Aku menolak!
"Devian, Ada apa ini?" Ezra mengernyitkan alisnya ketika memandang pemuda bersurai coklat kehitaman di depannya.
"Terjadi sedikit masalah, Tapi lebih baik kita tolong dia dulu," Kata Devian melirik pemuda bersurai hijau yang dia bawa.
Ezra lantas menyingkir membiarkan Devian masuk, Seisi pasang mata di ruang osis itu memandang Devian. Devian mendudukkan sang pemuda di sofa tepat disamping Ian.
Felix bergegas mengambil kotak P3K lalu mengambil alkohol dan perban untuk mengobati luka yang di dapat sang pemuda.
"Tahan sedikit ya,"
Dengan hati-hati Felix mengobati siswa itu tepat di pipinya yang terdapat lebam biru, Sepertinya habis berkelahi.
"Ugh...Pelan-pelan Felix," Keluh siswa tersebut sembari menahan sakit.
"Ini sudah pelan, Tahan sedikit Ash," Kata Felix fokus mengobati siswa yang bernama 'Ash' itu.
Yang lain hanya memperhatikan pengobatan itu, Justin memilih mengalihkan pandangan dan kembali fokus pada Alice dan Chloe.
"Jadi bagaimana menurut kalian? Ini hadiah yang kalian terima jika mau," Kata Justin melanjutkan obrolan mereka yang sempat tertunda.
"Umm...Aku merasa ragu," Ucap Alice tampak bimbang.
Sementara Chloe langsung menggeleng. "Maaf, Tapi aku menolak!" Kata nya tegas.
Jawaban Chloe seketika menarik perhatian seisi ruangan, Mereka menatap sang gadis dengan bingung.
"Kenapa?" Justin merasa heran, Pasalnya ini pertama kalinya ada siswi yang menolak menjadi anggota osis. Sangat jarang hal ini terjadi di lingkungan sekolah mereka.
"Aku tidak ingin berurusan dengan osis, Lagipula mengemban tugas menjadi anggota osis itu cukup berat dan melelahkan. Jadi keputusan ini tetap ku tolak!" Sahut Chloe mantap, Tak ada sirat keraguan di mata nya.
Justin terhenyak kaget, Dia memilih bungkam beberapa saat. Dan hal itu juga membuat anggota osis lain heran, Termasuk Ezra.
Ezra yang tak terima karna ini pertama kalinya Justin di tolak oleh seorang siswi secara mentah-mentah membuatnya naik pitam, Dia lantas mendekati Chloe dengan nada membentak.
"Heh! Berani nya kau menolak hadiah dari Justin. Memangnya kau siapa hah!" Kata Ezra marah.
Dia menunjuk-nunjuk Chloe. "Kau itu masih jadi adik kelas saja sudah belagu!"
"Ezra, Sudahlah!" Kata Justin menahan pundak Ezra, Dia takut kalau sahabatnya itu malah memukul Chloe nantinya.
Bentakan Ezra yang nyaring itu juga sukses membangunkan pemuda bersurai silver yang sejak tadi tidur di sofa, Pemuda itu mengacak pelan rambutnya dengan pasrah karna merasa terganggu dengan bentakan Ezra.
Chloe menghela napas sesaat, Meski dibentak ia mencoba bersikap tenang.
"Aku tidak bermaksud merendahkan anggota osis, Tapi memang aku tidak ingin terlibat dengan klub mana pun termasuk osis. Jadi aku minta maaf kalau tolakkan ku membuat kak Justin dan kakak-kakak yang lain kesal atau semacamnya,"
Dengan tulus Chloe membungkukkan tubuhnya dalam-dalam sebagai permintaan maaf, Jujur saja dia dulu pernah menjadi anggota osis saat smp. Sungguh kegiatan osis membuatnya lelah maka dari itu Chloe memilih menolak hadiah yang Justin berikan.
Ezra masih dilanda emosi dan Justin hanya menenangkan sahabatnya itu dengan tepukan kecil di punggungnya. Sebelum mengalihkan pandangan pada Chloe.
"Aku mengerti, Lagipula kami disini juga tidak memaksa mu untuk menjadi anggota osis. Pilihan ada ditanganmu, Karna kau memilih untuk menolaknya. Kau bisa pergi sekarang," Justin mengangguk kecil meski sebagian dari dirinya merasa agak kecewa karna Chloe menolak hadiah itu.
Chloe hanya mengangguk lalu menoleh pada Alice, Hanya Alice yang masih belum memberi kan keputusan sekarang. Gadis bersurai coklat panjang itu tampak masih diam.
Hingga akhirnya Alice membuka suara setelah beberapa pertimbangan dalam dirinya.
"Baiklah, Aku mau menerima tugas sebagai anggota osis. Lagipula aku juga ingin merasakan pengalaman menjadi anggota osis," Kata Alice dengan senyum lembutnya.
Justin tersenyum tipis mendengar keputusan Alice lalu memberikan jas almameter dan dua logo osis pada gadis itu.
"Kalau begitu kuucapkan selamat datang, Sekarang kau resmi menjadi anggota kami. Sebelum kau pergi aku akan memperkenalkan anggota yang ada disini," Justin menunjuk satu-persatu anggotanya.
