When You and I ....


Ternyata menyusahkan tinggal bersama dengan orang yang masih sangat disayangi dengan status tidak bisa saling memiliki. Sudah tiga hari ini Jong In tinggal bersama dengan Soojung. Soojung berusaha untuk menjadi adik yang baik. Tiap pagi ia bangun lebih pagi untuk membuat sarapan, namun tidak pernah ada sesuapun sarapan pagi buatan Soojung yang masuk ke kerongkongan Jong In. Bahkan Jong In membuang wajahnya tatkala Soojung berusaha menawari Jong In sarapan.

"Oppa, sudah kusiapkan sarapan untukmu!" Ujar Soojung melihat Jong In yang baru turun dari tangga. Lagi-lagi hanya tatapan mencemooh yang dilemparkan Jong In. Pemuda berkulit tan ini seperti menganggap Soojung adalah virus yang harus dihindarinya.

Melihat respon Jong In yang seperti ini membuat Soojung menggeleng pelan. Ia tahu, Jong In adalah tipekal orang yang tidak boleh melewatkan sarapan pagi, dia memiliki maag akut yang pernah membawanya ke rumah sakit. Hari ini, Soojung harus memaksa Jong In dengan lebih keras.

"Oppa, tunggulah! Makan sedikit saja, aku takut maag-mu kambuh!" Soojung menghampiri Jong In yang sudah berada di ruang tengah.

"Ya, bukan urusanmu Jung Soojung!" Geram Jong In. Ia mendelik kesal melihat sikap gadis yang di depannya tersebut.

"Tidak bisa, bagaimanapun kau tidak boleh sakit!" Suara Soojung meninggi seketika.

"Aku tidak boleh sakit?" Kini mata Jong In mengunci mata Soojung yang menatapnya dengan tajam.

"Kau boleh tidak menghiraukanku, tapi kau tidak boleh tidak menghiraukan kesehatanmu!" Ucap Soojung lantang. Mendengar penuturan dari gadis tersebut, Tiba-tiba Jong In merengkuh tubuh Soojung, mendorongnya hingga ke tembok dekat tangga, lalu menghimpitnya kasar. Kedua mata itu saling beradu. Sebuah cengiran khas milik si lelaki tiba-tiba muncul dari bibirnya.

"Kau pikir kau siapa hah!" Bentak Jong In,

"Aku calon adikmu, Kim Jong In!" Jawab Soojung tak kalah lantang.

"Hahahahhaaha! Kau pikir aku sudi menjadi kakakmu? Tidak akan pernah Jung Soojung!" Ungkap Jong In lagi.

"Terserahmu, tapi sebentar lagi kau tetap akan menjadi kakak tiriku!"

"Menjadi kakak dari wanita murahan sepertimu? Itu adalah hal paling lucu yang pernah kudengar!" Jong In kembali mengejek, perasaan di dalam hati Soojung semakin tidak karuan. Dia merasa terhina akan kata murahan yang dilontarkan oleh Jong In.

"Aku bukan wanita murahan, kau harus tahu itu!" Saat itu pula, Soojung berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Jong In.

*****

Walaupun tinggal bersama berdua, mereka selalu saja dalam dunia berbeda, Jong In sering pulang terlambat. Ibarat kata, Jong In hanya ikut menginap saja, tidak lebih dari itu. Tidak ada komunikasi yang terjalin. Mereka berdua hidup dalam dunianya masing-masing. Soojung jujur sangat lelah dengan kehidupannya yang seperti ini. Melelahkan sekali. Terkadang ia menangis di malam hari karena perasaannya yang terlalu besar pada Jong In. Tentang rasa sakitnya tiap kali melihat kemesraan yang ditunjukan oleh Jong In dan Jiyeon, Tentang sikap teman-temannya pada Soojung, dan semuanya.

Soojung sadar betul dengan konsekuensi dari apa yang ia perbuat, hanya saja ternyata rasa sakitnya benar-benar berefek besar untuk kehidupannya. Soojung yang periang kini tak bisa ditemui lagi, Soojung yang senang tersenyum berubah menjadi Soojung yang senang melamun. Ia hanya menunjukan senyum palsu pada temannya dan juga Jong In, agar apa yang sebenarnya ia rasakan bisa tersembunyi dengan rapi. Terlebih Ucapan Jong In masih saja terngiang dalam pikiran Soojung. Sebutan wanita murahan itu benar-benar menyakitkan. Dia hanya ingin membuat semuanya menjadi lebih lancar, dia hanya ingin ayahnya bahagia, tapi kenapa harus semenyakitkan ini

Ini adalah hari keempat mereka tinggal bersama. Seperti biasanya Jong In masuk ke rumah ketika menurutnya Soojung telah tidur. Sebenarnya setiap malam Jong In selalu berada di luar pagar rumah Soojung, bagaimanapun ia tetap harus bertanggungjawab pada Soojung. Perasaan kesal dan benci karena telah dihianati benar-benar membutakan hatinya. Ia juga belum bisa menerima kenyataan tentang orang tua mereka.

Sayangnya saat itu yang ia lihat adalah Soojung yang terpejam di hadapan televise ruang tengah. Awalnya ia tak begitu peduli, sengaja mengacuhkan Soojung. Akan tetapi telinganya tak sengaja mendengar rintihan dan membuat matanya menangkap suatu hal aneh pada tubuh mantannya itu. Bercak merah yang memenuhi tubuh Soojung. Refleks Jong In segera menghampiri gadis rapuh itu. Memeriksa keadaannnya yang setengah sadar. Tubuh Soojung dipenuhi oleh bercak merah, suhu tubuhnya tinggi.

