BAB VIII - 4
Genggamanku terhadap Paulianto/Komang terlepas. Aku dan Gaharu berguling satu rotasi ke belakang dia. Kami berdua terkunci dalam pergulatan. Aku berusaha melepaskan diri, tetapi Gaharu menggagalkannya dengan beragam pukulan.
Namun, karena tubuhku yang tebal aku masih bertahan. Aku masih bisa melihat Raihan yang bergegas mencari-cari sesuatu.
Kemudian, ia berlari ke arah Pak Jupri yang masih tertahan di dinding.
"Rai!! Argh! Kau ngapain!!?"
"Gambling!" ucapnya bergegas dan memanjat lemari rekan wisma kami. Dia merogoh-rogoh saku sang guru.
Dari balik jaket olah-raga yang beliau gunakan, Raihan menemukan secarik kertas yang dilipat rapih. Namun, kertas tersebut kumuh. Walaupun jauh, terlihat keberadaan noda-noda cokelat ada pada permukaan kertas itu.
"A-AArrrhggh!! Apa itu Rai!"
"Surat! Harusnya ke Bu Rohida!" ucap dia sambil memantikkan mancis dan menaburkan bedak jamur pada kertas itu.
"JANGAAANN!!" teriak Paulianto/Komang secara tiba-tiba.
Dia berdiri dengan gesit dan berlari menyeberangi aku dan Gaharu yang sedang bergulat.
Tetapi, aku tidak akan membiarkannya. Aku menyiapkan lengan dan tepat setelah dua detik iya berlari..., aku mendapatkan kaki Paulianto/Komang.
Ia tersandung dan aku terlepas dari cengkeraman Gaharu.
Paulianto/Komang berteriak sekali lagi. Cahaya memancar dari mulut dan matanya. Lampu-lampu wisma kembali berkelip, namun kelipan tersebut mulai memudar dari terang saat ini. Wisma Macan III kembali remang seperti sebelumnya.
Kekangan Pak Jupri mulai mengendur. Dia perlahan dapat menggerakkan lengan kirinya untuk lepas dari permukaan dinding.
Tetapi..., tidak hanya aku yang menyadari turunnya kekuatan Paulianto/Komang. Gaharu melihat lengan sang guru terlepas, dia pun menghadapku.
"Sekarang gua ga perlu LU!" bentaknya seiring dia menyepak perutku.
"ISTIRAHAT SEBENTAR!" teriaknya seiring dia menumbangkan lemari baju rekan wismaku kepada tubuhku yang terbaring di lantai.
Aku yang perlahan mulai lengah berupaya untuk meraih Gaharu yang menghujani Paulianto/Komang dengan pukulan.
"Kalau lu ga mau mati. Gua yang ngirim lu balik bareng pecundang yang lu pake sekarang!
"Gua kaga takut! Lu tau gua bakal selalu aman!"
Aku berusaha untuk mengangkat lemari ini tetapi, lenganku mulai bergetar. Berkali-kali aku terpeleset.
Di sisi lain, aku khawatir Gaharu akan mengincar Raihan. Tetapi, dengan kesadaranku yang tersisa, aku mendapati dia mengabaikan Raihan. Amarah dia memberikannya kacamata kuda kepada Paulianto/Komang, mengabaikan Raihan yang melompat dari kasur ke kasur.
Raihan pun mendarat di hadapanku. "Perlu dibantu?"
"Jangan, cari kepingan ketiga. Sepertinya kartu terakhir kita adalah untuk melepaskan Pak Jupri."
"Yakin?" ucap Raihan menghadap kepada Pak Jupri yang masih memegang wajah tenang seiring berupaya melepaskan diri dari kuasa Paulianto/Komang yang tersisa.
"Dia doang yang bisa membungkam Gaharu."
"Paham," balas dia seiring dia melangkahi lemari di atasku dan bergegas ke suatu kamar di belakang.
"Jangan diinjak!" bentakku merintih. "Juga, kau mau ke mana?!"
"Buku catatan!"
Buku catatan..., buku catatanku adalah buku catatan Paulianto sebelumnya. Dia benar. Buku itu adalah kepingan terakhir dari Komang.
Aku haya bisa terdiam menatap Gaharu menghabisi teman pertamaku. Pukulan demi pukulan. Memar demi memar. Darah demi darah. Semua membentuk pada tubuh Komang dan Paulianto berdiam di dalamnya.
Aku mencoba sekali lagi untuk berdiri. Kedua tangan kepada permukaan lantai. Wajah menatap tetesan keringat yang pecah di atas permukaan keramik. "RRRRRRAAAARRGGHHH!!!!"
Tiba-tiba...
BRRRRAKKKK!!!!
"Sudah selesai..." ucap suara dingin yang menggetarkan udara.
Aku kembali terjatuh saat mendengar dentuman dan suara itu. Suara yang begitu menciutkan hati. Saat aku mengangkat kepalaku, keringat dan darah yang mengalir pada wajahku menjadi dingin. Lebih dingin dari angin Magelang.
Aku memandang kepada Gaharu yang membiru dan tergesa-gesa mencari udara. Tangannya menggeliat mencakar-cakar kepada kaki yang mendarat tepat di tengah dadanya.
Kaki dari Pak Jupri yang menahan Gaharu tepat di tulang lemari baju warga Wisma Macan III.
"Sudah selesai. Gaharu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top