23. Catatan Mas Ari



Akhir dari ekskavasi makin dekat. Perlahan bukti kecil menunjukkan beberapa fakta kerajaan Pancapura. Penemuan itu memperoleh beberapa  bangunan kecil yang tertimbun tanah, cawan kuno, dan prasasti yang ukurannya tidak terlalu besar.

Dugaan Nic dan Fanny perihal lokasi kerajaan Pancapura ternyata tidak meleset. Kini tinggal membuat laporan,  menyimpulkan dan menggabungkan dengan catatan dari beberapa penelitian universitas.

Untuk mempertegas penemuan dan laporan, mereka mencoba membaca catatan yang ditulis Ari sepanjang ekskavasi berlangsung.

Ari lebih banyak menuliskan perihal orang-orang penting yang dia nilai sebagai tokoh utama dalam kehidupan kerajaan pancapura. Ari hanya menceritakan apa yang dia lihat tentu saja berkaitan dengan pekerjaan Nic yaitu tentang kerajaan Pancapura.

Nic mengenakan kacamatanya dan memulai membaca catatan Ari yang ditulis dengan tulisan yang sedikit berantakan. Nic paham jika Ari sudah lama tidak menulis dengan tangan. Anggapannya, pria itu tentu lebih sering menulis dengan ponselnya atau dengan laptop.

Nic mendudukkan tubuhnya di tenda tamu. Sengaja dia menjauhi keramaian, sebab catatan Ari bersifat sangat rahasia.

Catatan :

Tamu dari Swarnabhumi bukan hanya petinggi kerajaan, melainkan beberapa orang dari kasta Sudra yang dipekerjakan di Pancapura. Mereka ada yang bekerja sebagai dayang, ada yang berdagang, buruh peternakan, buruh tenun, dan ada yang bekerja di bidang seni.

Mereka yang bekerja di bidang seni akan bekerja pada saat pagelaran atau saat kerajaan mengundang mereka untuk pagelaran di istana. Seni itu berupa seni beladiri, tari, menyanyi dan lakon.

Satu yang saat itu menjadi perhatianku adalah gadis bertopeng yang menjadi pusat perhatian. Sebenarnya, para penari itu bertopeng semua. Namun, satu dari penari yang cukup gemulai dengan tubuh yang molek menarik perhatian Sang Yuaraja dan Senopati.

"Gandrung, engkau titahkan seseorang untuk mencaritahu penari yang itu," ucap Yuwaraja yang sangat tampan dan muda.  Pria itu memiliki aura seorang raja yang arif dan bijaksana. Sama seperti ayahnya Sang Raja.

Gandrung mengerutkan keningnya. "Ampun, Yang Mulia. Mereka semua bertopeng. Hamba tak tahu yang mana Yang Mulia maksud," tukas Gandrung yang duduk di sebelah Yuwaraja.

Gandrung benar, bagaimana mengetahui yang dimaksud Yuwaraja. Mereka semua serempak mengenakan pakaian hijau dengan wajah tertutup topeng.

"Kau benar, seluruh dari mereka mengenakan vastra hijau. Namun, penari yang di barisan depan sebelah kiri tak sengaja menatapku. Tatapan di balik topengnya seperti indah saja. Kau lihat hidungnya, hidungnya pun bahkan tinggi," cerita Yuwaraja.

Gandrung menatap Yuwaraja. Permintaan pria muda yang menjadi calon penguasa itu tentu saja sulit. "Izinkan hamba menghapal hidung dan tubuhnya, emben hamba akan titahkan Bimasena menemui Nyai Damar Asih," ucap Gandrung.

Sang Yuwaraja tak mempertanyakan Nyai Damar Asih. Pria itu tahu tentang pandepokan seni di desa Tanggul yang dipimpin wanita paruh baya itu.

Lalu, setelah pagelaran seni itu diselenggaran, terlihat di mataku kalau mereka mengadakan perjamuan makan malam yang hidangannya di sediakan di meja makan. Nah, cawan membatu penemuan ekskavasi itu adalah cawan yang biasa mereka pakai.

Saat para petinggi kerajaan menikmati hidangannya, Gandrung justru keluar dan mencoba menghapal para penari yang lewat. Satu persatu dia coba lihat. Mereka yang lewat memberikan salam hormat dan tak ditatap lama oleh Gandrung. Namun, satu gadis yang lewat membuat perhatiannya teralih.

Gadis itu memberi salam hormat dan menunduk dengan kedua tangan yang menelungkup di dada. Gandrung mengangguk sebagai isyarat dia menerima hormat gadis itu. Setelah di tatap lama gadis itu pergi. Gadis itu tak sempat membalas tatapan Gandrung. Sudah biasa begitu, sebab Gandrung adalah orang yang sangat disegani.

Baiklah Mbak Nicole, di prasasti yang sebelumnya ditemukan tim-nya Mbak Nicole yang menduga kalau Gandrung dan Nawang adalah penguasa adalah salah. Mohon untuk Mbak yang memberikan penjelasan nantinya di penelitian Mbak Nic.

Sebab penguasa yang saya lihat dari sini sehari-hari dipanggil Yuwaraja. Yuwaraja itu adalah sebutan orang zaman itu untuk calon raja. Bahasa kita sekarang adalah putra mahkota. Kurasa Mbak Nic paham dengan penjelasannku.

