Osis
Kriing!
Bel berbunyi nyaring menandakan waktunya jam istirahat, Alice lebih dulu membereskan buku-bukunya usai guru yang mengajar keluar kelas. Bagi Chloe itu adalah saat-saat dimana dirinya merasa gugup karna mereka akan pergi ke ruang osis.
Dia membereskan peralatan tulisnya, Menyusul Alice yang sudah berdiri lebih dulu.
"Chloe udah kan?"
"Udah, Yuk pergi," Ajak Chloe sambil berdiri.
"Yuk,"
Dia dan Alice bersama-sama keluar kelas, Sebelum itu Chloe sempat bertatapan dengan Evelyn yang juga melihat ke arahnya dengan ekspresi jutek. Buru-buru ia mengalihkan pandangan, Memutuskan kontak mata dengan gadis bersurai coklat potongan pendek itu.
Setelah di luar kelas barulah Chloe membahas tentang Evelyn pada Alice.
"Alice, Kamu kenal gak sama Evelyn teman sekelas kita?"
"Evelyn yang mana?" Sesaat Alice menoleh.
"Evelyn Redlusia, Dia sekelas sama kita. Barusan aku gak sengaja bertatapan dengannya," Kata Chloe.
Alice diam sesaat tampak memikirkan seuatu, Mereka terus melangkah mencari ruang osis. Aksi diam nya Alice membuat Chloe heran dan mengguncang pundak temannya pelan.
"Alice! Kamu kenapa?" Tanya Chloe cemas.
Alice tersentak sejenak sebelum memandang Chloe, Dia tersenyum lembut sembari menggeleng pelan.
"Aku gak apa-apa, Cuma mendengar nama Evelyn aku jadi teringat sesuatu tentangnya,"
"Apa yang kau ingat? Apakah sesuatu yang buruk?"
"Enggak, Bukan sesuatu yang buruk kok. Soal Evelyn, Aku memang mengenalnya. Dulu kami berteman dekat, Dia sahabat semasa kecilku," Alice mengalihkan pandangannya ke depan. "Jujur sebelum hubungan kami retak seperti sekarang, Dulu dia adalah sahabat terbaik yang ku punya. Dan masalah utama yang membuat hubungan kami merenggang adalah pihak keluarga kami yang ikut campur,"
Chloe memilih diam mendengar cerita Alice tanpa berniat menyela sedikit pun.
Alice tertunduk sesaat. "Keluarga kami saling bersaing dalam bidang teknologi, Dan saling bersaing untuk menjadi perusahaan teknologi terbaik no.1 di negara. Sejak dulu keluarga Brisken dan Redlusia tidak pernah akur. Itulah yang menyebabkan persahabatan kami retak. Masing-masing pihak kerluarga kami tidak menyetujui adanya pertemanan di antara kami, Sejak saat itu hubungan kami merenggang, Aku merasa kami seperti orang asing sekarang,"
Chloe merasa iba, Menepuk pundak Alice pelan. Berusaha menyemangati meski mungkin tidak sepenuhnya membuat Alice tenang.
"Aku turut sedih mendengarnya, Semoga kedepannya kalian bisa akur lagi dan keluarga kalian juga. Memang sulit jika keluarga sudah ikut campur," Kata Chloe mengusap punggung Alice.
"Aku harap juga begitu, Andai pihak keluarga kami tidak ikut campur mungkin hubunganku dengan Evelyn masih awet sampai sekarang," keluh Alice sedih.
Chloe hanya bisa menatap iba dan masih mengusap punggung Alice. Tak terasa mereka akhirnya sampai di depan ruang osis.
Sejenak keduanya saling pandang, Memberi kode siapa yang akan mengetuk pintunya duluan. Jujur saja, Alice dan Chloe sama-sama gak berani membuka pintu osis lantaran gugup, Dan takut kalau yang membukanya adalah si wakil ketos galak, Alias Ezra Miracle.
Akhirnya karna tidak ada satu pun yang bergerak dari tempatnya beberapa detik, Chloe memutuskan dirinya lah yang mengetuk pintu, Berharap cemas semoga saja bukan Ezra yang menyambut mereka.
Namun disaat diri kita sudah berharap, Kadang tuhan berkehendak lain. Seperti yang terjadi saat ini, Chloe melihat dengan jelas saat seorang pemuda bernetra hijau emerland membuka pintu untuk mereka.
Ketika bertemu pandang dengan Chloe, Ekspresi si pemuda berubah masam dan sinis. Dia memberikan tatapan tajam pada Chloe maupun Alice.
"Apa?" Katanya sinis.
"Ano...Kak Justin ada? Tadi kami dapat info dari kak Nio kalau kami harus ke ruang osis karna kak Justin mau ketemu," Sahut Chloe berusaha untuk terlihat tenang.
Ezra menatap datar sebelum membuka pintu lebar-lebar mempersilakan keduanya untuk masuk. "Masuk!"
Chloe menatap Alice sesaat memberi kode lalu memasuki ruang osis diikuti Alice. Ezra menutup pintu dan menyandarkan tubuhnya pada daun pintu sambil bersidekap dan menatap lurus Justin yang sedang mengecek beberapa berkas di mejanya.
Chloe memandangi seisi ruang osis, Disana cukup tenang dan damai. Dan anggota osis didominasi oleh laki-laki. Beberapa anggota osis sudah Chloe kenal seperti Felix yang sedang mengecek laporan anggaran sekolah, Neil yang sedang menulis sesuatu di buku sambil menyesap secangkir teh.