"Sakit Oppa!" rintih Soojung

"Kau makan udang lagi?"tanya lelaki itu.

Soojung mengangguk. Ia memang memiliki alergi terhadap udang, bila ia makan udang maka hal inilah yang terjadi, suhu tubuh yang tinggi dan bercak merah pada seluruh bagian tubuhnya. Tadi, ia tak sengaja memakan udang yang terhidang di dalam ramen pesanannya.

"Naik ke punggungku, akan kubawa kau ke rumah sakit," tawar Jong In yang terlihat begitu cemas, Soojung menggeleng tidak mau, ia malah meminta Jong In untuk membantunya ke kamar. Jong In dengan sigap memapah Soojung menuju kamarnya. Setibanya di kamar, Jong In membaringkan Soojung di atas ranjang, mengambilkan obat alergi sesuai arahan Soojung.

"Terima kasih," ucap Soojung sesaat setelah ia meminum obatnya.

"Jangan merepotkan lagi," ungkap Jong In kembali dingin.

"Maaf, tapi terima kasih."

"Istirahatlah," suruh Jong In. Soojung menyunggingkan sedikit senyumnya. Bagaimanapun ia yakin Jong In masih memperhatikannya walaupun sikapnya terlampau dingin padanya.

Efek obat tidur yang terdapat di obat alergi dan baru saja dikonsumsi oleh Soojung sepertinya benar-benar manjur membuat Soojung tertidur dengan pulas. Sedangkan Jong In beranjak ke dapur membuat compress untuk menurunkan panas Soojung. Entah apa yang menggerakan Jong In seperti ini, dia tak tega melihat Soojung kesakitan, padahal ia juga sudah berusaha keras untuk mengatakan pada dirinya sendiri untuk melupakan Soojung, untuk lepas dari pengaruh gadis yang menyakitinya.

Jong In kembali masuk ke kamar Soojung, tidur Soojung nampak damai meskipun sekujur tubuhnya memerah. Iapun duduk di samping Soojung, memeras waslap putih yang baru saja di celupkan di air yang ada di baskom. Meletakan waslap tersebut di atas kening Soojung, dan saat itu bintik kuningnya tanpa sadar memandangi setiap inci wajah merah tersebut. Kelopak matanya, hidung, pipi, bibir, terlalu indah baginya, wajah yang menyakitinya, wajahh yang sebentar lagi menjadi adik tirinya. Raut wajah merah itu tiba-tiba berubah menjadi raut cemas. Guratan tercipta di wajahnya.

"Oppa... Oppa" Jong In tersentak mendengar igauan Soojung, buru-buru ia menjauhkan wajahnya dari Soojung. Ia menebak, apa yang terjadi pada alam bawah sadar Soojung. Ia mendengus kesal, Bahkan hanya Jinyoung yang ada dalam alam bawah sadarnya

"Jong In Oppa, jangan ... jangan ... menghilang dariku!" Mendengar igauan itu, lelaki itu hanya bisa terdiam, kenapa ternyata dia-lah yang ada di dalam alam sadar Soojung? Bagaimana bisa?

** ** ** ** **

Sedikit cahaya mulai memasuki kornea gadis itu, bintik merah yang ada disekujur tubuhnya mulai menghilang, tidak separah kemarin malam. Tangan Kiri Soojung mulai bergerak seirama dengan gerakan membuka kelopak mata. Ia merasakan sesuatu yang aneh diatas kepalanya, ia-pun merabanya, dan ternyata sebuah kain putih ada di keningnya. Ia yakin kain ini digunakan untuk mengurangi panas tubuhnya.

"Kau sudah bangun?" suara barito yang tak asing terdengar gendang suarnya, Jinyoung dengan sweeter putih telah duduk di samping Soojung sembari memamerkan deretan gigi putihnya.

"Oppa?"

"Sepertinya mantan kekasihmu masih menyayangimu. Buktinya dia masih mau merawat dan membuatkan bubur untukmu"

"Jangan pernah menyebutnya begitu," ungkap Soojung tak setuju dengan ucapan mantan kekasih, ia takut Ayahnya akan tahu hubungannya dengan Jong In. Jinyoung tersenyum tipis menanggapi apa yang dikatakan Soojung. Ia tahu, Ayah Soojung belum tahu bahwa Jong In dan Soojung berpacaran, begitu pula dengan Ibu Jong In.

"Aku harus mengucapkan terima kasih untuknya."

Jinyoung meminta Soojung untuk sedikit duduk, ia berniat menyuapi Soojung bubur. Soojung mengikuti instruksi dari kekasih pura-puranya itu.Sesuap demi sesuap mampir ke rongga mulut Soojung. Gadis itu menikmati setiap suapan yang mampir, rasa buburnya entah kenapa terasa sangat enak, bubur terbaik yang pernah ia makan selain Bubur buatan Ibunya dulu. Beberapa candaan terlontar membangun suasana yang sepi menjadi sedikit riang.

Tanpa mereka sadari, Jong In berada dibalik pintu, tak sengaja ia mendengar semua ucapan Soojung dan Jinyoung. Ada rasa mendidih yang terbangun pada hatinya. Entah apa penyebabnya. Ia bahkan mulai mengepalkan tangannya.

************ ***************

To be Continue ...

***************************

Author's note: sebelumnya terima kasih buat yang sudah membaca, komentar dan memvote cerita ini. Mungkin sih bakal update lagi minggu depan, soalnya ada pikiran pengin nambahin bagian cerita dari yang aslinya biar  feelnya lebih dapet. hehehhe. Mohon dukungannya ya, komentar dibutuhkan sekali dalam cerita ini agar penulisannya jadi lebih baik. 

Zeakyu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top