Nah mohon maaf sebelumnya. Ini bukan maksud untuk menyama-nyamakan atau mengkaitkan segala hal atau asal bicara. Namun, itulah terawanganku kalau Yuwaraja itu sangat gagah rupawan dan sangat mirip dengan teman Mbak Nicole yang bernama Arga.

Nicole langsung melotot, ternyata terawangan Ari sama dengan silsilah Arga yang sering jadi buah bibir kalau dia adalah keturunan Pancapura yang kesekian. Arga sangat dihormati di daerah sekitar dia tinggal. Dia juga anak keluarga kaya raya pemilik lahan sawit yang jumlahnya ratusan hektar. Pria itu tak pernah menyombongkan dirinya atau pamer kepada siapapun bahkan di kantor.

Boleh jadi kalau Mbak Nicole menanyai tentang keluarga Arga bagaimana kalau mereka masih menyimpan catatan tentang keluarganya.

Masih dalam terawanganku. Jika mbak Nicole tidak percaya kalau Arga adalah keturunan Pancapura. Mbak pasti tahu situs cagar budaya batu pedang menancap. Dulunya adalah sebuah desa sekitar 15 kilometer dari tepi jalan raya dekat sungai. Di sana Sang Yuwaraja sering merenung dan meditasi. Yuwaraja menyukai suasana di desa itu. Desa di mana penduduknya ramah dan pekerjaan utamanya adalah bertani. 

Terawanganku masih lemah, sebab aku melihatnya melalui perantara pandanganku terhadap Mas Arga. Saat itu Yuwaraja ingin memurnikan keturunannya agar Pancapura tidak redup meski zaman berubah.

Yuwaraja mengambil pedangnya dan mengangkat tinggi-tinggi. "Akan kutancapkan pedang ini sebagai bukti bahwa Pancapura tidak akan redup. Siapapun yang akan menjadi keturunanku maka dia bisa menarik pedang ini dan menjadi penguasa Pancapura," ikrar Yuwaraja.

Lalu langit pun berubah menjadi gelap dan petir menyambar kala itu. Lalu, pedang Sang Yuwaraja berubah warna menjadi merah dan segera dia tancapka ke sebuah batu besar hingga pedang itu menancap sempurna. Hingga saat ini belum ada yang bisa melepas tancapan pedang itu. Namun, aku yakin kalau Mas Arga bisa.

Ramalan ku untuk masa depan (boleh percaya atau tidak) di usia matangnya Mas Arga akan menjadi penguasa Dharmawangsa yang dulu adalah Pancapura. Panca artinya lima dan pura artinya kota. Pancapura adalah gabungan lima kota yang bersatu menjadi sebuah kerajaan.

Nicole mengusap dagunya dan mengangguk. Meski tulisan ari sedikit berantakan, tetapi cerita terawang yang dia tulis sangat cukup jelas. Wanita muda itu sangat terbantu dengan catatan ini, dia mengagendakan untuk melihat batu tertancap yang memang menjadi peninggalan kerajaan Pancapura yang mana situs itu dikelola balai cagar budaya.

"Terima kasih Mas Ari, ini sangat membantu," gumamnya pelan sambil tersenyum.

Setelah ini dia akan melakukan wawancara dengan keluarga Arga dan mencoba menghubungi peneliti dari Universitas  Daneswara untuk perkembangan lanjut catatan sejarah kunjungan Kerajaan Daneswara. Universitas tersebut memang diberi nama sesuai dengan nama kerajaan besar Daneswara yang mengunjungi Pancapura.

Catatan Ari cukup memberikan dorongan untuk penelitian lanjutan. Meski ini tentu saja di luar nalar. Namun, catatan Mas Ari memiliki kesamaan dengan realita, misalnya Arga.

Nic kembali membuka halaman selanjutnya catatan itu.

Sekian dulu terawanganku. Ada banyak terawangan yang didapatkan, tapi mengingat saya nggak biasa nulis pakai tangan dan hari juga sudah sore. Mungkin kelanjutannya saya kirim ke email Mbak Nicole. Alamat email Mbak Nicole sudah saya dapat dari Mbak Fanny.

Untuk selanjutnya saya akan mengulas tentang Gandrung Sang senopati. Boleh percaya boleh enggak. Kalau wajah Gandrung dalam terawanganku itu mirip bocah nakal yang Mbak Nicole bebaskan dari penjara dan ninggalin aku di parkiran.

"Sam!" Nicole terkejut dan melotot. "Sam, Gandrung? Mimpiku?"

Lanjut akan saya kirim lewat email, karena semua ini ada kaitannya sama Mbak Nicole.

Nicole makin terkejut dan dadanya berdebar. "Sam? Aku? Mimpiku? Gandrung? Apa dalam mimpiku adalah Gandrung?"

Debar dada Nic mengingat pria tampan dalam mimpinya. Pria itu berbadan tegap dengan otot yang kuat. Dalam mimpi itu memang sangat mirip dengan Sam, tetapi tidak seperti Sam saat ini. Kumis Sam tipis, sedangkan pria dalam mimpinya memiliki kumis dan janggut yang seperti bekas cukur pria pada umumnya. Hal ini menandakan bahwa pria dalam mimpinya sudah dewasa. Benarkah yang ada dalam mimpinya adalah Gandrung? Lantas dirinya siapa?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top