Mulai Asing

Aku merindukanmu. Setiap hari rindu bertumpuk; meminta segera dilenyapkan dengan temu.

---

Apa aku terlalu egois?

Sebenarnya aku enggan mempertanyakan itu, karena aku sendiri sudah tahu jawabannya. Aku memanglah perempuan egois yang tak pernah mau mengalah. Aku juga pemarah. Masalah kamu membalas pesan lumayan lama seringkali kujadikan bahan perdebatan. Namun, kamu selalu memiliki cara untuk meredam emosi itu dan membuat aku kembali tertawa. Aku bersyukur karena kamu berbeda dengan kebanyakan laki-laki di luar sana yang apabila pacarnya merajuk malah bersikap tak peduli.

Kini hari-hariku tak hanya diisi oleh kebahagiaan. Berbagai masalah mulai muncul ke permukaan. Kita seringkali berbeda pendapat dan ujung-ujungnya bertengkar. Puncaknya saat Ujian Nasional sudah selesai dan kita harus melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Kita memilih sekolah yang berbeda; mengharuskan kita menjalani hubungan jarak jauh. Aku tidak mau begitu, tapi kita tak memiliki pilihan. Akhirnya kita tetap menjalaninya.

Aku terlalu egois karena selalu memintamu untuk tetap ada dalam keadaan apapun. Aku tak pernah sadar bahwa duniamu isinya bukan tentang aku saja. Pada hari-hari berikutnya obrolan di SMS sudah jarang sekali, bahkan menelepon saja hampir tak pernah. Kamu mungkin menemukan suasana baru di sekolahmu. Aku pun demikian. Sibuk mungkin menjadi alasan yang tepat mengapa kita tak lagi bertukar kabar.

Setiap hari yang dilalui tanpamu rasanya hambar. Aku merindukanmu. Setiap hari rindu bertumpuk; meminta segera dilenyapkan dengan temu. Hanya saja kita tak pernah memiliki waktu untuk sekadar mengirim pesan berisi kata rindu. Sehingga upaya bertemu pun menjadi sangat mustahil bagiku.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top