BAB VII - 2

Dia membantuku untuk menyampaikan informasi tanpa aku harus membuka mulut. "Sumpah, aku tidak bisa menyangkal kepintaran anak ini."

Secara tidak langsung, aku menjelaskan bahwa aku dibungkam oleh Gaharu dan pihak lain. Dan, bahaya yang aku hadapi sangat berat.

Walaupun itulah yang aku hadapi, aku dapat menuliskan, "Aku tidak akan membuat orang lain menanggung dosaku."

Raihan memandang jawabanku dengan begitu intens. Kesunyian di dalam ruangan pecah karena gir di dalam kepalanya berputar begitu keras.

Dia melanjutkan untuk menguraikan di halaman buku catatan itu.

Saat halaman itu kembali di hadapanku, aku memandang kepada pertanyaan, 'Orang lain, siapa?'

Aku berpikir keras untuk menjawab pertanyaan ini. Aku ingin menjawabnya. Namun, jika aku menjawabnya, aku merisikokan Raihan dan Komang.

"Haruskah aku menuliskannya?

"Tetapi...

"Rrrrhhhh...

...

...

"Ahh!!!"

Seketika aku teringat. Selama aku kecil, ayahku mengajarkanku cara-cara untuk berkomunikasi menggunakan gambar. Dia mengajarkanku untuk berjaga-jaga ketika kami bertemu dengan para pemalak tanah, menghindari mereka mengetahui lokasi lahan-lahan kami.

Aku bergegas menggambarkan stik golf dan kapal terbang alien. "Aku harap kau paham Rai."

Saat Raihan menerima tanggapanku, matanya berubah seketika. Matanya seakan berkata "Semuanya sudah jelas sekarang."

Dia pun bergegas untuk menuliskan uraian terakhir.

Dia mengembalikan buku catatanku dengan sebuah panah besar yang menghubungkan '... pegangan terdekat milik puding...,' dengan hasil deduksinya terhadap gambaranku.

Aku akhirnya berkata, "Tujuh puluh persen. Namun, tanganku terikat."

Komang yang memperhatikan 'komunikasiku' dengan Raihan menyahut, "Tidak apa-apa. Aku yang akan menggantikanmu."

"Tidak!" tegasku. "Aku tidak yakin dengan kon –."

"Jangan khawatir!" ketusnya kembali. "Kamu sudah berlaku banyak untuk aku Oni. Setidaknya, yang bisa aku lakukan adalah menggantikanmu untuk 'misi' ini."

"Ti –."

"Aku tidak akan menerima penolakan. Aku akan tetap melakukannya. Dan, aku yakin Raihan akan mendukung aku," kata Komang sambil berjalan kepada celah kamarnya.

Di belakang dia, Raihan mengangguk mendukung pernyataan Komang.

Aku terbisu. Tidak ada kata-kata yang akan meyakinkan Komang untuk tidak melakukannya. Matanya berbinar penuh semangat walaupun pucat lemahnya masih terlihat jelas.

"Baiklah," balasku mengiyakan. "Aku percayakan pada kau."

***

Cahaya mentari menyambut pagi hari Selasa di Kompleks SMA Abdi Negeri. Masing-masing wisma telah membentuk peleton untuk berangkat ke Ruang Persaudaraan untuk melaksanakan kegiatan sarapan.

Namun, hari ini sedikit berbeda. Gerak-gerik Angkatan 2013 saat berangkat terlihat lebih rapih dari biasanya, begitu sempurna hingga taraf yang tidak wajar.

Wajah-wajah mereka menatap tegang ke arah cakrawala pagi. Nadi mereka tercetak di balik permukaan kulit, mengekang kepalanya tegak.

Saat makan pun sama. Mereka pun tegang. Saat membagikan makanan kepada penghuni meja. Saat menyampaikan lima pertanyaan wajib. Semua terlihat..., tidak natural. Mekanikal.

Kegiatan makan usai. Semua penghuni Ruang Persaudaraan meninggalkan gedung untuk menuju lapangan apel masing-masing tingkatan kelas.

Barisan tertata rapih menghadap Gedung Charlie.

Pemimpin apel mengambil tempat.

Pembina apel mengambil alih pengarahan.

Namun...

Pembina yang mengambil alih bukanlah seorang panitia. Pembina yang mengambil alih adalah seorang pemimpin Pasukan Penegak Tata Kedisiplinan (P2TK). Sejumlah 21 personel menghadiri kegiatan apel pagi Angkatan 2013, bersiap di belakang barisan.

Kegiatan inspeksi kedisiplinan siswa dimulai hari ini.

Semua siswa Angkatan 2013 tegang, berharap agar mereka tidak ditarik untuk menghadapi sanksi. Raihan dan Komang pun tidak terkecuali.

Satu persatu orang-orang yang tidak memenuhi standar kerapihan SMA Abdi Negeri di tarik ke belakang, membentuk peleton baru.

Salah satu inspektur melakukan inspeksi ke Peleton Wisma III. Dia menatap kepada seorang siswa yang terapit antara Raihan dan Komang. Seorang siswa yang kerahnya cokelat bagai karat, wajahnya penuh memar, bahkan aroma amis dapat tercium darinya.

Otniel.

Seketika, Komang bergegas menghadapkan kepalanya. Dia ingin memberikan pembelaan bagi Otniel yang dipandang tajam oleh salah satu inspektur.

Otniel menggelengkan kepalanya.

Komang dan Raihan memandang kepada Otniel yang berdiam mengikuti tuntunan inspektur kedisplinan. Mereka tahu Otniel melakukannya untuk melindungi mereka.

Rasa khawatir dan sedih memancar tajam dari wajah Komang.

Perhatian kembali diarahkan kepada pembina apel. Sebelum apel ditutup, sang pembina memberikan pernyataan penutup.

Seiring pernyataan disampaikan, Komang berbisik kepada Raihan dengan badanya tetap menghadap ke depan, "Rai, aku berterima kasih untuk usahamu dan Oni. Aku tidak tahu mengapa dia berkeras melakukan ini demi aku.

"Aku..., aku akan mencoba untuk membantu kalian malam ini."

Raihan hanya mengangguk semu.

Apel dibubarkan.

Komang, Raihan, dan Otniel melakukan kegiatan belajar harian sebagai siswa SMA Abdi Negeri.

Kegiatan mereka bertiga dilanjutkan dengan kegiatan apel siang sepulang belajar.

Makan siang.

Persiapan perlengkapan kegiatan belajar malam dan seragam hari esok.

Makan malam.

Belajar malam. Misi Komang dan Raihan pun dimulai.

Komang dan Raihan berdiri di koridor Gedung Charlie, di hadapan pintu kelas tempat Otniel belajar. Lampu neon putih menyala remang menerangi tempat mereka berdiri.

Komang mendahului Raihan untuk membuka pintu kelas dan masuk ke dalam. Wajahnya terlihat was-was, namun dia menguatkan diri. Dia ingin membalas budi Otniel, hanya saja dia sedikit tersesat. Dia menginginkan sedikit arahan dari Otniel.

Namun, saat dia memasuki kelas, Otniel menangkap Komang di periferi mata. Dia segera menghadap Komang dan menggelengkan kepala dengan menampilkan wajah keras khawatir(1). Secara halus menyampaikan, "Aku tidak bisa membantumu kawan. Aku ingin, tetapi kalau aku bertindak, kau yang menanggung bebanku."

CATATAN

Wajah keras khawatir yang dimaksud adalah wajah yang terlihat marah, namun jelas datang dari rasa khawatir seseorang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top