19. Bergandeng Tangan


Selamat malam minggu, gaes ...

Udah Bab 19 aja nih. Sekali lagi mau ucapin terima kasih sudah nyempatin baca. Oh iya, kalau ada tanda baca salah, kalimat salah dll, harap di maklumi ya. Nanti bakalan aq perbaiki pas luang.

***

Mendekati pukul 12.00 ekskavasi dihentikan sementara karena istirahat siang. Semenjak pagi, penelitian yang dipimpin oleh Nicole dan Fanny ternyata membuahkan hasil. Mereka menemui beberapa hal penting, seperti sebuah prasati berukuran sedang, lalu beberapa gerabah dan cawan perunggu.

Penemuan ini berdasarkan lokasi yang sempat disebutkan Ari. Menurut Ari di sini lebih dari delapan ratus tahun yang lalu ada sebuah acara. Acara tersebut sepertinya acara kerajaan yang cukup penting. Sebab, tampaklah raja dan orang-orang penting lainnya.

Nicole dan fanny meminta Ari menuliskan dalam sebuah Jurnal agar mereka bisa mengaitkan dengan benda-benda yang mereka temukan.

"Baiklah, bapak-bapak sekalian. Penggalian kita hentikan sementara sampai jam istirahat selesai," pungkas Nic pada bapak-bapak penggali.

"Baik, Bu," jawab salah satu bapak.

"Iya, Pak silakan istirahat dan mencicipi hidangan yang disediakan panitia," tutupnya.

Nicole menyimpan ponselnya ke dalam saku rompi yang ia kenakan. Kebetulan wanita itu mengenakan pakaian ala peneliti. Seperti kaos lengan panjang yang dilapisi rompi. Lalu, untuk bawahan dia mengenakan celana cargo dengan saku di kiri kanan, serta dia mengenakan sepatu lapangan. Hal ini senada dengan Fanny.

Sementara panitia acara lain, tidak semua mengenakan pakaian seperti Nic dan Fanny. Banyak yang masih mengenakan pakaian pemda karena masih di jam kerja.

Setelah mencuci tangan dan mengelap tangannya. Wanita cantik itu celingukan, pandangannya mengelilingi keramaian mencari pemuda yang belakangan ini menghiasi mimpinya.

Mata Nic mengintari penjuru acara. Namun, sosok pemuda yang katanya akan menunggunya tadi, tidak ada. Nicole langsung menemui Ari yang kebetulan beristirahat di tenda undangan.

"Mas, lihat Sam, nggak?" tany Nicole pada Ari yang sedang meminum Air mineral.

"Lho, enggak, he," jawab Ari. "Kemana anak itu? Tadi dia di tenda dekat gapura. Tadi kami sempat lihat Bupati mau naik mobilnya."

"Tadi dia juga pamit ngerokok," sambung Nic panik.

"Enggak usah, panik Mbak Nicole. Paling dia ngerokok di sana," ucap Ari seraya menunjuk area pepohonan di samping kiri gapura acara.

"Ya, udah. Saya cari dulu," ucap Nic buru-buru meninggalkan Ari.

Namun, hampir sampai di gapura. Suara fanny menghentikan langkahnya dan membuat wanita itu menoleh.

"Kak!" ucap Fanny.

"Iya, Fan?" jawab Nic.

"Kakak mau kemana? Panitia pada nyariin Kakak. Hidangan udah disiapkan," sambung Fanny.

"Sam ilang, Fan!"

"Hah, masa?"

"Tadi dia pamit ngerokok bentar, tapi aku nggak tau dia ke mana?" ucap Nic cemas. Nic seperti khawatir kehilangan Sam.

"Kakak udah nanyain Mas Ari?" tanya Fanny.

"Udah, Fan. Tapi Mas Ari nggak tahu," jawab Nic.

"Perlu kutemenin, Kak?" usul Fanny.

"Enggak usah, Fan. Paling dia ngerokok dekat-dekat sini. Kamu sampein aja ke panitia untuk makan duluan. Nanti aku nyusul, aku nyari Sam dulu," papar Nic.

"Oke, Kak," jawab Fanny sebelum berbegas meninggalkan Nic.

"Fan," panggil Nic.

"Iya, Kak," jawab Fanny.

"Ajak Mas Ari makan duluan, nanti kalau Sam nggak ketemu. Kamu kutelpon langsung kasih tau Mas Ari," lanjut nic yang diiyakan Fanny.

Nic langsung berlari kecil mencari Sam. Pertama ia mencari di dekat pepohonan di sebelah kiri gapura. Namun, dia tak menemukan Sam.

Nic mencoba keluar area acara dan mengikuti jalan dengan berbelok ke kiri.  Wanita itu terus berjalan pelan di jalanan yang berbatu. Akhirnya dia mendatangi sosok pemuda yang bersweater doker.

"Itu Sam," ucapnya.

Nic berjalan pelan dan langsung menghampiri meja Sam dan ternyata Sam bersama Arga. Lalu ada Amel yang juga sudah duduk di sebelah Arga.

"Sam!" panggil Nic.

"Tante ...," jawab Sam seraya menatap Nic.

