6. Nic dan Sam

Awalnya Sam merasa kalau wanita muda di depannya adalah petugas dari dinas sosial yang akan memberinya penyuluhan agar tidak masuk jeruji lagi.

Di mata Sam, wanita muda ini cantik dengan rambut lurus hitam. Wajahnya sangat mulus tidak ada jerawat. Namun kepekatan warna lipstiknya membuat Sam menilai bahwa wanita itu usianya sudah dewasa dan terpaut jauh darinya. Sam memutuskan memanggilnya dengan sebutan tante.

"Jadi, kamu enggak ingat mimpimu itu?"

Sam mengangguk. "Sam lupa, entar kalau Sam inget Sam catet deh. Siapa tau mimpi Sam ini jadi hoki, biar bisa jadi nomor togel."

Nic mengembuskan napas terlihat seperti pasrah dengan ucapan Sam. Sesekali wanita itu tersenyum karena celoteh lucu Sam.

Cukup lama mengobrol akhirnya Sam mulai merasa kalau lawan bicaranya tertarik padanya. Bagi Sam, mata Nic seolah memberikan arti kalau Nic tertarik padanya. Entah dalam arti apa, Sam tak paham. Namun mendadak Sam ingat kalau wanita dewasa seperti ini pasti punya maksud tertentu mendekatinya. Pikiran Sam mulai diliputi dengan hal-hal yang berbau vulgar.

"Tante ada maksud apa ngeintrogasi Sam?"

"Tidak ada, kamu mirip sama teman saya. Tadinya saya kira kamu tuh dia," tukas Nic.

Mendengar ucapan Nic, Sam langsung meraba wajahnya. "Muka Sam pasaran, ya? Sampai mirip sama temennya Tante. Muka Sam juga tua, ya? Masa mirip sama orang seusia Tante," gumamnya.

Nic tertawa pelan berulangkali setiap Sam berceloteh. DiaSam merasa situasi sudah mulai mencair dan mengobrol dengan Nic sudah mulai hangat.

"Tante ketawa teros, emangnya Sam badut," gerutu Sam. Wajahnya sengaja dia buat seolah merajuk dengan bibir yang mengerucut.

"Enggak kok, kamu ganteng," tukas Nic tiba-tiba.

"Hah, Sam ngganteng? Ah, Sam jadi malu."

Sam tampak tertunduk dan malu-malu. Beberapa saat kemudian, Sam mulai berceloteh lagi. "Tante belom jawab, maksud tante deketin Sam apa?"

"Dari tadi kamu nanyain itu terus, Sam," protes Nic masih dengan tertawa pelan.

"Iya, Sam kan curiga. Sam gak pengen kayak cowok-cowok di film-film dewasa itu," ucap Sam pelan.

"Apaan, sih kamu. Ya enggak, lah."

"Iya, siapa tau aja. Sekarang kan aneh-aneh aja. Kebutuhan banyak, motor, jajan, baju baru, rokok," tukas Sam seraya menatap langit-langit.

"Memangnya kamu mau begitu?"

Sam mengembuskan napas panjang. Kembali dia menundukkan wajahnya dan kembali meremas tangannya. "Enggak, Tante. Tadinya Sam kira Tante deketin Sam karena mau itu. Maaf Tante, Sam bukan cowok murahan."

Nic justru tertawa pelan. Wanita itu menutup mulutnya. Sepertinya sejak tadi obrolan Sam selalu membuatnya gemas. Sam ikut tertawa dengan memperlihatkan barisan gigi putihnya. Matanya tampak menyipit.

"Enggak Sam, enggak. Kamu tenang aja, saya wanita baik-baik," timpal Nic.

"Ya kan, siapa tau. Tapi kalau Tante maksa mau gimana lagi. Sam sih mau, itu kalau Tantenya maksa loh, ya," jawabnya polos.

"Ih, Sam. Kamu ini nggak boleh ngomong gitu."

"Iya deh. Berarti bener, ya nggak ada maksud apa-apa?"

"Enggak Sam."

Sam tersenyum kembali. Dia mengembuskan napasnya kembali. Kali ini dia seperti tidak canggung lagi. Namun, pikirannya masih diselimuti tanda tanya. Mengapa wanita ini mendekatinya? Lantas, bagaimana wanita ini bisa sampai menyusulnya ke kantor polisi? Kapan wanita ini melihatnya, tahu dari mana Sam berada di sini? Jika memang benar Sam mirip temannya.

Sam angkat bicara lagi. Rasa penasaran benar-benar menyelimutinya. "Tante, Sam boleh nanya?"

"Boleh, silakan?"

"Tapi janji ya, jangan marah?"

"Janji."

"Tante sudah menikah belum?"

"Belum, Sam."

"Kenapa belum? Nungguin Sam?"

