25. Menginap di Rumah Nic



Nic akhirnya benar-benar pulang bersama Sam. Dia dibonceng motor RX King milik Sam. Selama perjalanan, mereka bercerita cukup panjang. Topik yang selalu dipertanyakan Sam adalah Arga. Remaja itu seperti tidak bisa menghilangkan Arga dari pikirannya. Baginya, Arga adalah sosok pria sempurna dan tentu pria seperti itu adalah idaman. Sangat jauh dibandingkan dirinya.

Setelah makan ayam geprek permintaan Sam, perjalanan yang cukup jauh itu mereka lanjutkan dengan santai. Nic sesekali menatap wajah sam melalui kaca spion. Meski tertutup helm dengan kaca transparan, wajah Sam terlihat mengagumkan baginya. Kadang Sam membalas menatapnya melalui kaca spion dan tersenyum tersipu karena salah tingkah.

Sejujurnya, Nic juga ingin memeluk punggung Sam. Namun ia tak ingin Sam menganggapnya wanita terlalu berani karena memeluk anak di bawah umur. Meski usia Sam enam belas tahun, entah mengapa punggung itu seperti tampak dewasa dan seperti bisa menahan beban hidup, termasuk beban perasaan dan harapannya.

Nic memajukan tangannya dan meraba sangat pelan punggung Sam. Sangat pelan dan dia sangat ingin Sam tidak mengetahui yang dia lakukan ini. Sangat pelan meresap di hati. Wanita itu sebenarnya menginginkan punggung itu menjadi tumpuan hidupnya.

"Sanggupkah anak sekecil itu?" lirih Nic dan menarik tangannya.

Tak berapa lama akhirnya mereka sampai di sebuah kompleks perumahan yang dinilai cukup elit untuk daerah kabupaten yang mereka tinggali. Nic tinggal di jantung kota kecil Sungai Jernih.

Sungai Jernih bukan ibukota Dahrmawangsa, tetapi daerah ini paling pesat dibandingkan kecamatan lain di dalam wilayah Dharmawangsa. Gaya hidup masyarakatnya dinilai hampir sampai dengan masyarakat kota. Hingga daerah ini menjadi tempat populer untuk bersekolah, dan beberapa kantor pemerintahan dan perusahaan juga berlokasi di daerah ini.

Sam menghentikan motor RX Kingnya di depan pagar putih rumah Nic yang berdesain minimalis. Nic membuka pagar rumahnya, dan mempersilakan Sam masuk. Remaja itu mengekori Nic sambil melihat-lihat rumah Nic yang berdesain minimalis dengan cat dominan putih dan hitam.

Setelah membuka pintu, Nic mempersilakan Sam duduk di sofa ruang tamu. nic menyalakan lampu rumahnya, terlihat jelas ruang tamu yang memiliki beberapa foto keluarga.

Nic kebelakang dan mengambilkan Sam minuman dingin yang ada di lemari es. Ketika wanita itu kembali ke ruang tamu, dia melihat Sam yang sedang berdiri sambil memandangi foto keluarga.

"Sam," panggil Nic pelan.

Sam menoleh dan menaikkan alisnya. "Cowok itu mirip banget sama Tante. Kembar?" tanya Sam seraya menunjuk foto saudara kembar Nic.

"Hmm, itu kakak saya. Namanya Nicolas," ucap Nic seraya membukakan kaleng minuman dan memberikan pada Sam.

"Oh, ada di dalam rumah?" tanya Sam. "Sam takut ditembak."

Nic tersenyum dan menggeleng. Tampaknya Sam sudah melihat foto Nicolas yang berseragam loreng. "Dia dinas di Papua," jawab Nic.

"Oh, mudah-mudah si Om dapat jodoh orang sana," canda Sam.

"Dia udah nikah, Sam," timpal Nic.

"Eh, udah, ya. Kirain belom," lanjut Sam.

"Udah, beberapa bulan yang lalu," timpal Nic setelah menyeruput minuman.

"Kalau orang tua Tante ada?"

"Enggak juga, kedua orang tua saya sudah meninggal. Kalau ibu saya sudah lama, kalau ayah saya sekitar enam tahun yang lalu," cerita Nic.

"Oh, maaf."

"Enggak apa-apa, Sam," jawab Nic.

Setelahnya, Sam kembali melihat-lihat foto yang terpampang di dinding. Remaja itu tampak serius melihat foto keluarga Nic.

"Sam punya saudara?"

"Saudara kandung?"

"Iya."

"Sam punya adek cewek. Waktu Tante ke rumah, dia lagi sekolah. Oh, iya jadi Tante sendirian?"

Nic mengangguk. "Menjelang Nicolas pulang. Dia ke Papua cuma enam bulan. Mungkin akan balik lagi sama istrinya ke sini. Mungkin juga enggak," cerita Nic.

"Daripada sepi, mending Tante nyari teman, masa tinggal di rumah segede ini sendirian. Apa nggak takut?" tanya Sam.

"Enggak biasanya sama Fanny juga, Kok."

"Eh, bukan temen itu. Temen hidup maksud Sam," ucap Sam menasehati.

"Belom ada orangnya, Sam," jawab Nic gemas. Wanita itu langsung cemberut setelah disenggol Sam tentang pernikahan.

"Lha, itu Om Arga," goda Sam.

"Enggak, Sam. Itu temen," sanggah Nic.

"Temen apa demen," gerutu Sam.

"Temen, Sam," tukas Nic mencubit lengan Sam.