"Eh, ada Kak Nicole," ucap Amel yang duduk di sebelah Arga. Sedangkan Sam duduk berhadapan dengan Arga. Nic mengira Sam cukup lama di warung ini.

Sam menoleh ke arah Nic dan tersenyum simpul. Nic yang tadi cemas kini merasa lega setelah Sam dia temukan.

"Nic?" panggil Arga.

"Iya, Ga. Dari tadi nyariin Sam, ternyata sama kamu. Kalau tau sama kamu, aku enggak akan cemas begini," ucap Nic.

"Oh, maaf aku enggak tau kalau kamu kenal dia. Tadi aku lihat dia bengong, ya kuajakin minum es kelapa muda," papar Arga.

"Ya udah, ayok kita kembali ke acara. Sekarang udah jam makan siang," ucap Nic.

"Oh, ayo," jawab Arga.

"Ayo, Mel," ajak Nic. "Sam, ayo!"

Tanpa Nic sadari dia telah menarik pelan lengan Sam. Remaja itu menurut saja, dia mengikuti perintah Nic. Namun saat Sam sudah berdiri, Nic secara refleks menggandeng tangan Sam.

Nic berjalan di depan, sementara Sam berada di belakangnya mengekori Nic dengan tangan yang masih digandeng Nic. Jemari mereka saling bertautan. Tangan kanan Nic menautkan jemarinya di tangan kiri Sam. Nic tidak menyadari dia telah berjalan sambil menggandeng Sam.

"Sam, kamu ngapain sama Arga?" tanya Nic tanpa menoleh ke belakang.

"Cuma cerita-cerita, aja," ucapnya.

"Untung kamu ketemunya sama dia, trus kamu ngobrol juga sama Amel?" tanya Nic.

"Enggak, tadi Sam diam aja. Dia itu tante-tante berisik. Kayaknya dia suka sama Om bot, eh Om Arga,"

"Saya enggak peduli, sih Sam. Mau dia sama Arga. Mau dia sama siapa aja," lanjut Nic.

"Tapi tante itu, dia bilang Sam ponakan Tante," ucap Sam.

"Itu benar, kan?"

"Iya, tapi dia bilang asal tebak. Trus ujung-ujungnya dia nyindir-nyindir Sugar Baby," cerita Sam.

Nic menghentikan langkahnya. Sekarang antara dirinya dan Sam sejajar. Mereka berdiri. Berhadapan dengan tangan yang masih bertautan.

"Anggap aja itu bercanda, Sam. Omongan orang dewasa itu enggak perlu terlalu diambil pusing," ucap Nic lembut dengan mata menatap Sam.

Sam mengangguk. "Termasuk omongan Om Arga?" ucap Sam pelam dengan suara Bas.

"Arga? Arga bilang apa ke kamu?"

"Dia bilang katanya bisa dikatakan Tante itu pacarnya dia," ucap Sam.

Nic tertawa pelan masih menatap Sam. "Enggak, Sam. Kami temenan aja."

"Katanya, orang dewasa itu enggak perlu pacaran. Kalau cocok langsung temui orang tua," lanjut Sam ingin tahu.

"Iya, itu benar. Memangnya kenapa, Sam?"  tanya Nic.

Sam mengerucutkan bibirnya. Lalu dia menunduk dan menggeleng. "Enggak apa-apa. Enak sih, jadi Om Arga. Tinggal datengin ortu cewek yang dia suka."

Nic menghela napas. "Biarin aja, Sam. Biarin aja kalau dia datengin orang tua cewek yang dia suka."

"Kalau dia datengin orang tua Tante, gimana?"

Nic menarik kedua sudut bibirnya dan terbentuk senyum simpul. "Itu enggak mungkin, Sam. Ayo," ajak Nic seraya menarik Sam melanjutkan perjalanannya.

Sam menahan tubuhnya, Nic membalikan menatap Sam. "Ayo, kita makan, Sam,"

"Masa Tante nggak mau sama dia," tanya Sam.

"Cinta enggak bisa dipaksain, Sam," jawab Nic gemas.

"Tapi dia keren, Tante. Dia itu keturunan kerajaan Pancapura," lanjut sam.

Nic kembali menghentikan langkahnya, tetapi tangannya masih menggandeng tangan Sam."Loh, kamu tahu dari mana?"

"Bupati sama stafnya yang bilang. Mas ari juga bilang, tadi Om itu juga ngaku," cerita Sam.

"Saya bahkan baru tahu," ucap Nic.

"Nah ini Sam kasih tahu."

"Dulu cuma cerita-cerita orang aja, ayo kita makan," ajak Nic kembali. Namun, Sam masih menahan tubuhnya.

Nic tersadar dia telah menggandeng tangan Sam. Akhirnya perlahan Nic melepas tangan Sam. Wanita itu menunduk.

"Maaf, Sam. Saya enggak sengaja. Tadi ngajakin kamu buru-buru makanya saya tarik tangan kamu," ucap Nic.

"Enggak apa-apa, Tante," jawab Sam.

"Untung masih di sini. Belom masuk area acara. Ya udah, ayo kita ke tenda makan."

Sam tersenyum dan mengangguk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top