Pemuda yang membersihkan ruang osis tadi bernama 'Aiden', Lalu pemuda bersurai silver yang tidur di sofa bernama 'Livian Gevariel', Pemuda bersurai orange yang memeriksa berkas bernama 'Reandra Winter', Pemuda bersurai hitam campur coklat di ujung rambutnya yang bermain catur bersama Nio tadi bernama 'Raizel Freymon', Pemuda yang baru datang bersurai coklat kehitaman bernama 'Devian Orlindo', dan pemuda bersurai hijau yang datang bersama Devian bernama 'Ash Michelle'.
Justin memperkenalkan beberapa anggota osis, Alice mrnanggapinya dengan senyuman sembari memandangi satu-persatu anggota yang ada disana.
"Senang bertemu kalian, Mohon bantuannya untuk kedepannya," Kata nya ramah. Kemudian menatap Justin.
"Jadi kapan aku akan mulai ikut kegiatan osis nya?"
"Sore ini, Setelah pulang sekolah. Jangan lupa pakai jas almameter mu," Sahut Justin sambil menyesap teh nya yang di sediakan Aiden.
"Baiklah, Kalau begitu kami permisi kak," Alice masih tersenyum lalu menarik Chloe untuk cepat-cepat keluar dari sana.
Chloe hanya pasrah ketika Alice menariknya.
Blam!
Setelah Alice dan Chloe pergi, Felix duduk di sofa berwarna biru berhadapan dengan Justin. Begitu pun dengan Ezra yang duduk disamping Felix, Sementara Neil dan Raizel memilih duduk disamping Livian.
"Justin, Kau yakin memasukkan anggota cewek ke tempat kita?" Tanya Felix ragu.
"Yakin, Kenapa memangnya? Lagian dia kan anak dari keluarga Brisken," Sahut Justin datar.
"Brisken yang terkenal dengan perusahaan berteknologi canggih no.1 di negara ini kan?" Celetuk Devian yang diangguki Justin.
"Ya, Tidak masalah ada anggota cewek. Lagipula aku merasa Alice juga bisa diandalkan untuk membantu Nio," Justin melirik Nio yang sibuk bermain game di handphone nya.
"Dia juga terlihat cerdas, Makanya aku menempatkan dia di tempat yang sama dengan Nio," Tambah Justin sambil bersidekap.
"Iya sih, Tapi yang satunya menolak," Neil membuka suara.
"Tidak usah dipikirkan! Dia sendiri yang nanti menyesal karna menolak tawaran dari Justin!" Balas Ezra jutek, Mengingat tolakkan Chloe tadi membuatnya sangat kesal.
"Tidak apa-apa Ezra, Aku gak maksa kok. Justru yang dia bilang itu tidak salah, Terkadang jadi anggota osis itu melelahkan tapi ini sudah menjadi tanggung jawab kita. Kita tidak bisa melalaikan begitu saja," Ucap Justin. "Semoga saja dia bisa berubah pikiran,"
"Aku meragukan hal itu, Tapi kita lihat saja nanti," Ash ikut menimpali.
"Yah benar...," Justin menatap cangkir dihadapannya sesaat, Lalu menoleh pada Ash. "Ash, Apa yang terjadi padamu. Kenapa pipi mu lebam begitu?"
"Oh ini, Tadi aku lagi makan di kantin. Terus tiba-tiba anak kelas sebelah menghampiriku dan langsung memukulku begitu saja. Dia bilang kalau aku telah menggoda pacarnya, Padahal aku sama sekali tidak pernah mengenal pacarnya itu. Jadi kami sempat berkelahi disana," Jelas Ash kalem dengan ekspresi setengah kesal.
"Untung Devian kebetulan lewat dan melerai perkelahian kami," Tambah Ash.
"Ya, Aku saja sampai kaget gara-gara siswa kelas sebelah tiba-tiba mukul Ash. Niat nya sih tadi mau beli minuman, Nih anak malah terlibat perkelahian," Devian melirik malas pada Ash.
"Itu bukan salahku sepenuhnya, Dia sendiri yang negatif thingking duluan mengira aku menggoda pacarnya. Jangankan menggoda, Pacarnya yang mana saja aku gak kenal," Ash mendengus kecil.
Dan cerita Ash mendapat tawa meledek dari Neil, Felix, dan Raizel.
"Hahaha! Kasihan jadi korban salah sangka," Tawa Neil sambil memegangi perutnya.
"Mampus, Kena karma kan. Lagian ngapain juga minta pizza ku kemarin gak bilang-bilang," Raizel ikut menimpali sembari tertawa.
"Yang sabar ya Ash," Felix tertawa kecil.
Sementara Ash yang menjadi bahan tertawaan hanya mengerucutkan bibirnya kesal.
Ian yang menyimak sejak tadi sambil membaca light novel mulai tidak fokus karna keriuhan disekitarnya, Pemuda bersurai hitam dengan netra merah itu memilih meranjak dan pergi dari sana.
"Ian mau kemana?" Tanya Devian yang sadar kalau Ian berjalan pergi.
"Taman belakang sekolah," Balas Ian singkat dengan ekspresi dingin.
Tanpa menunggu jawaban teman-temannya, Dia berjalan keluar dari ruang osis. Mencari tempat yang bisa membuatnya tenang dan nyaman jauh dari keributan siswa dan siswi di sekolah ini.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top