Aku Memaksa
Saat Irsyad kembali, Kamila merasa senang karena pria itu benar-benar membelikan apa yang ia inginkan.
"Kenapa cuma satu, Mas?" tanya Kamila karena Irsyad hanya membeli satu nasi uduk saja.
"Aku sedang berpuasa."
"Ini bukan bulan Ramadhan."
"Puasa tidak harus di bulan Ramadhan saja. Makanlah!"
Kamila mengangguk dan mengambil alih nasi uduk yang telah Irsyad persiapkan. Ia bisa makan sendiri. Sedangkan Irsyad duduk di kursi menemani Kamila makan, kali saja wanita itu membutuhkan sesuatu.
"Mas, kenapa kamu menolongku?" tanya Kamila sembari makan dan ia juga sudah mulai melancarkan aksinya.
"Aku tidak tega melihat seorang wanita tergeletak di pinggir jalan."
"Harusnya kamu tidak usah menolongku, Mas. Biarkan aku mati di pinggir jalan kehujanan. Biar Mas Danu menyesal dan merasa berdosa."
"Apa kamu ingin mati?"
"Tentu saja, Mas. Aku ingin mati rasanya. Hatiku terlalu sakit dan aku juga sangat kecewa. Aku tak tahu lagi, bagaimana aku akan menjalani hidupku nanti tanpa dirinya."
"Sayang sekali, padahal orang yang hampir mati banyak yang menginginkan sehat dan diberikan umur yang panjang."
"Tapi hati aku sakit, Mas."
"Aku tahu tapi aku rasa, mati hanya karena putus cinta tidaklah lucu. Nyawamu terlalu berharga dan aku yakin, orangtuamu akan sangat sedih serta kehilangan."
"Kamu benar, Mas. Aku tidak ingin mati konyol kalau begitu. Aku justru harus bisa hidup lebih baik supaya Mas Danu menyesal telah meninggalkan aku."
Irsyad tak berkomentar untuk niat Kamila meski menurut Irsyad, hal itu juga tidak benar karena untuk apa membuktikan sesuatu pada pria yang kini memiliki status suami orang. Hal demikian hanya menjadi perbuatan yang sia-sia. Danu tidak akan kembali pada Kamila meski suatu saat Danu benar-benar menyesal nantinya.
"Mas, kamu sudah punya pacar?"
Irsyad hanya menggeleng. Ia tidak berniat untuk menjalin suatu hubungan dengan seorang wanita dalam waktu dekat ini karena ia belum bisa melupakan kejadian buruk yang menimpa dirinya beberapa tahun lalu.
"Sayang sekali, padahal Mas Irsyad sangat tampan. Aku juga mau menjadi pacar Mas Irsyad."
Kamila tahu apa yang terjadi pada Irsyad tapi ia mencoba peruntungan untuk menggoda Irsyad.
Dia adalah pria yang sempurna untuk dijadikan target balas dendam untuk membantu dirinya membuat Danu menyesal.
"Habiskan makananmu lalu aku akan memanggilkan dokter untuk memeriksa keadaan kamu. Aku rasa kamu sudah membaik."
"Iya. Aku rasa memang perasaanku sudah membaik. Semua berkat dirimu, Mas."
Lagi-lagi Irsyad tak berkomentar tapi semua itu membuat Kamila lebih bersemangat untuk menggoda Irsyad dan ia ingin mendapatkan pria itu sebagai pengganti Danu atau lebih tepatnya sebagai senjata balas dendam untuk Danu.
"Aku boleh minta kartu namamu, Mas. Mungkin nanti aku akan berkunjung mengantarkan sesuatu sebagai ucapan terima kasih."
"Tidak perlu. Aku ikhlas membantumu."
"Aku memaksa, Mas. Aku ingin memberikan sesuatu untukmu karena telah menolongku. Aku mohon jangan membuatku merasa berhutang budi karena hal itu bisa membuatku kepikiran siang dan malam."
"Baiklah."
Irsyad akhirnya mengalah. Ia memberikan kartu nama miliknya untuk Kamila.
Sungguh, Irsyad tidak memerlukan hadiah apapun karena sudah menolong Kamila. Ia tulus membantu wanita itu atas dasar kemanusiaan dan tentu saja tidak membutuhkan imbalan.
"Terima kasih."
Kamila meraih kartu nama itu dengan antusias karena langkah pertama dari usahanya untuk mendekati Irsyad sudah tercapai.
Kamila akan menjalankan rencana keduanya nanti disaat kondisinya sudah fit. Ia akan mengunjungi tempat kerja Irsyad dan membawakan bekal makan siang untuk pria itu.
Semua rencana sudah tersusun di otak Kamila tapi ia tak ingin terburu-buru. Ia akan mendekati Irsyad perlahan supaya pria itu tidak curiga kepadanya dan syukur-syukur pria itu bisa jatuh cinta lalu bucin kepadanya dengan seperti itu, ia bisa mengatur Irsyad sesuka hatinya termasuk mengatur Irsyad supaya mau ikut membalaskan dendamnya pada Danu dan wanita ular itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top