemungkinan buruk yang akan diterimanya cepat atau lambat. Sepenuhnya Banyu adalah orang asing yang ingin dia kenal.
"Kalau begitu jangan menganggap saya sebagai perempuan."
Kerutan di kening Banyu muncul seperti pusaran air sampai Senja mendaratkan ciuman yang lembut pada bibirnya. Ciuman itu tidak menuntut, tidak pula penuh gairah yang menyesakkan dada. Senja hanya menyatukan diri mereka pada poros yang ambigu. Saat tanda tanya semakin banyak bermunculan di dalam benak Banyu, Senja menjauh dan kembali menghubungkan mereka lewat tatapan mata.
"Saya tau Mas Banyu tidak menyukai saya, saya juga tau Mas Banyu membenci saya. Selama ini saya selalu menunggu Mas Banyu melihat ke arah saya dengan keyakinan kalau saya menurut, Mas Banyu akan senang dan akhirnya melihat ke saya, tapi kesempatan itu tidak pernah datang. Kalau bukan sebagai perempuan, Mas Banyu bisa melihat saya sebagai apa pun yang Mas Banyu mau, tapi jangan pernah mendorong saya untuk menjauh lagi."
"Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan? Itu terdengar terlalu arogan. Kamu yakın bisa menerima semua konsekuensinya? Bukankah bersama Abimanyu segala hal yang kamu inginkan bisa didapatkan dengan mudah? Bukankah bersama dia kamu akan tetap merasa aman?"
"Kalau benar begitu, saya tidak mungkin melarikan diri berasama Mas Banyu."
Banyu mendengus dan tertawa.
Sedangkan Senja gemetar dan ragu saat ingin mengatakan apa yang ada dalam benaknya. "Permaisuri. Ibu kandung saya. Saya akan membayar semua hutang ibu saya pada Mas Banyu. Sampai kapan pun."
Banyu menggeleng lalu berdiri, tapi sebelum itu lagi-lagi Senja menarik tangan Banyu agar tidak beranjak menjauh.
"Beri saya kesempatan. Sekali saja."
Banyu melihat ke arah genggaman tangan Senja dan dia menarik tangannya sendiri. "Kamu tidak harus membuktikan apa pun pada saya. Dan saya tidak harus memberikanmu kesempatan. Tetap berada di tempat kita masing-masing akan membuat semua jauh lebih baik. Kesempatanmu untuk kembali pada Abimanyu selalu terbuka."
"Sudah saya katakan, saya tidak ingin pergi."
"Kalau begitu maumu. Lakukan sesukanya. Tapi jangan meracau penyesalan dikemudian hari." Banyu kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Senja. "Karena saya bisa melakukan apa pun yang tidak pernah kamu bayangkan. Jadi jangan pernah memprovokasi saya lagi, Pembanyun."
"Saya akan berikan apa pun yang Mas Banyu mau."
Senyuman Banyu mengembang bak mawar di musim panas. Tatapannya turun menuju belahan dada milik Senja. Satu jarinya terayun dan membelai perlahan-lahan permukaan kulit yang selalu membuatnya tertarik untuk menciptakan seburat rona kemerahan di sana. "Kalau begitu, bisakah kamu berikan tubuhmu untukku?" tanya Banyu berbisik.
❤️🔥❤️🔥❤️🔥
Maaf ya aku telat update. Semoga kalian tetep suka sama cerita ini. See you on top.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top