27. Saya Sayang Kamu, Sam


Update lagi....

Hayo, mereka ngapain ya? Itu udah satu ranjang aja... apakah Nic kuat menahan gejolaknya? Apalagi yang dia suka adalah remaja. Jangan lupa bintang bintang di langitnya ya...

Dengan dibatas sebuah guling, Nic dan Sam akhirnya tidur di ranjang yang sama. Nic di sisi kiri dan Sam di sini kanan. Nic merasa canggung dia mencoba tidur memunggungi Sam yang tidur menghadap ke tengah. Namun, dia mengurungkan keinginannya dengan mencoba tidur berhadapan dengan Sam.

"Guling ini jadi batasnya, ya. Kalau misal tangan Sam melewati batas, Sam boleh dihukum," ucap Sam dengan wajah yang sangat dekat dengan wajah Nic. Sangat gerlihat jelas wajah Sam baginya.

"Dihukum apa, Sam?"

"Muka Sam dicoret pakai kapur, juga boleh," ucapnya pelan.

"Kayak main kartu."

"Eits, kalau Tante yang melanggar juga dihukum. Muka tante Sam coret pakai kapur," ucapnya.

"Sam, ada ada aja kamu," tukas Nic. Makin dekat dengan Sam, Nic makin tahu kalau Sam suka bercanda. Meski wajah Sam dewasa dibandingkan usianya atau anak seusianya, tetap saja tingkah Sam masih seperti remaja umumnya.

Dengan posisi tidur berhadapan seperti ini, Nic makin puas menatapi wajah Sam. Dadanya bergetar hebat, ada sedikit terbesit dalam hatinya untuk mengulum bibir dan menggigit lembut hidung mancung remaja itu. Sam benar-benar sensual.


Sam tersenyum ditatap Nic. Dia sepertinya sudah mengantuk berat. "Tante kenapa lihat-lihat? Nggak percaya sama Sam, ya?"

"Enggak juga," jawab Nic pelan dengan menatap mata Sam.

"Tenang aja, Sam janji Sam gak anak macem-macem ke Tante. Tapi, nggak tau kalau Tante mak... sa...," ucap Sam sebelum akhirnya tertidur.

"Sam," panggil Nic pelan.

"Zzz.... Grr..."

Sam mendengkur dalam tidurnya. Mulutnya agak mengangya dan dengkurannya membuat Nic tersenyum. Nic mendekatkan wajahnya tepat di hadapan Sam yang pulas tertidur.

"Boleh nggak, kalau saya kecup bibir kamu?" bisik Nic.

Tidak ada jawaban Sam. Remaja itu tidur nyenyak.

Nic tersenyum, dia menahan dirinya meski dia ingin sekali mengecup bibir Sam. Masih dengan menatap wajah tampan Sam yang jaraknya sangat dekat, dia mencoba makin mendekatkan dan bibir Nic seketika mendarat di kening luas Sam.

Aroma rokok, keringat dan pomade Sam bersatupadu dengan aroma tubuh Sam. Wanita muda itu merasakan aroma tubuh Sam jarak dekat. Dia justru tersenyum, dia sudah lama tak menghirup aroma maskulin pria. Meski dia sering menghirup wangi parfum mahal Arga, tetapi aroma maskulin pria justru dia rasakan dari tubuh Sam.

Nic membelai pelan pipi Sam yang berjerawat kecil. Belum puas, wanita itu mengecup kembali kening Sam. "Saya sayang kamu, Sam. Semoga saat kamu dewasa nanti kamu sukses. Aku selalu doakan kamu yang terbaik. Meski nantinya jodohmu orang lain, Sam. Kamu terlalu muda, jalan panjang masih harus kamu tempuh," bisik Nic seraya tersenyum. Lalu wanita cantik itu tertidur.

***

Gandrung masih berpikir keras. Siapa penari cantik yang dimaksud Yuwaraja. Dari beberapa penari, bisa-bisanya Yuwaraja tertarik pada satu orang. Bukankah seperti itu menandakan bahwa ada suatu keistimewaan dari perempuan itu?

Sudah beberapa kali gandrung menugaskan pengawal untuk mencari tahu, tetapi tak membuahkan hasil. Menurut para pengawal, penari itu sama saja. Sulit membedakan mereka karena topengnya. Mereka kebanyakan gadis penari dari rakyat biasa, jika dicari satu persatu akan sulit.

"Jadi pencarian ini bagaimana, Senopati?" tanya Atmaja, salah satu prajurit Gandrung.

Gandrung menghentikan langkahnya. "Biarkan saja, nanti aku yang akan bicara pada Yuwaraja," ucap Gandrung.

"Ampun hamba sebelumnya, Senopati. Bukankah Yuwaraja akan mempersunting Tuan Putri Jingga? Tuan putri Jingga sudah sampai di sini. Perhelatan akan digelar, tetapi mengapa beliau mencari penari itu?" tanya Atmaja penasaran.

"Suatu saat kelak engkau lebih dewasa, engkau akan tahu bagaimana jatuh cinta yang sebenarnya. Boleh jadi Tuan Putri Jingga yang akan menjadi istri Yuwaraja, tetapi tidak ada yang tahu hati Yuwaraja. Tuan Putri Jingga dijodohkan dengan beliau. Sementara gadis bertopeng ini, mungkin ini yang menawan hatinya," cerita Gandrung.