"Ha ha ha, bisa aja kamu, Sam."

Sam tertawa jail. "Kirain udah, kalau udah punya suami Sam takut masuk penjara lagi terus dihajar suami tante karena dituduh ngambil istri orang."

"Ha ha ha, aduh Sam. Stop deh, pikiranmu terlalu jauh, Sam."

Sam kembali mengerucutkan bibirnya dan menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal. "Ya kali aja. Sam nggak mau balik ke sini lagi, sumpah. Gegara ngeladeni Alif malah sam jadi Bang Napi."

Ucapan Sam ditanggapi Nic dengan tawa renyah.

Setelah bercakap-cakap, Nic mempersilakan Sam memakan buah tangan yang dibawanya. Apa saja yang dibawa Nic satu persatu dikeluarkan dari kresekdan disebutkan nama-nama makanannya. Sam melihat beberapa makanan dikeluarkan Nic dari dalam kresek hitam. Ada roti, sosis siap makan, kapucino siap minum, snack kentang, dimsum yang masih panas, dan air mineral.

"Apa Sam boleh makan, Tante? Bau dimsumnya itu loh, bikin Sam ngiler," ungkap Sam dengan mata yang tak terlepas dari sterofoam. Makin lama, Sam makin tidak malu-malu.

"Ini." Nic membuka bungkusan sterofoam dan menyodorkannya pada Sam.

Tanpa malu-malu Sam mengambil bungkusan itu. Namun, mendadak Nic menarik kembali bungkusan itu.

"Loh, loh, loh, loh. Kenapa, toh? Tadi katanya buat Sam?"

"Cuci tangan dulu!"

"Tangan Sam bersih, tenang aja."

"Cuci tangan dulu!" debat Nic.

"Kan pakai sendok plastik itu. Jadi nggak cuci tangan yo enggak apa-apa, toh."

"Sama aja, tetep biasakan cuci tangan sebelum makan," protes Nic.

"Dih, Tante ceriwis. Sama aja kayak emaknya Sam."

Sam menghabiskan semua makanan di dalam plastik itu. Padahal Nic sudah mengingatkan kalau Sam harus meninggalkan rotinya untuk Rehan. Sam tidak peduli karena katanya dua hari di penjara hampir sama seperti di neraka. Pengab dan tidak enak.

"Sam kenyang, bisa gendut lagi nih kalau Sam jadi anaknya Tante," ucap Sam sambil mengelus perutnya.

Setelah menghabiskan makanan, Sam diminta ganti baju dan Nic diminta menghadap ke staff kepolisian. Dengan kekuatan dan jabatan yang dimiliki Nic di instansi tempat kerjanya, Sam dibolehkan pulang lebih cepat dua puluh empat Jam dari waktu yang seharusnya.

Sam mengganti baju tahanannya dengan kaos putih dan celana denim berwarna dongker. Sam sangat canggung saat Nic menatapnya. Remaja itu merasa sangat ganteng setelah mengganti baju tahanan dengan baju casualnya.

Sam dan Nic mentanda tangani beberapa berkas. Sam diminta wajib lapor tiga kali dua puluh empat jam agar tidak berbuat onar kembali dengan teman-temannya.

Keduanya saling tatap dan melempar senyum setelah urusan benar-benar selesai. Sesampainya di lobi, tiba-tiba Sam menghentikan langkahnya. Nic ikut menghentikan langkahnya mengikuti Sam.

"Ada apa, Sam? Ada yang ketinggalan?" tanya Nic.

"Motor Sam dibawa pulang sama Mas Ari tetangga Sam. Boleh Sam minta sepuluh ribu buat ongkos ojek ke rumah Sam?" tanya Sam dengan wajah canggung.

"Ya ampun Sam."

"Iya, maap. Keluarga Sam kan seharusnya menjemput besok," tukasnya.

"Biar saya antar kamu, Sam," saran Nic.

"Beneran? Aduh maaf loh, Sam ngerepotin banget."

Nic tak menjawab, wanita itu berjalan agak cepat dan segera memencet remot mobilnya.

"Terima kasih Tuhan karena tiba-tiba mengirimkan tante-tante baik. Eh iya, namanya siapa ya?" gumam Sam.

Sam mempercepat langkahnya mengikuti Nic yang sudah memasuki mobilnya. "Tante Maaf, nama Tante siapa, ya? Dari tadi kita ngobrol Tante nggak sebutin nama Tante."

Author's note:

Gaes, sementara urusan kantor polisinya ini dulu ya. Aq males nanyain ke kantor polisi prosedur ngeluarin anak dibawah umur dari penjara. Kapan-kapan kalau ketemu polisi kutanyain. Tapi kalau temen-temen tau/kenal sama polisi boleh komen. Biar kuperbaiki.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top