"Cie.... Cie.... Om Arga," goda Sam sambil menyipitkan mata.

"Apa sih, Sam'" desis Nic. Wanita itu memukul pelan lengan Sam

"Ya udah, Sam sih sebenernya mau juga nemenin, tapi Sam bocil. Sam takut ditembak Om Nicolas," canda Sam.

"Bisa aja kamu, Sam," ucap Nic tertawa.

Lalu tanpa sengaja mereka saling bertatapan. Cukup lama saling tatap dan diam tanpa kata-kata. Nic dengan jelas menatap mata indah Sam. Mata bulat yang benar-benar dia sukainya dan muncul di mimpi random-nya.

"Sam."

"Tante."

"Enggak jadi, Sam," ucap Nic menunduk. Sebenarnya ingin sekali hatinya mengatakan bahwa dirinya jatuh cinta pada Sam. Cinta memang datang tiba-tiba, bahkan di waktu yang salah sekalipun. Seperti saat ini, seolah cinta Nic pada Sam berada di waktu yang salah di mana usia menjadi penghalangnya.

Lama saling diam, mendadak hujan lebat. Sam langsung keluar dan menghentikan langkahnya tepat di teras. Lalu, remaja itu memasang hoodinya dan mendorong motornya memasuki teras samping rumah Nic yang beratap.

"Sam," panggil Nic.

sam mendatangi Nic setelah memarkirkan motornya. Remaja itu melipat tangannya. "Hujan, Tante. Mana langsung lebat," sesalnya.

Tak lama, Nic membawakan handuk untuk Sam supaya mengeringkan rambutnya. Sam mengambilnya dan mengeringkan rambutnya yang basah karena derasnya hujan.

"Tunggu hujanya di dalam aja, Sam," tawar Nic yang diangguki Sam. Lalu, remaja itu kembali masuk dan duduk di sofa sambil mengeringkan rambut ya dengan handuk yang diberikan Nic.

Akhirnya suasana pun hening. Nic tidak tahu harus bercerita apa lagi. Wanita itu menatap Sam sekilas lalu mengalihkan pandangan ke arah lain agar tidak kentara jika dirinya memperhatikan remaja tampan itu.

"Di sini hujan sekali-sekali, sekalinya hujan langsung deras," ucap Sam basa basi.

Nic menoleh ke arah Sam. "Iya, tadi waktu mencari benda-benda kuno juga udah mendung, sih. Tapi kan lumayan gak terlalu panas," tukas Nic.

"Sekarang benda-benda kuno itu mana, Tante?" tanya Sam.

"Oh, tadi dibawa petugas dari divisi kurasi," jawab Nic.

"Apa itu kurasi?"

"Singkatnya itu, di sortir dicek gitu maksudnya. Ya sambil dikurasi di cek spesifikasinya, detailnya, apa aja yang retak, patah dan lainnya," jawab Nic,

Sam mengangguk-angguk sambil memegang dagunya.

Setelah sedikit bercerita, Sam tampak sesekali mengintip dari jendela. Remaja itu mendesah karena hujan makin lebat saja. Petir juga menyambar bergantian dengan suara yang cukup keras.

"Kayaknya, Sam terobos hujan aja deh, Tante," ucap Sam sambil menatap Nic.

Nic menatap ke arah pintu rumahnya yang masih terbuka. Mengingat hujan sederas itu sebenarnya tidak tega membiarkan remaja enam belas tahun menerobosnya, apalagi kediaman Sam jauh dari sini.

Nic mengembuskan napas. Tidak, dia tidak tega membiarkan remaja itu pulang sendirian. petir, gelapnya jalanan kebun karet menuju rumah Sam, dan hampir tengah malam. Nic terlalu mengkhawatirkan Sam, dia menyayangi remaja itu dan sudah pasti dia tak ingin sesuatu terjadi pada Sam.

"Sam?" panggil Nic.

"Iya, Tante?"

Nic mengembuskan napas. "Sam, saya khawatir kamu kenapa-kenapa di jalan. Rumah kamu jauh, waktu saya antar kamu ke rumahmu, kamu pernah cerita kalau di jalan itu banyak begal."

"Iya, Tante. Kadang kalau hujan lebat Sam juga takut pohon-pohon tumbang enggak kelihatan."

"Sudah kemalaman kalau nunggu hujan reda," jawab Nic.

"Enggak apa-apa, Tante. Mudah-mudahan Sam bisa," tukas Sam bersemangat.

"Kamu di sini aja, besok pagi aja pulang."

"Hah, Sam nginep di sini?" tanya Sam dengan mata melotot.

"Iya."

"Trus kita ngapain?" tanya Sam berbinar dengan menggosok kedua tangannya.

"Jangan mikir aneh-aneh, Sam," jawab Nic sebal.

"Aneh-aneh gimana? Tante tuh yang mikirnya aneh-aneh. Kita kan bisa nge-ML berdua," ucap Sam.

Nic mengerutkan keningnya. Jangan sampai mimpinya menjadi nyata, sebab Sam masih di bawah umur. "ML apa, Sam! Anak sekarang pikiriannya kok gitu sih!"

"Loh, Tante apaan, sih? ML itu mobile legend. Mabar kita, mabar main bareng. Pasti tante ngiranya ML itu make love ya?"

"Ih, Sam," ucap Nic malu dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Dia itu hampir saja berpikiran negatif hanya karena ML yang memang sebenarnya dia kira bercinta.

Sam tertawa jahil. "Parah sih, pikiran orang dewasa," papar Sam.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top