Atmaja yang seorang pengawal muda tersenyum menanggapi ucapan Senopati.  Atmaja masih muda dibandingkan Gandrung. Gandrung lebih memahami persoalan cinta.

"Ampun jika hamba lancang Senopati, apa senopati pernah jatuh hati pada seorang gadis?" tanya Atmaja.

Gandrung menatap Atmaja lalu tersenyum. "Pernah, saat aku belia. Dia gadis di luar kerajaan. Lama tak melihat dirinya, perasaan itu terasa memudar saja. Aku bahkan tidak tahu namanya."

Gandrung dan Atmaja menghentikan langkahnya di pinggir sungai bagian hulu kerajaan. Tepi sungai ini adalah tempat tenang, Gandrung sering menghabiskan waktu bermeditasi dan mandi. Bagian sungai ini sering menjadi pertirtaan warga kerajaan. Tidak dibenarkan jika ada seseorang dari luar kerajaan mandi di sini. Suasana tenang seperti ini membuat Gandrung betah bermeditasi.

"Jadi, senopati. Gadis seperti apa yang sekiranya akan membuat Senopati jatuh hati?" tanya Atmaja penasaran.

Gandrung menatap kosong area sungai. "Banyak gadis cantik di kerajaan, bahkan kerajaan lain yang menaruh hati padaku. Tetapi, aku akan jatuh cinta hanya pada gadis yang membuat dadaku berdebar," tukas Gandrung.

"Senopati tidak melihat rupanya? Budi dan pekertinya?"

Gandrung menggeleng. "Rupa cantik jelita banyak kutemui, tetapi tiada seorang pun membuat jantungku berdebar hebat. Aku akan bertekuk lutut pada seorang gadis yang membuat jantungku berdebar, dan jika bersua dengannya waktu serasa berhenti berputar," tutup Gandrung.

Hingga saat ini belum ada gadis yang membuat jantungnya berdebar. Konon ada seorang putri dari kerajaan seberang yang perangnya dibantu Pancapura terkesima padanya. Akibat dari kemenangan perang itu, bahkan dia diminta untuk menjadi pangeran. Namun Gandrung yang setia pada Pancapura menolak dengan halus.

Gandrung melanjutkan semedinya di tepi sungai. Ada sebuah batu besar di bawah pohon rindang, di atas itulah dia biasa duduk bermeditasi. Gandrung bertelanjang dada menikmati sejuknya udara sekitar sungai dan mendengar syahdunya suara aliran sungai . Segala pakaian, asesoris, dan senjatanya dia titipkan pada Atmaja untuk disimpan. Dia memulai ritualnya seperti biasanya, sementara para pengawal setianya, menunggu di luar area sungai.

Selama bermeditasi, dia merasa tenang dan damai. Namun, saat matahari hampir terbenam kala ia membuka matanya, pemuda itu sangat terkejut melihat seorang gadis sedang mandi di tengah sungai.

"Siapa gerangan wanita yang bisa memasuki sungai ini. Bukankah seharusnya aku seorang diri yang ada di sungai ini," ucapnya dengan tangan yang masih menelungkup di dada.

Terbelalak mata itu melihat bahu kuning langsat dan rambut panjang tergerai basah. "Berani sekali dia bertelanjang, jika ada pemuda jahat, dia bisa dicelakai,"umpatnya. Sengaja dia tidak menegur gadis itu. Gadis itu seperti menikmati mandinya di sungai. Dia tidak tahu mata seorang Senopati tampan memperhatikannya karena telah memasuki wilayah meditasinya.

Gadis itu seperti pernah dia temui, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas karena gadis itu berada di tengah sungai yang cukup dalam. Aliran sungai yang tidak deras itu cukup menutupi tubuhnya hingga yang terlihat oleh gandrung adalah bahu dan rambutnya saja.

Gandrung mengerutkan kening, dia seperti mengenal gadis itu. Dia memejamkan matanya dan berpikir keras, siapa gadis itu?

"Siapa dia?"

"Siapa dia?"

"Siapa dia?"

Kata-kata itu menggema dan membuat segala pandangannya samar-samar, lalu gelap. Dia gelagapan, lalu matanya terbuka lebar. Dia berada di kamar bernuansa warna lembut. Dia teringat dia tidur di kamar Nicole.

Sam langsung terbangun melihat Nicole yang masih tertidur pulas. Wajah Nicole tampak tenang saat tertidur. Di mata Sam, meski wanita dewasa itu tertidur dia tetap terlihat cantik. Wajah aslinya terlihat jelas olehnya karena segala polesan make-up telah dihapusnya sebelum tidur.

Sam duduk dan kembali menatap Nicole yang tidur di sebelahnya. Remaja itu menyelimuti Nicole hingga ke bahu wanita itu. Lalu, Sam tersenyum.

"Bukannya yang di mimpi lagi mandi itu Tante Nicole, ya? Aku apal wajah dan siluet badan Tante Nicole dari jauh. Lebih baik aku enggak usah cerita deh, aku malu, masa aku cerita mimpi lagi lihat dia mandi di kali. Yang ada aku di dampratnya," ucap Sam pelan.

Sam kembali menatap Nic yang masih tidur. "Tante, tunggu di sini, ya. Sam mau mandi dulu, udah pagi."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top