Ian yang sibuk baca light novel di sofa, Lalu Nio yang sedang main catur bersama pemuda bersurai hitam bercampur coklat di ujung rambutnya yang Chloe tidak kenal.
Sebenarnya masih ada beberapa anggota yang Chloe tidak kenal di ruangan itu, Contohnya pemuda bersurai silver yang sedang tidur di sofa satunya, Lalu pemuda bersurai orange yang sedang memeriksa beberapa laporan di meja lainnya dan pemuda lain bersurai ungu campur hitam di puncak rambutnya yang sedang membersihkan rak-rak buku dan benda pajangan di sana termasuk vas bunga.
Mereka memperlakukan ruang osis ini seolah seperti markas atau basecamp, Dan mereka masing-masing punya kesibukan sendiri kecuali Neil, Ezra, Nio, dan Ian yang tampak santai.
Puas memandangi sekitar, Tatapan Chloe tertuju pada Justin yang masih sibuk berkutat dengan berkas-berkasnya. Alice menyenggol pelan lengan Chloe, Meminta temannya untuk segera membuka suara agar mereka tidak berlama-lama disana.
"Permisi, Kak Justin-"
"Silakan duduk disana, Tunggu beberapa menit lagi," Potong Justin tanpa mengalihkan pandangan. Chloe bahkan belum menyelesaikan kalimatnya.
Dia dan Alice saling pandang dan mencari sofa kosong di ruangan itu. Disana terdapat 3 sofa panjang. 2 berwarna gold dan 1 berwarna biru. 2 sofa berwarna gold sudah ditempati Ian dan pemuda bersurai silver yang tidur di sofa. Tersisa sofa berwarna biru yang masih kosong.
Dia dan Alice langsung duduk di sofa yang masih tersisa, Diam-diam Alice memegangi perutnya karna merasa lapar, Dia menyesal seharusnya dia dan Chloe ke kantin dulu sebelum ke ruang osis. Ujung-ujung nya mereka disuruh menunggu, Alice harap tidak akan lama karna dirinya sangat lapar sekarang.
Sementara Chloe yang sudah lapar sejak tadi hanya bisa menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dengan pasrah. Ia harap perutnya tidak berbunyi minta makan sekarang, Akan sangat memalukan jika hal itu sampai terjadi terlebih lagi mereka sedang berada di ruang osis saat ini.
Tak!
Tiba-tiba saja salah satu anggota menyodorkan sepiring kue kering dan dua cangkir teh kehadapan mereka. Alice dan Chloe memandang heran pada anggota osis bersurai ungu campur hitam yang Chloe lihat sedang bersih-bersih tadi.
"Silakan dimakan, Maaf hanya ini yang bisa kami sajikan," Kata anggota osis itu dengan raut datarnya.
Alice mengangguk kecil dengan senyum sumringah. "Iya, Gak apa-apa,"
Chloe membalas dengan senyum riang, Ikut mengangguk. "Terima kasih kak, Ini saja sudah cukup kok,"
"Yang penting bisa ganjal rasa lapar dulu," Tambah Chloe dalam hati.
Anggota osis itu hanya mengangguk dan berlalu pergi dari hadapan mereka. Chloe dan Alice masing-masing mengambil kue serta cangkir mereka. Memakan dengan tenang.
"Kue nya enak sekali," Pikir Chloe senang setelah menggigit satu kue, Rasa coklatnya seakan langsung lumer di lidah sang gadis.
Alice juga tampak menikmati kue nya, Sesekali dia akan menyesap secangkir teh. Tak lama Justin sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Dia lantas membereskan berkas-berkas yang berserakan lalu meranjak dan mendekati sofa tempat Alice dan Chloe berada, Dia duduk disamping Ian tepat bersebrangan dengan Chloe dan Alice.
"Hm...Jadi setelah acara mos, Kami anggota osis bersama beberapa dewan guru sudah berdiskusi tentang hadiah yang didapat jika ada surat yang menarik perhatian kami. Awalnya kami berniat memilih salah satu diantara kalian saja, Tapi karna surat kalian sama-sama menarik. Jadi kami sudah mempertimbangkan semuanya," Kata Justin memulai obrolan.
Alice menghentikan makannya ketika Justin menjelaskan kenapa mereka di panggil, Termasuk Chloe yang langsung menghabiskan teh nya ketika si pemuda membuka suara. Sesaat Alice dan Chloe terdiam mencoba mencerna penjelasan Justin.
"Jadi apa yang kami dapat?" Tanya Alice bingung.
Justin meletakkan dua surat milik Chloe dan Alice di meja. Tak lama Felix datang membawa dua jas almameter dan lambang osis lalu memberikannya pada Justin. Justin menerimanya serta meletakkan benda-benda itu ke meja tepat dihadapan Alice dan Chloe.
"Mulai sekarang kalian adalah anggota osis, Alice menjabat sebagai wakil sekretaris 2 dan Chloe menjabat sebagai wakil bendahara 2," Kata Justin tersenyum tipis.
Mendengar keputusan itu seketika kedua gadis tersebut kaget tak percaya, Alice bahkan sampai diam membatu saking terkejutnya. Sementara Chloe masih tak bersuara sepatah kata pun.
Aksi diam-diaman itu mungkin akan terus berlanjut kalau saja tidak ada yang mengintrupsi obrolan mereka. Suara ketukan terdengar dari luar dan Ezra segera membukanya.
Cklek!
Sesosok pemuda bersurai coklat kehitaman berdiri diambang pintu sambil membopong salah satu siswa bersurai hijau yang tampak menahan sakit.
"...!"
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top